"Yongha benar-benar sudah meninggalkan Korea?" Ori yang sedang memotong apel mengangkat pisaunya tiba-tiba.
"Kau membuatku kaget tau. Turunkan dulu pisaunya" Ori memang tipe orang yang melakukan apapun dengan spontan tanpa memikirkan dampaknya. Aku beruntung jarak pisaunya dengan wajahku lumayan jauh. Bayangkan hal buruk apa yang akan terjadi kalau pisau yang diangkatnya tiba-tiba menyentuh wajahku.
"ups, maaf" Ori mendorong tubuhku kesamping dengan pinggulnya. "makanya kau jangan berdiri terlalu dekat denganku"
"Lima hari yang lalu dia ke rumahku dalam keadaan mabuk berat, jadi aku membiarkannya tidur sambil pengarnya menghilang. Pagi karena aku harus bekerja, jadi aku membiarkanya dirumah. Aku pikir dia akan tetap tinggal sampai siang karena aku ke kantor hanya mengambil beberapa berkas"
"Dan kau baru menceritakan ini padaku?" Ori kembali berhenti memotong apel namun kali ini ia tidak lagi mengangkat pisaunya
"Aku tidak ingin mengganggu pekerjaanmu"
"Bagaimana kalau dia menyakitimu? Orang mabuk cenderung tidak waras"
"Kau tau sendiri kalau Yongha akan menjadi orang yang lebih berhati-hati saat ia mabuk. Aneh memang, tapi dia sangat pandai dalam menjaga pertahanan dirinya."
"Kau juga mau jus apel?"
"hmm"
Pagi ini, seperti biasa Ori mengunjungiku setiap kali ia menyelesaikan tur bersama dengan band nya. 2 minggu menyelesaikan konser di seluruh penjuru Korea membuat komunikasi kami menjadi berkurang. Ori tidak bisa menghubungiku karena kesibukannya dan aku tidak ingin mengganggu aktifitas Ori bersama band nya.
Aku dan Ori sudah berteman semenjak kami kuliah begitu juga dengan member band Ori yang masih satu universitas denganku. Awalnya mereka membentuk band hanya karena kegiatan tahunan kampus tapi karena sangat menikmati popularitas yang mereka dapatkan dengan tampil di berbagai acara, mereka menjadi lebih serius dan telah mengeluarkan 2 buah album sejauh ini.
Aku juga mengenal kekasih Ori namun tidak mengenal terlalu dekat karena aku tidak ingin mencampuri hubungan pribadi Ori. Aku pernah bertemu beberapa kali dengan kekasih Ori dan memastikan hubunganku dengan Ori hanya sebatas hubungan pertemanan. Sederhana saja, karena beberapa orang tidak percaya dengan hubungan pertemanan antara laki-laki dan perempuan jadi aku ingin memastikan lebih awal kepada kekasih Ori kalau hubungan pertemananan antara laki-laki dan perempuan tanpa 'perasaan' itu memang ada. Contohnya hubunganku dengan Ori dan member band Lupine lainnya.
Tidak hanya Ori, member band Ori juga sering berkunjung ke rumahku meski hanya sekedar untuk meminta sarapan ataupun makan malam. Namun kali ini, hanya Ori yang mengunjungiku.
"Kau mau ikut denganku malam ini?"
"Kemana?"
"Hari ini penutupan konser Lupine jadi kami merencanakan mengadakan penutupan di Kafe"
"Hanya di kafe?"
"Karena acara ini hanya dihadiri oleh staff dan undangan khusus jadi tidak perlu memakai ruangan yang terlalu besar"
******
Aku memasuki kafe yang tempat Ori mengadakan pesta penutupan tur Lupine tahun ini. Awalnya Ori berjanji akan menjemputku tapi akhirnya batal karena Ori masih berada di rumah kekasihnya.
Sebagai info, jarak kafe dengan rumahku sangat jauh sedangkan rumah kekasih Ori lebih dekat dari kafe itu. Daripada membuang banyak waktu, aku memilih pergi sendiri.
Pemandangan pertama yang kulihat setelah memasuki kafe itu adalah Ori yang sedang bernyanyi sambil memainkan gitarnya. Ia tampil sendiri sambil menyanyikan lagu ballad andalan Lupine "don't go". Member band Ori duduk di meja disamping kiri bersama dengan manajer mereka. Sedangkan tamu yang lain memenuhi kursi dan aku tidak melihat satupun kursi yang kosong.
Akhirnya aku hanya berdiri di pojok disamping pintu sambil menunggu Ori menyelesaikan penampilannya.
Aku tidak tau apa yang akan aku ucapkan ini
Nanti bisa melukaimu dan melukaiku
Tidak, ini mungkin akan melukai kita
Aku takut kehilanganmu, aku takut
Butuh waktu lama bagiku untuk mengatakannya
Butuh keberanian besar bagiku untuk mengungkapkannya
Aku masih mencoba menahannya
Namun terlalu menyakitkan bagiku
Aku menyukaimu
Tidak, aku mencintaimu
Maafkan aku yang tidak mampu lagi
Untuk menahan rasa cinta ini
Aku berdosa telah mencintaimu
Ini kesalahanku yang mencintaimu
Kau boleh pergi menjauhiku
Aku mencintaimu
Aku masih mencoba menahannya
Namun terlalu menyakitkan bagiku
Aku menyukaimu
Tidak, aku mencintaimu
Maafkan aku yang tidak mampu lagi
Untuk menahan rasa cinta ini
Hatiku selalu sakit setiap kali Ori menyanyikan lagu ini. Aku merasakan bagaimana terlukanya Ori yang mencintai seseorang yang tidak seharusnya ia cintai. Ia selalu menyanyikan lagu ini dengan penghayatan yang luar biasa hingga siapun yang mendengarkannya akan ikut merasakan kesedihan dalam lirik lagu ini.
Sempat kutanyakan kepada Ori, di dalam lirik lagunya ia membiarkan gadis itu pergi setelah mendengarkan pengakuannya tapi mengapa Ori memberikan judul lagu sebaliknya, Don't go. Tapi Ori tidak pernah menjawab dengan sungguh-sungguh. Ia mengatakan kalau itu hanya sebuah permainan kata.
Aku masih berdiri mematung sambil mendengarkan Ori menyelesaikan nyanyiannya. Ia selalu terlihat lebih bersinar saat berdiri di panggung bersama dengan gitar kesayangannya. Tidak ada yang bisa menolak persona Ori saat ia berada di panggung. Ia bernyanyi sambil tersenyum canggung padaku.
Tepuk tangan riuh memenuhi ruangan ini. Ori menyelesaikan penampilannya dan langsung menghampiriku. Tidak seperti biasanya, Ori tersenyum sedikit canggung dan terlihat jelas dari cara ia menatapku.
Aku merasakan getaran aneh karena tiba-tiba ruangan yang tadinya ramai, menjadi hening. Semua tamu yang hadir juga tiba-tiba menatapku dengan pandangan ingin tahu. Apa yang akan terjadi? Aku menjadi haus dan merasa ingin segera keluar dari tempat ini. Rasanya jadi sedikit aneh.
Ori berdiri di depanku, ia menyerahkan buket bunga matahari yang tadi sempat ia ambil sebelum turun dari panggung. Sebagai informasi, aku sangat menyukai bunga matahari dan sering mengajak Ori ke kebun bunga matahari untuk sekedar melihat bunga, berfoto dan membawa pulang banyak sekali biji bunga matahari. Baiklah, skip.
"Ji, kau pasti juga sudah merasakan aura kecanggungan ini, kan?"
Aku hanya mengangguk karena tidak tahan dengan 'tusukan tatapan' semua orang yang ada didalam ruangan ini.
"Aku pikir kau juga sudah menyadari apa yang aku lakukan saat ini"
Tidak..... aku tidak tau dan tidak paham dengan apa yang kau lakukan saat ini. Sungguh aku tidak mengerti dengan apa yang sedang kau lakukan? Apakah ini kejutan untukku? Tapi ulang tahunku masih 5 bulan lagi dan tidak mungkin kau memberi kejutan 5 bulan lebih awal untukku. Tapi mulutku tidak bisa bergerak sesuai keinginanku. Kenyataannya aku hanya bisa terdiam menatap Ori.
"Kau pasti akan membenciku setelah ini, sungguh Ji maafkan aku. Aku melakukan ini karena aku benar-benar ingin kau menyadari bagaimana perasaanku"
"Apa maksudmu dengan perasaanmu? Kau menyukaiku? Lebih dari teman?"
Ori mengangguk pelan. Ia hanya bisa menurunkan pandangannya karena tidak berani menatapku. Aku pikir Ori juga sedang gugup.
"Bagaimana dengan Lena? Apa sekarang kau sedang menduakan Lena denganku?"
"Tidak... Aku sudah putus dengannya akhir tahun kemarin. Sudah 3 bulan ini aku tidak berpacaran lagi dengannya, Ji."
"Apa kau harus melakukannya di depan semua orang agar mereka juga bisa tau bagaimana perasaanmu?"
"Maafkan aku"
Aku masih mencoba mengendalikan nada suaraku. Aku hanya ingin marah karena aku benar-benar tidak suka berada di situasi seperti ini. Aku merasa terpojok, aku malu, bingung dan hanya ingin pergi dari tempat ini. Tapi aku juga tidak ingin membuat Ori menjadi malu di depan rekan-rekannya.
"Bisakah kau hentikan ini sekarang? Aku tidak bisa melakukan ini didepan banyak orang seperti ini. Maaf"
Ori memahami perkataanku akhirnya ia menarik tanganku dan membawaku keluar. Tentu saja orang-orang yang ada didalam ruangan itu bingung dengan apa yang baru saja terjadi.
Aku terlambat menyadari situasi yang baru saja terjadi. Setelah menghubungkan kejadian selama 10 menit ini, aku baru memahaminya.
Pertama, Ori menyanyikan lagu Don't go, lagu yang ia ciptakan tahun lalu. Lirik lagunya menceritakan tentang seseorang yang ingin menyatakan perasaannya namun takut orang yang ia tuju menolak dan beralih jadi membencinya dan menjauhinya meskipun ia sudah siap dengan konsekuensinya.
Kedua, Ori mengatakan kalau ia telah putus sejak 3 bulan yang lalu dengan kekasihnya, Lena.
Ketiga, Ori mengatakan kalau ia ingin aku menyadari bagaimana perasaannya.
Setelah menghubungkan semuanya, aku menarik kesimpulan bahwa Ori ternyata menyukaiku. Bukan suka sebagai teman, aku mengira Ori menyukaiku lebih dari teman.
"Apa yang baru saja kau lakukan?"
Aku melepaskan tangan Ori setelah ia membawaku keluar dari kafe. Kini kami berada di atap, kebetulah disini tidak ada orang lain selain aku dan Ori.
"Aku yakin kau pasti memahami apa yang baru saja terjadi, Ji. Kau terlalu pandai untuk menangkap dan memahami situasi ini"
"Kau menyukaiku? Lebih dari teman?"
"Kau tau dengan pasti jawabannya, Ji"
"Aku ingin mendengar dengan jelas dari mulutmu, bukan asumsi dari pikiranku sendiri"
Ori memegang tanganku dan menatap mataku dengan lembut. Tidak seperti Ori yang biasa aku kenal dan tidak seperti Ori yang tadi ada di dalam kafe dan menunduk hanya menatap lantai.
"Sudah sejak lama aku menyukaimu, Ji. Kalau aku ingat lebih lagi, aku mulai menyukaimu setelah kita tampil di acara tahunan kampus 3 tahun yang lalu"
Aku terkejut mendengar pengakuan Ori yang bahkan tidak pernah terpikirkan olehku karena aku hanya mengira sikap Ori yang selama ini adalah sikap normal seorang sahabat.
"Lena?"
Lena adalah kekasih Ori yang telah berpacaran dengannya selama beberapa bulan ini. Aku pikir mereka sudah berpacaran hampir 1 tahun. Orang pertama yang tau Ori berpacaran dengan Lena adalah aku. Ori sendiri yang mengatakannya padaku.
"Aku mencoba untuk melupakan perasaanku padamu tapi ternyata setelah aku pikirkan lagi, sepertinya ini bukan hal yang baik. Aku bersalah karena telah menjadikan Lena sebagai pelarianku. Aku sudah menjelaskannya kepada Lena dan meminta maaf kepadanya."
"Kau menulis lagu itu untukku?"
"Iya, lagu itu sudah kutulis semenjak 2 tahun yang lalu. Aku tidak bisa seenaknya masuk dalam hubunganmu dengan Yongha jadi aku hanya menunggu sampai aku mendapatkan kesempatan lagi"
"Kau tau aku mungkin akan marah padamu setelah ini, kan?"
"Tentu saja. Maafkan aku, Ji"
Aku berdiri dan meninggalkan Ori sendirian diatas rooftop kafe itu. Aku hanya kecewa dengan cara Ori menyampaikan perasaannya padaku. Mengapa ia harus menyampaikannya di depan banyak orang? Mengapa ia tidak menyampaikannya saat ia sedang bersamaku.
Aku tidak tau lagi bagaimana aku akan menemui Ori setelah ini.
*****