Burhan membawa Maura kedalam rumah bawah tanahnya, rumah yang ia gumakan untuk menyiksa semua pengkhianat baginya.
"Ikat dia.. " titah Burhan.
"Lepaskan sayaa!! Apa salah saya terhadap anda tuan !!" Ronta Maura.
"Salahmu padaku adalah kau sudah membuat anak kesayanganku menderita!!" Geram Burhan.
"Saya tidak mengenal anda, bagaimana mungkin saya mengenal anak bapak !!" Serunya melawan.
"Benarkah kau tak mengenal putriku ??"
"Tentu saja, saya saja tidak mengenal siapa anda tuan.."
"Tapi sayangnya saya mengenali anda yang telah berani menyakiti anakku.." geramnya.
"Anak .. anak terus!! Katakan siapa anak anda itu.." emosi Maura.
"Kau mau tau siapa putri kesayanganku ??"
"Katakan .."
"Ayla .."
Maura begitu terkejut mendengar nama Ayla keluar dari mulut laki-laki dihadapannya itu. Emosi mulai menguasainya kembali.
"Hahahha .." tawa Maura, membuat Burhan menggerutkan dahinya.
"Apa ada yang lucu !!"
"Tentu saja ada, apa yang sudah dia berikan untuk anda .??"
"Ah saya tau, pasti dia sudah memberikan dirinya bukan sampai anda bertekuk lutut dengannya.. "
Burhan marah mendengar putrinya dihina dihadapannya. Tangannya mengepal kuat, dihampirinya Maura.
Plakk..
Satu tamparan berhasil mendarat mengenai pipi mulus milik Maura. Perih, itulah yang dirasakannya saat sudut bibirnya terluka.
"Mulut mu terlalu lancang berbicara tentang putriku!!"
Maura menatap tak suka Burhan dihadapannya. Matanya memancarkan permusuhan, tak ada satupun dari keduanya yang berminat untuk mengakhiti tatapannya.
"Jalang akan tetap menjadi jalang !!"
Plakk..
"Saya kasih lihat gimana sesungguhnya seorang jalang itu .." seringai Burhan.
Burhan menepuk tangannya 2kali, lalu masuklah seorang laki-laki berbadan tegap menghampirinya.
"Saya tuan.."
"Client ku ini membutuhkan orang yang dapat memuaskannya. Saya mau kamu memuaskannya.."
"Baik tuan .."
Laki-laki itu mulai berjalan mendekat, sedang semakin dekat laki-laki itu padanya semakin Maura bergetar ketakutan.
"Mau apa !! Pergi!!"
"Saya hanya menjalankan tugas tuan saya .."
Laki-laki itu menarik paksa tangan Maura setelah melepaskan ikatannya. Diseretnya tubuh Maura masuk kedalam kamar.
"Tidak!! Saya tidak mau!! Tuan tolong ampuni saya !!" Teriak Maura.
Sedang Burhan hanya diam acuh sambil duduk menyilakan kakinya. Ia menikmati setiap jeritan kesakitan yang diteriakkan oleh Maura.
Laki-laki itu dengan kasar nya meniduri Maura hingga membuat wanita itu menjerit kesakitan. Seraya menangis, ia terus memohon ampun.
Berteriak memohon pada Burhan yang dirasa masih menunggunya didepan sana. Namun semakin ia menjerit semakin ia merasa kesakitan.
"Sudah, tolong hentikan.." pintanya sambil menangis.
Namun laki-laki itu menulikan telinganya. Ia masig asyik dengan kegiatannya, sesuai perintah bosnya. Tak kuat menahan sakit membuat Maura pada akhirnya jatuh pingsan.
*
Dirumah sakit, Rizky masih setia menggenggam tangan Ayla. Ia begitu sendu memandangi wajah wanitanya yang kembali pucat.
"Sayang, bangunlah .." pintanya sendu.
"Aku janji nggak akan ngebiarin siapapun nyakitin kamu lagi mulai saat ini .."
"Aku janji sayang, kumohon bangun.."
Rizky begitu sakit menatap Ayla yang pucat tak sadarkan diri. Diciuminya tangan Ayla berulang, berharap ia akan tersadar.
Namun Rizky tak sadar, jika ada Satyo yang sedari tadi memperhatikannya. Satyo begitu terharu melihat bagaimana Rizky mencintai adiknya itu.
"Lor tenang aja Ky, gue bakal pastiin Ayla baik-baik aja mulai dari sekarang.." gumam Satyo menatap keduanya dari luar.
"Tuan .." datang anak buahnya.
"Bagaimana ??"
"Dia ada dikamar, para penjaganya sudah ada ditempat masing-masing.."
"Lalu bagaimana dengan istrinya.."
"Masih belum sadarkan diri, ada papa nya yang selalu menjaganya.."
"Biarkan istrinya, kalian pantau laki-laki itu. Jangan biarkan dia berani mendekati adik saya !!"
"Baik tuan .."
Semua anak buahnya sudah pergi dan bertugas dimasing-masing tempat sesuai keinginannya. Namun Satyo masih berdiam diri diposisinya, enggan rasanya meninggalkan adiknya yang masih tak sadarkan diri.
"Papii .." serunya teringat akan Burhan.
Satyo berbalik meninggalkan rumah sakit, ia mengendarai mobilnya menuju tempat dimana Burhan saat ini berada.
Namun ditengah jalan, tiba-tiba saja ada mobil yang menghadangnya.
"Siapa mereka ??" Gumam Satyo dari dalam mobilnya.
Ada 4 orang laki-laki keluar dari dalam mobil yang menghadangnya. Ia pun mencoba menengok kebelakang, memastikan apakah masih ada mobil yang menghadangnya.
"Baiklah.." serunya bersiap diri.
Seorang laki-laki mengetuk kasar kaca mobil milik Satyo. Dan dengan kasar pula Satyo membuka pintu mobil, hingga membuat laki-laki itu terjatuh.
"Siapa kalian.. " tanyanya bengis.
"Anda tidak perlu tau siapa kami, tuan kami ingin bertemu dengan anda .."
"Kalau saya tidak mau ?"
"Sebaiknya anda bekerja sama dengan kami, jika tidak jangan salahkan kami jika melukai wajah tampan anda.." sombongnya.
"Silahkan jika kalian mampu.." tantang Satyo.
Keempat laki-laki itu mulai maju dan menyerang Satyo secara bersamaan. Namun bukan Satyo jika tak bisa mengatasi mereka.
Dengan cepatnya satyo mampu melumpuhkan keempatnya. Namun tanpa diduga salah seorang dari mereka tiba-tiba maju dan menggoreskan pisau hingga mengenai perut Satyo.
"Akkhh .." pekik Satyo tertahan.
"Brengsek kalian.. " maki Satyo saat melihat darah ditangannya.
"Berani sekali melukaiku !!" Bentaknya.
Dengan kasarnya Satyo mulai menyerang keempat orang itu hingga terkapar tak sadarkan diri. Namun Satyo kelelahan, darah terus mengalir membuatnya menjadi pucat.
"Aku harus cepat.." gumamnya masuk kedalam mobil dengan susah payah.
Dengan kencang, Satyo melajukan mobilnya menghampiri Burhan. Dan tak butuh waktu lama ia pun tiba disebuah rumah yang cukup sederhana namun terlihat mencekam.
Dua orang laki-laki datang menghampiri mobil Satyo. Dan ketika Satyo keluar, keduanya begitu terkejut.
"Tuan muda .."
"Cepat laporkan kepada tuan besar.."
Satu orang berlari masuk kedalam rumah, sedang satunya berlari menopang badan Satyo yang sudah sangat pucat.
"Tuan .. tuan, gawat .."
"Ada apa !! Bicaralah perlahan.."
"Tuan, tuan muda .."
"Kenapa dengan anakku.."
"Tuan muda diserang orang tuan.."
Burhan begitu terkejut mendengarnya, ia bangkit dari duduknya dan hendak melangkahkan kakinya.
Namun belum sempat ia melangkah, Satyo masuk dengan dibantu anak buahnya.
"Anakku !!" Berlari menghampiri anaknya.
"Bawa ke kamar, kamu telpon dokter kita.." seu Burhan.
Burhan dengan setia menemani anaknya yang tengah diobati. Mata nya menatap pilu luka robek diperut Satyo yang menyebabkan dia kehilangan banyak darah.
"Apa lukanya dalam dok ??"
"Tidak tuan, untungnya lukanya tidak terlalu dalam. Hanya saja tuan muda butuh banyak istirahat setelah kehilangan banyak darahnya.."
"Baiklah dok. Kalian tolong antarkan dokter kedepan.."
"Baik tuan, silahkan dok.."
"Saya permisi tuan .."
Dokter keluar bersama anak buahnya, dengan langkah gontainya Burhan berjalan menghampiri Satyo.
"Bagaimana nak ??" Tanyanya setelah mendudukan diri ditepian ranjang.
"Aku baik-baik saja papi.."
"Siapa yang menyerangmu !! Katakan pada papi.."
"Entahlah pi, mereka hanya bilang jika tuan mereka ingin menemuiku.."
Burhan mulai berfikir, siapa orang yang dengan beraninya menyerang anak laki-lakinya ini. Lantas untuk kepentingan apa ingin bertemu dengannya.
"Tidak usah kamu pikirkan, biar ini papi yang urus. Sekarang istirahatlah.."
Satyo hanya menganggukan kepalanya, lalu tak lama matanya pun mulai terpejam.
"Aku harus lebih waspada, aku harus bisa menjaga kedua anakku.." gumam Burhan menatap Satyo yang tengah tertidur.