Chereads / THAT DAY By Elgeen Lucya / Chapter 8 - Chapter 8

Chapter 8 - Chapter 8

"Aku melihat Ori mencium keningmu. Kau berpacaran dengannya? Tidak, aku meralat ucapanku. Kau masih berpacaran dengannya?"

Aku tidak pernah menyangka dan tidak pernah membayangkan pria yang telah menghilang selama 5 tahun ini tiba-tiba berdiri didepanku. Ia bahkan mengeluarkan tatapan marah seolah-olah ingin mendapatkan penjelasan dariku.

Ia sedikit mendorongku dan memaksa untuk masuk ke dalam apartemenku. Aku refleks langsung menghadangnya dengan tubuhku. Aku memiliki alasan yang kuat untuk tidak mengijinkannya masuk ke apartemenku. Kami sudah tidak memiliki hubungan khusus lagi jadi aku berhak bahkan untuk mengusirnya.

Aku tidak tau entah apa alasan Yongha kembali menemuiku setelah bertahun-tahun menghilang tanpa kabar. Entah dia datang hanya karena merindukanku atau ia menemuiku untuk menyelesaikan kekosongan selama lima tahun terakhir.

Sungguh, sebenarnya aku tidak ingin lagi berhadapan dengan masa lalu karena hari ini aku memutuskan untuk meninggalkan semuanya di belakang. Aku juga sudah berjanji dengan diriku sendiri untuk tidak menyakiti Ori.

"Apa yang kau lakukan tengah malam begini didepan rumah orang lain?"

Aku menghela napas dan menanyakan maksud Yongha mendatangiku kembali setelah sekian lama menghilang. Aku masih berpikir positif padanya, aku memikirkan ia datang mengunjungiku untuk menjelaskan alasannya tidak mengabariku sama sekali.

"Aku hanya mengunjungimu dan memastikan apa kau baik-baik saja selama ini" Masih dengan senyum yang menghiasi wajahnya. Yongha tersenyum tapi aku tidak bisa mengartikan apa maksud dari senyumannya. Itu bukan senyum yang pernah kulihat sebelumnya.

"Lalu, kau sudah melihatku dan sekarang silahkan pergi dari rumahku" Aku menggerak-gerakkan tanganku meminta Yongha segera pergi. Tapi dia sama sekali bergeming, tidak bergerak sedikitpun. Ia masih berdiri tegak sambil menyilangkan tangannya menatapku. Aku melanjutkan "Dan sekedar untuk mengingatkanmu kalau kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi. Jadi, silahkan segera pergi dari sini Yongha-ssi"

"Aku sudah menikah" Ucapnya sambil menunduk dan suaranya sedikit bergetar. Tidak ada aura keangkuhan yang tadi diperlihatkannya.

Aku tidak tau ini halusinasi atau benar-benar terjadi padaku. Beberapa detik yang lalu aku mendengar teriakan yang sangat kuat didalam kepalaku hingga aku merasa sedikit pusing.

"Aku sudah menikah dan memiliki 1 orang anak laki-laki sekarang berusia 4 tahun"

Aku mengedipkan mataku dan menggelengkan kepalaku berkali-kali mencoba untuk mencerna apa yang baru saja aku dengar dari mulut Yongha. Apa? Menikah? Anak? 4 Tahun? Sebentar... Otakku butuh waktu sedikit lebih lama untuk mencerna ini. Kepekaanku tiba-tiba berjalan lambat. Biasanya aku segera memahami situasi tapi seperti untuk kasus ini, mungkin karena terlalu mendadak aku jadi sedikit lambat untuk memahaminya.

"Aku sudah menunggumu sejak siang...."

"Sebentar.... sebentar" Apakah aku harus mendengarkan penjelasannya atau sebaiknya meminta ia segera pergi meninggalkan tempat ini? Tapi aku terlalu penasaran dengan alasan menghilangnya Yongha selama beberapa tahun terakhir ini. Aku terlalu penasaran mengapa ia tidak menghubungiku sama sekali setelah ia meniggalkan surat seperti itu padaku.

"Kau ingin aku mulai membicarakannya dari mana?" Yongha bertanya padaku tentang apa yang ingin aku ketahui. Tentu saja aku ingin ia bicara mulai dari ia berangkat dari rumahku pagi itu. Tapi sekarang sudah terlalu larut dan aku juga sudah kelelahan.

"Besok ditempat biasa sekitar jam 13.00 aku akan menemuimu disana. Untuk saat ini, sebaiknya kau pulang dulu"

Yongha mengangguk dan langsung berbalik pergi meninggalkanku. Tanpa mengatakan apapun dan tidak lagi memaksa, ia pergi dengan tenang. Memang laki-laki aneh.

Aku langsung menuju ranjangku dan mengambil ponsel yang tadi kulempar disana. Tanpa berpikir panjang aku mencari kontak Ori dan langsung meneleponnya. Aku tidak perlu menunggu lama karena di detik panggilanku mulai terhubung Ori sudah mengangkat teleponku. Mungkin ia juga sedang memegang ponselnya jadi bisa langsung mengangkat panggilanku.

"Aku baru saja akan menekan tombol memanggil lalu tiba-tiba kau menghubungiku"

"Oh, kau juga ingin meneleponku? Kenapa?"

"Untuk mengatakan aku sudah sampai dirumah. Bukannya tadi kau memintaku untuk menghubungimu setelah aku sampai dirumah?"

"Ah, benar" Aku meminum segelas air yang terletak di nakas untuk bersiap menceritakan kejadian yang baru saja terjadi. "Aku ingin menceritakan sesuatu"

"Kenapa? Ada apa denganmu? Suaramu agak goyah. Kau tidak apa-apa?"

"Yongha baru saja mendatangiku" Aku diam sebentar dan menghembuskan nafas perlahan lalu melanjutkan "dan ia mengatakan kalau ia sudah menikah. Ia ingin menceritakan banyak hal padaku jadi aku setuju untuk bertemu dengannya besok sekitar jam 13.00 di Arari Cafe "

"Apa? Menikah?" Aku percaya saat ini Ori juga pasti sangat terkejut mendengarnya "Kau ingin aku menemanimu?" Terdengar nada khawatir dari suara di seberang telepon. Aku paham mengapa Ori menjadi khawatir apalagi setelah ia mendengar Yongha telah menikah.

"Ya, tapi aku ingin kau menemaniku dari jauh saja karena sepertinya aku dan Yongha akan membicarakan banyak hal"

"Baiklah. Kalau begitu, sekarang kau istirahat. Besok aku akan menjemputmu"

*****

"Kau yakin akan bertemu dengannya sendirian? Benar tidak ingin kutemani?" Sekali lagi Ori memastikannya padaku. Entah ini sudah yang keberapa kalinya ia mengajukan pertanyaan yang sama semenjak ia datang menjemputku.

"Ori, aku akan memperjelas untuk yang terakhir kalinya. Aku akan menemuninya sendiri dan kau tidak perlu menemaniku karena aku hanya ingin menyelesaikan hal-hal yang harus diselesaikan" Aku menoleh menatap Ori yang sedang menyetir "Kau boleh memperhatikan dari jauh"

Akhirnya Ori tersenyum. Aku yakin setidaknya rasa khawatirnya sedikit berkurang. Aku turun dari mobil terlebih dahulu dan langsung masuk ke kafe tempat yang sudah kujanjikan. Yongha ternyata sudah datang lebih dulu dan aku langsung melihatnya sesaat setelah melewati pintu masuk. Sungguh kepekaan mata yang luar biasa.

"Kau datang lebih awal" ucapku sambil menarik kursi lalu duduk menghadap Yongha

"Kau mau pesan apa?"

"Es Kopi saja aku tidak memesan makanan"

Aku tidak ingin berbasa-basi terlalu jauh jadi aku langsung saja menanyakan alasannya kembali menemuiku setelah lima tahun

"Jadi mengapa kau muncul kembali setelah menghilang sekian lama"

"Pertama, aku ingin meminta maaf padamu"

"Tidak ada yang perlu dimaafkan karena hubungan kita juga sudah berakhir lama sekali"

"Aku tidak tau kau akan menganggap ceritaku ini sebagai omong kosong atau tidak tapi kuharap kau mempercayai setiap kata yang aku ucapkan"

"Baiklah, silahkan ceritakan kisahmu"

Sambil menyesap kopi yang baru saja datang, aku mendengarkan cerita dari sisi Yongha. Ia mengatakan tidak bisa langsung menghubungiku setelah sampai di Australia karena begitu banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan. Ditambah saat itu lebih dari 1 minggu ia tidak menggunakan ponsel karena ia belum sempat membelinya setelah ia menghilangkannya sesaat sebelum ke rumahku malam itu.

Lalu dihari perayaan atas berhasilnya project pertama yang dikerjakan Yongha, perusahaan mereka menggelar pesta. Saat itu Yongha mengaku ia tidak terlalu banyak minum tapi paginya ia menemukan dirinya sudah terbaring bersama seorang wanita di kamar hotel.

Aku mulai tidak bisa mempercayai ucapannya dibagian ini karena sepertinya cerita ini terlalu dibuat-buat. Kisah drama yang di tonton ibuku mungkin lebih baik dari cerita yang baru saja dikatakan laki-laki ini. Tapi aku tetap diam saja dan kembali mendengarkannya.

"1 bulan kemudian keluargaku langsung terbang ke Australia dan mulai membicarakan tentang pernikahan. Aku tidak tau kalau ternyata orang yang menjadi istriku saat ini sudah mengenal keluargaku dan menceritakan semua kejadian malam itu. Aku tidak bisa membantah mereka lalu aku mencoba kabur kembali ke Korea tapi ternyata pasport ku ditahan keluargaku."

"Bukankah cerita ini agak sedikit konyol? Maksudku, ini sungguh benar terjadi padamu?" tanyaku masih tidak bisa mempercayainya

"Sungguh, aku sedang menceritakan yang sebenarnya"

"Lalu, apa alasanmu tidak menghubungiku selama lebih dari 5 tahun saat kau pernah berjanji untuk menghubungiku?"

"Aku terlalu malu untuk berbicara denganmu lagi setelah semua yang aku lakukan padamu"

"Lalu, mengapa sekarang kau berani untuk muncul di depanku?"

"Aku merindukanmu" gumamnya

"Apa kau benar Yongha? Sejak kapan pria yang mulutnya kasar itu menjadi lemah begini?"

"Aku benar-benar merindukanmu dan kebetulan aku sedang mengurus kembali kepindahanku ke Korea jadi aku sekalian menemuimu"

Aku hanya meresponnya dengan tawa mencemooh

"Apakah ini hal yang benar saat seseorang yang sudah memiliki istri dan anak mengatakan hal seperti ini padaku?"

"Aku tidak mencintainya"

"Tapi kau memiliki anak dengannya? Lucu sekali" Aku benar-benar tidak tahan dengan ucapannya. Sejak kapan orang yang tidak mencintai seorang perempuan bisa memiliki anak bersamanya. Benar-benar konyol.

"Aku ingin mencoba memperbaiki semuanya denganmu dan kembali padamu"

Benar-benar sudah gila. Apa dia sudah kehilangan akalnya semenjak tinggal di Australia? Omong kosong apa yang orang gila ini ucapkan padaku. Aku tidak tahan mendengarnya dna tidak ingin ikut menjadi gila dan memilih untuk pergi dari tempat ini.

Baru 2 langkah dari kursi, Yongha menarik tanganku dan tiba-tiba berlutut didepanku. Tentu saja aku terkejut dengan situasi seperti ini terlebih ini di tempat umum dan banyak orang di dalam kafe ini yang tentu saja sekarang sedang menatap ke arahku.

"Apa yang kau lakukan? Berdiri!"

"Aku akan berdiri kalau kau menerimaku kembali"

"Dasar orang gila!" Seperti drama klasik, aku menyiramkan sisa kopi milikku ke wajahnya. hanya ada sedikit air namun es batu yang tersisa baru saja mengenai pelipis Yongha. Aku tidak peduli lagi dan pergi meninggalkannya masih dalam keadaan berlutut.

Ori yang berdiri tidak jauh dari tempatku tadi segera menghampiriku.

"Kau tidak apa-apa?"

Aku menghembuskan nafas kasar. Kesal dengan perlakuan Yongha padaku dan kesal kepada diriku sendiri yang sempat berharap ada sedikit cerita yang menjadi alasan yang lebih baik mengapa ia selama ini tidak menghubungiku.

"Antarkan aku pulang" Ucapku kepada Ori

*****