Maret 2015
"Aku ingin kita berhenti disini. Aku sudah tidak sanggup lagi menangani semua perlakuan burukmu kepadaku"
Lagi, aku hanya mendengar helaan napas panjang diseberang telepon, dan tidak ada jawaban sama sekali. Aku tetap tenang karena ini bukan pertama kalinya dia mengabaikan perkataanku.
"Semua yang kau tuduhkan padaku, itu tidak benar sama sekali. Aku bisa menjaminnya karena satu kali pun aku tidak pernah membohongimu. Aku memang sudah tidak sanggup lagi bertahan dengan apa yang sudah kau lakukan padaku."
"Apa kau baru saja mencampakkan aku, pelacur jalang?" Suara berat lelaki itu akhirnya terdengar setelah ia diam sangat lama.
Aku bahkan tidak terkejut lagi ia memanggilku dengan nama itu karena ini bukan pertama kalinya untukku. Marah? Tentu saja aku marah, tapi sekarang aku sudah tidak peduli lagi.
"Tidak, aku tidak pernah mencampakkanmu. Aku hanya ingin mengakhiri semuanya demi kebaikan diriku dan kebaikan dirimu tentunya."
"Lalu, kau akan serius dengannya dan meninggalkan aku yang sudah 5 tahun berpacaran denganmu?" ia terdiam sebentar dan aku mendengar suara sesuatu yang pecah. Sepertinya ia baru saja melempar gelas atau piring yang ada didekatnya. "Aku yakin selama ini kau diam-diam menjalin hubungan dengan Kang Ori sialan itu."
Omong kosong apa lagi yang diucapkan orang ini padaku? Yongha selalu saja membuat tuduhan palsu untuk memojokkanku. Ini bukan yang pertama kalinya. Kalau disuruh menghitung, selama lima tahun berpacaran dengannya, sudah lebih dari seribu kali ia menuduhku dengan tuduhan yang tidak masuk akal. Dan sekali lagi, aku masih menjawab dengan tenang.
"Tidak, aku sama sekali tidak menjalin hubungan spesial dengannya. Bahkan berpikir untuk menyukainya pun aku tidak pernah. Jadi, kumohon hentikan tuduhanmu dan lebih baik kau jangan menghubungiku lagi. Oh, tidak... aku tidak akan pernah menghubungimu lagi."
biiip... Ya, akhirnya aku menutup telepon. Sebenarnya ini bukan keinginanku untuk mengakhiri hubunganku dengannya. Dan ini adalah pertama kalinya aku mencoba mengakhiri hubungan kami. Sebelumnya, aku selalu memaafkan semua kesalahan yang ia lakukan. Bahkan kekerasan verbal yang ia lakukan padaku, aku selalu memaafkannya meskipun sering kali membuatku terluka hingga stress berlebihan karena ucapannya.
Aku menyayanginya... Aku mencintainya... Tahan untuk satu hari lagi, besok dia pasti berubah.
Hanya itu yang selalu kujadikan alasan untuk memaafkannya dan selalu berharap besok, ia tidak akan mengulangi kesalahan serupa.
Tapi, harapan seperti itu benar-benar tidak masuk akal dan tidak pernah terjadi karena manusia sangat sulit mengubah sifat dan kebiasaan yang sudah mendarah daging. Yongha, kekasihku itu masih saja melakukan kekerasan verbal padaku selama kami berpacaran. Berbagai kalimat menyakitkan keluar dari mulutnya saat kami bertengkar. Aku bahkan sempat berfikir kalau dia membuka kebun binatang di dalam mulutnya.
Kali ini, aku berada di titik akhir kesabaranku. Meski sejujurnya bukan karena kata-kata kasar yang ia ucapkan padaku yang membuatku ingin mengakhiri hubungan kami.Ada alasan lain yang membuatku benar-benar ingin menjauh darinya.
Yongha memakai obat-obatan untuk membuatnya bahagia. Aku tidak tau persis apa alasan sebenarnya ia memakai obat terlarang itu, tapi ia pernah mengatakan padaku secara tidak langsung memakainya untuk membuat dirinya bahagia. Omong kosong!
2 jam sebelum aku memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami, seperti biasa ia mengirimiku foto bukti kalau ia sedang bekerja. Tapi mataku yang jeli ini menangkap sesuatu dari foto yang ia kirimkan. Aku melihat alat hisap yang sering kulihat di acara kriminal terletak disamping mouse nya.
Aku tau, Yongha memang pernah menggunakan alat itu sebelumnya. Ia mengaku mencoba memakainya karena permintaan teman-temannya. Alasannya demi menjaga hubungan pertemanan, ia mencicipi sedikit kokain. Ia berjanji tidak akan mengulangi lagi. Ternyata, Yongha tetaplah Yongha. Ia sama sekali tidak berubah. Aku meneleponnya dan meminta penjelasannya.
Ya, Yongha bahkan tidak menyembunyikan apapun dariku. Ia langsung mengakuinya tanpa bantahan sama sekali hingga membuatku muak dengannya. Aku benci kenyataan bahwa ia terlalu jujur padaku. Aneh memang, tapi saat ini aku benar-benar ingin ia sedikit berbohong agar aku bisa bertahan sedikit lagi.
Aku hanya ingin ia berbohong sedikit, karena aku masih sangat mencintainya.
Naamun, emosiku sudah tak bisa lagi dipendam dan aku memilih untuk berhenti dan berpisah dengannya. Meski aku masih sangat mencintainya. Memang terlalu bodoh, Jihye.
*****