Chereads / ABDUL / Chapter 9 - AWAL PERJALANAN

Chapter 9 - AWAL PERJALANAN

Dimalam hari.

Saat dia tertidur lelap tiba-tiba saja dua tangan memegang kedua kakinya. Dia terbangun melihat di bawah kaki sosok hitam serta keadaan fisik yang menakutkan mendekatinya, lantas dia pergi menjauhi sosok itu.

"Aku berlindung dari perbuatan dan godaan keji syaitan." Sosok itu menghembuskan nafas serta bau busuk yang keluar dari mulutnya. Karena bau yang sangat menyengat hingga Abdul menutupi hidungnya. "Si..si..siyapa kamu sebenarnya? laknat pergilah kamu."

Sosok itu menjawab pertanyaan Abdul. "kau tidak mengenaliku? Aku adalah kau dan kau adalah aku." Sosok itu seakan terus ingin meraih Abdul. "Akulah gambaran dari dirimu yang buruk yang akan terus ada jika kau tak merubahnya."

Abdul berusaha terus dan terus menjauh namun sosok dirinya yang buruk semakin mendekatinya. Menggapai dirinya sosok itu memperlihatkan raut wajah yang amat seram hingga Abdul merasakan ketakutan yang besar.

"Pergilah, pergi, tolong jangan ganggu aku." Ketika dia kembali membuka mata, sosok dirinya yang buruk telah hilang. Namun tiba-tiba suara yang seperti dahulu datang menghantuinya lagi membisik di telinganya. "perbaiki hatimu, perbaiki giliran, sungguh setalah akan ada hal yang terjadi karena nafsu dan hati orang yang kelam." Udara seakan-akan tiada di ruangan membuatnya sulit untuk bernafas hingga dia tak sadarkan diri.

Di pagi hari dia terbangun melihat di sekelilingnya suasana aman-aman saja. Namun saat dia membuka pintu melihat semua orang tak seperti biasanya, para pendagang bersedih melihat dagangannya yang rusak begitu juga kepada para nelayan yang sehari-harinya mencari bahan pangan menggunakan perahu mereka, kini perahu mereka rusak tertimpa pohon-pohon besar.

Salah satu pedagang melihat Abdul yang berada di luar langsung menghampirinya dengan ekspresi marah serta berkata kepadanya, "aku bermimpi jika kau tak pergi dari negeri ini maka kami semua akan binasa wahai keponakan yaqub." Tetapi Abdul langsung mendapatkan kebenaran melalui pemikirannya secara tiba-tiba. "Memanglah benar mungkin kau bermimpi tentangku, namun sepenuhnya apa yang menimpamu itu akibat kecuranganmu dalam dagangan." Sipedagang membantah yang Abdul katakan namun Abdul menerangkan yang dilakukannya, jelas membuatnya berfikir bagaimanakah Abdul tahu.

Setelah di hampiri oleh seorang pedagang dia di hampiri lagi oleh seorang nelayan, si nelayan menghampirinya lantaran karna dia juga bermimpi jika Abdul tidak segera pergi lantas bukan hanya perahu namun semuanya akan tertimpa musibah, namun sekali lagi Abdul mendapatkan penerangan bahwa perahu yang dimilikinya itu adalah hasil pencuriannya dari seorang nelayan miskin hingga si nelayan miskin itu tidak dapat melaut lagi. tak beberapa lama orang-orang semakin banyak mendatanginya dan berkata hal yang sama.

Karena tak mampu menghadapi semua orang yang mendatanginya mau tak mau dia harus pergi walau berat hati meninggalkan tempat kedua dia di besarkan. Abdul pergi hanya di bekali beberapa pakaian dan makanan seadanya, orang-orang hanya melihat ada pula saling berbisik tentang dirinya. "baguslah dia pergi dari sini si penipu terkutuk atau tidak ia bisa membuat kita semua dalam bahaya." Tidaklah menerima pengusiran kepada dirinya Abdul mengambil sebuah kayu yang cukup besar dan menanamkannya di tanah. berkatalah dia. "lihatlah kayu besar yang aku tanamkan ini, apabila kalian melepaskannya maka negeri ini akan tenggelam," seluruh masyarakat tak mempercayai ucapannya, maka di cabutlah tongkat itu, seketika air keluar dari bawah tanah dan membuat semua orang menjadi ketakutan. "baiklah kami percaya dengan ucapanmu itu, kami mohon tutuplah kembali lubang itu?." Dia menutupi kembali lubang tersebut dan mengatakan kepada mereka bahwa kayu yang tertancap ini akan selamanya menjaga keselamatan mereka selama kepergiannya.

Setelah kepergiannya tak satupun mereka berani menyentuh kayu yang tertancap di tanah, sebab ketakutan mereka negeri mereka akan tenggelam padahal mereka tidak mengetahui bahwa kayu yang telah di tancapkan itu memanglah berada di tanah yang basah.

Kini telah berjalan dua hari melintasi Padang pasir yang terik, Abdul hendak mengambil arah menuju tempat tinggal semasa kecilnya, Tetapi setiap kali dia hendak menuju ke arah timur, arah tujuannya seakan berputar mengarah utara. Dia mencoba lagi berjalan ke arah timur, namun ingatan arah tujuannya tiba-tiba hilang dari ingatannya, dia lelah beberapa kali mencoba kembali ke negeri asalnya dahulu namun selalu seperti terhalangi. Dia duduk di tengah Padang pasir memohon dan berdoa kepadanya agar di berikan keringanan untuk bisa berjalan di arah timur walaupun tidak kearah negerinya.

Dicobalah olehnya lagi, kali ini dia sudah tidak terhalang oleh apapun. Berjalan di sepanjang jalan tak satupun terlihat sumber mata air atau tempat berteduh sekalipun hannyalah lautan gurun yang terbentang luas.