Santoso sudah memutuskan, ia meminta Aren menandatangani surat perceraiannya dengan Widuri anaknya.
Aren menolak keras keinginan Santoso tersebut, namun dengan ancamannya ia berhasil membuat Aren menandatanganinya.
"Setelah ini, jangan harap bisa menemui cucuku!!"
"Papa tidak bisa memisahkan anak dari ayahnya!! "
"Kalau ayah macam kamu hanya akan menyengsarakan anakmu saja!!"
"Pah, papah ..!!" Teriak Aren marah saat Santoso pergi begitu saja.
"Akhh!! Brengsek semuanya!!" Amuk Aren.
Santoso segera pergi kembali keruangan Widuri, disana ia meminta anak buahnya untuk mempersiapkan keberangkatannya ke Belanda.
"Persiapkan semuanya. Bawa semua pakaian anak juga cucu saya, dan jangan lupa jemput cucu saya di sekolahnya.." titah Santoso.
"Baik tuan, segera kami lakukan.."
"Satu lagi, siapkan mobil karena saya akan keluar.."
"Baik, "
Santoso pergi meninggalkan Widuri dengan penjagaan anak buahnya. Ia pergi menemui Ayla dengan niat meminta maaf atas nama anaknya.
Baginya mungkin ini balasan bagi Widuri karena telah berlaku kejam pada Ayla. Dan kini tugasnya adalah meminta maaf untuk putrinya.
"Kita sudah sampai tuan.."
"Tunggulah didalam mobil, biar saya masuk sendiri.."
"Tapi tuan, "
"Niat saya baik, jadi mereka tidak akan menyerang saya. Saya tau betul siapa mereka.."
"Baik tuan.."
Santoso turun dari mobilnya, satu orng anak buah Burhan datang menghampirinya. Ia menanyakan maksud dari kedatangannya.
"Baik, silahkan ikuti saya.."
Santoso berjalan masuk mengikuti anak buah Burhan, saat ia diminta menunggu dengan sabar ia menunggu duduk diruang tamu.
Dan tak lama muncullah Burhan dengan Satyo menemui Santoso.
"Cepat sekali ternyata.." seru Burhan.
"Saya datang kesini ingin mewakili anak saya tuan, saya tahu betul kesalahan anak saya terlalu fatal tuan.."
"Jangan meminta maaf pada saya, minta maaflah pada anak saya.."
"Apa saya bisa menemui anak tuan??"
"Tentu saja, "
"Satu lagi, saya juga minta maaf dengan anak tuan ini. Saya dengan butanya menyerang tanpa tahu permasalahan sebenarnya.." menatap Satyo.
"Saya maafkan om.."
"Terima kasih nak ,"
"Satyo, panggilkan adikmu dengan Rizky.."
"Baik pi, "
5 menit setelah kepergian Satyo, kini ketiganya sama-sama turun dengan perlahan menuntun Ayla yang masih lemah.
Rizky dengan posesifnya memeluk pinggang Ayla, sedangkan Satyo berdiri disamping memegangi lengan adiknya.
"Betapa rukunnya anak-anak tuan .."
"Anak saya hanya dua, yang satu adalah menantu saya .."
"Oh betapa beruntungnya laki-laki itu.."
Ketiganya sampai, Burhan segera membantu Ayla duduk disebelahnya. Sedangkan Rizky juga Satyo duduk disofa lainnya.
"Nak, ini adalah tuan Santoso. Dia ayah dari Widuri, mama tirimu.."
"Oh, " terlihat ragu, namun Ayla menyapa dengan menganggukan kepalanya.
"Nak Ayla, saya datang untuk meminta maaf atas nama anak saya. Saya tahu betapa jahat dan fatalnya kesalahan anak saya terhadapanmu, tapi saya harap kamu bisa memaafkannya.."
Ayla hanya diam dengan pemikirannya. Bukan karena ia tak bisa memaafkan sikap Widuri padanya, namun ia hanya tak tahu harus berkata apa.
"Saya telah gagal mendidik anak saya, saya yang salah nak. Kalau mau hukum silahkan hukum saja saya sebagai gantinya.." Santoso yang merasa bersalah bersimpuh dihadapan Ayla.
Semua mata terkejut dengan apa yang dilakukannya. Seorang Santoso yang terkenal dengan egonya kini bersimpuh dikaki anak muda seperti Ayla.
"Tuan, tuan saya mohon berdirilah.. "
"Tidak, tolong maafkan saya.."
"Saya memaafkannya.. "
"Seriuskah ucapanmu nak ..??"
"Bangunlah dulu tuan.." seru Satyo membantu Santoso kembali duduk disofa.
"Benar, saya sudah memaafkannya sejak dulu. ."
"Syukurlah, saya bisa pergi dengan lega kalau begitu.."
"Anda akan pergi..??"
"Benar tuan, saya akan membawa anak serta cucu saya terbang ke Belanda. Tidak ada lagi yang harus anak saya lakukan disini.."
"Tapi bagaimana dengan suaminya ?" Tanya Satyo.
"Mereka sudah bercerai, Aren sudah menandatangani berkas perceraiannya.."
"Saya harap kehidupan anda sekeluarga jauh lebih baik disana tuan.." tulus Burhan.
"Terima kasih. Kalau begitu saya permisi dulu, karena saya harus bersiap untuk penerbangannya.."
"Baiklah, hati-hati tuan .."
Mereka mengantarkan Santoso hingga kehalaman, bahkan mereka juga menunggu hingga mobil Santoso keluar dari halaman rumah.
Burhan memeluk Ayla dan mengajaknya masuk kedalam rumah, meninggalkan Satyo dengan Rizky yang masih terdiam diteras depan.
"Gue bakal nikahin Ayla bulan depan.." seru Rizky.
"Gue nggak setuju.."
"Loe gila ya !!"
"Enak aja loe main nikahin adek gue, tanya dulu adek gue mau apa nggak.."
"Ya jelas mau lah, dia kan udah cinta banget sama gue.."
"Kepedean tingkat dewa loe.. "
"Nyatanya.."
"Mimpi apa gue punya ipar kek loe.." memandangi Rizky dari atas hingga bawah.
"Sialan loe!!"
Keduanyapun masuk kedalam rumah dengan terus beradu mulut. Hal itu tak khayal membuat Burhan kesal karena suara ribut yang ditimbulkan keduanya.
"Kalian ini berisik sekali!!" Tegur Burhan.
"Noh pi si Rizky, masa mau main nikahin adek aja .."
"Iyakah ??"
"Papi, niat aku baik lo mau nikahin Ayla. Restuin ya pi.." memelas Rizky .
"Tanya aja sama yang mau kamu ajak nikah.." menunjuk Ayla yang sedang memperhatikan mereka.
"Hoam, sepertinya aku mengantuk.." pura-puranya kemudia ia berjalan meninggalkan ketiganya.
Satyo tertawa dengan kerasa melihat Rizky yang diacuhkan oleh adiknya, sedangkan Burhan hanya bisa menggelengkan kepalanya.
—
Malam harinya kedua orang tuan Rizky datang mengunjungi Ayla bersama dengan Viola. Betapa bahagian Ayla bisa kembali bertemu dengan adik tirinya tersebut.
"Buna, apa buna sudah sehat ???" Panggil Viola pada Ayla.
"Kemarilah dan duduklah disamping buna .." panggil Ayla.
Viola berlari menghampiri Ayla, kemudian ia memeluk kaki Ayla dengan begitu bahagia. Bahkan semua orang bisa melihat bagaimana Viola menyayangi Ayla.
"Pak Burhan, sebenarnya kedatangan saya kemari bukan hanya untuk menjenguk Ayla saja. Maksud lainnya dari kedatangan kami adalah untuk meminang Ayla menjadi menantu keluarga kami.." seru Arindra pada Burhan.
"Saya hanya orang tua saja, tanyakanlah pada orang yang akan menjalaninya.." senyum Burhan menatap Ayla yang tengah malu-malu.
"Bagaimana Ayla, apa kamu bersedia menjadi menantu mama .?." Tanya Samira.
"Buna, buna .. buna mau kan jadi buna nya Viola??" Tanya Viola dengan lugunya.
"Tentu saja mau, siapa yang tidak mau punya anak cantik seperti Viola.." gemas Ayla pada Viola.
"Yezz!!" Seru Rizky tiba-tiba.
"Sehat bro ??" Tanya Satyo.
"Sehat kak.." sahut Rizky.
"Jijik gue.." balas Satyo.
Dan hal itu membuat semua orang tertawa melihat interaksi kedua laki-laki dewasa itu. Satyo dengan Rizky masih saja beradu argumen disaat Ayla sudah menerima lamaran Rizky.
Malam itu sudah ditentukan jika bulan depan adalah waktu pernikahan keduanya. Kebahagiaan tak dapat disembunyikan Rizky maupun Ayla yang terus saja tersenyum.
Betapa bahagia Burhan saat melihat putrinya begitu bahagia dengan kekasih hatinya. Kini ia merasa lega ketika putri satu-satunya mendapatkan laki-laki yang begitu mencintainya.
Malam kian larut, Burhan meminta Arinda juga Samira untuk menginap dirumahnya. Awalnya mereka menolak, namun Viola terus saja merengek ingin tidur dengan Ayla malam ini.
"Yeyyy malam ini Vio tidur dengan buna.." girang Viola saat Arindra menyetujui menginap.