Aren kini ada diruang rawatnya setelah mendapat pertolongan dari dokter. Lukanya tak terlalu parah serta kondisinya tak terlalu mengkhawatirkan, itu sebabnya ia sekarang berada dikamar rawat biasa.
Berbeda dengan Aren, Widuri mengalami luka yang cukup serius. Bahkan ia harus menerima operasi untuk menghentikan pendarahan diarea kepalanya. Kondisinya tak sampai disitu, tubuhnya yang lemah dan terlalu banyak mengeluarkan darah membuatnya dalam keadaan kritis saat ini.
Santoso, daddy dari Widuri begitu cemas berada diluar ruang ICU menatap anaknya didalam dengan berbagai alat ditubuhnya.
"Siang tuan .." seru salah seorang anak buah yang mendatangi Santoso.
"Bagaimana ?? Apa ada yang janggal dengan kecelakaan ini??" selidiknya.
Sebagai pembisnis ternama tentu Santoso selalu memiliki musuh bisnis dimana-mana, dan itu membuatnya selalu waspada dan selalu berprasangka buruk dengan semua hal yang menimpanya.
"Tidak ada tuan, mobil dalam keadaan baik-baik saja tanpa ada sabotase seseorang. Saya juga tidak menemukan ada yang janggal dengan kecelakaan ini, sepertinya ini murni kecelakaan.."
"Lalu kenapa mobil bisa keluar dari jalan dan terguling ??"
"Dari rekaman yang ada dimobil, keduanya sempat bertengkar tuan. Nona sepertinya cemburu dan menuduh tuan Aren yang tidak semestinya, dan sepertinya kecelakaan ini karena nona muda mencoba menghentikan mobil secara paksa.."
"Dasar bodoh!! Benar-benar anak bodoh Widuri itu!!" amuknya.
"Bagaimana bisa dia menuduh suami yang setia seperti Aren dengan tuduhan tak masuk akal.." lanjutnya.
"Pergilah, terus selidiki semua hal yang terjadi dengan anak juga menantuku itu. Aku mau tau semua hal yang bersangkutan dengan mereka.."
"Baik tuan, kalau begitu saya pergi dulu.." pamitnya.
Santoso berjalan menghampiri kaca besar didepannya yang menghubungkan dengan Widuri didalamnya.
"Kenapa kamu begitu bodoh nak?? jika kamu curiga dengan suamimu selidiki, jangan malah membuat hal bodoh yang akhirnya mencelakakan dirimu sendiri.. " gumam Santoso sambil menatap putrinya.
Ditempat yang berbeda, Satyo tengah duduk bersantai diruangannya. Namun didepanya sudah ada 2 orang laki-laki anak buahnya yang sedang melapor terhadapnya.
"Lalu ??" tanya Satyo.
"Mereka dibawa kerumah sakit yang sama dengan adik tuan dirawat .."
Satyo begitu terkejut saat mendengarnya, posisinya kini berubah duduk tegap menatap kedua anak buahnya. Matanya dengan tajam menatap kedua anak buah yang menundukan kepalanya.
"Kenapa baru bilang!! Terlalu berbahaya untuk adik saya satu tempat dengan bajingan itu !!"
"Maafkan kami tuan .."
"Lupakan, sekarang tugas kalian awasi semua gerak-gerik Aren juga keluarga Widuri. Saya yakin Santoso juga ada disana untuk menemani putrinya.."
"Baik tuan, kami permisi .."
"Pergilah."
Satyo kembali menyandarkan punggungnya pada kursi, pikirannya melayang membayangkan kondisi apa dan bagaimana jika adiknya satu tempat dengan laki-laki bejat seperti Aren.
"Hina sekali, bahkan anak kandungnya sendiri ia tolak dan ia lecehkan !! "
Kenangan kejadian dimana Ayla dibuang dengan sengaja ditangga kantor, pelecehan oleh Aren ayah kandungnya bahkan tindakan Widuri yang sempat membahayakan nyawa Ayla terus berputar dipikiran Satyo hingga membuat dirinya tak bisa mengendalikan emosinya.
"Brengsek !! Brengsek !!" memukul-mukul bahu kursi yang didudukinya.
"Sekali lagi loe berani sentuh adek gue, gue pastiin hidup loe lebih menderita dari ini.."
Satyo terlalu emosi hingga wajahnya memerah dan terlihat sangat menakutkan. Dan seakan teringam dengan Ayla adiknya, Satyo buru-buru menghubungi Rizky untuk memberi kabar tentang Aren juga Widuri yang dirawat dirumah sakit yang sama.
*
Ditempat lain, Rizky sedang didalam ruangannya dengan tak bersemangat. Tubuhnya terasa lemas sekali seperti kehilangam cairan habis dari gurun pasir.
Pada awalnya ia menawarkan diri untuk menjaga Ayla dirumah sakit , namun Burhan juga Rindra melarangnya dan memintanya kembali bekerja.
Dan hari ini setelah Satyo menghubunginya dan menceritakan kondisi dirumah sakit saat ini, Rizky begitu emosi hingga buku-buku tangannya terlihat.
"Gue bunuh sampai loe berani sentuh wanita gue ..!!"
Lalu tanpa sepengetahuan Satyo, Rizky juga menyiapkan anak buah untuk mengawasi Aren dari kejauhan. Bagi Rizky, ia tak ingin mengambil resiko sekecil apapun yang menyangkut Ayla.
Tokk .. tok ,
"Masuk .."
"Selamat siang tuan .."
"Ada apa Eki ??"
"Ini laporan dari perusahaan yang Aren pegang saat ini, dan yang ini bagian dari anak perusahaan mereka .." seru Eki sambil menunjukkan berkas-berkasnya.
"Kerja bagus Eki, saya benar-benar beuntung ada kamu .." puji Rizky sambil matanya fokus memeriksa berkasnya.
"Tapi sepertinya tuan Satyo juga mengincar hal yang sama seperti tuan .."
"Maksdunya ??" menghentikan sejenak bacanya dan memandangi Eki didepannya.
"Saat saya memeriksa latar belakang juga perusahaan itu, saya tanpa sengaja mengetahui jika ada orang lain yang juga sedang mengincarnya. Lalu tanpa sengaja saya juga bertemu orang tersebut, yang ternyata adalah suruhan tuan Satyo.. " jelas Eki.
"Jadi ternyata Satyo juga mengincarnya, "
"Benar tuan .. "
"Kita rubah rencana Eki, kamu bantu mereka buat dapatin apapun informasi yang mereka butuhkan. Dan kirim juga ini kerumah Satyo.."
"Baik tuan, segera saya kirim.." mengambil berkas dari meja Rizky.
Kemudian setelah berpamitan, Eki keluar untuk menjalankan apa yang diperintahkan oleh atasannya. Dan ia juga sudah memerintahkan anak buahnya untuk bekerjasama dengan anak buah Satyo.
"Loe salah jalan sekarang Aren!!" seru Rizky sambil menopang dagunya dengan senyum simpulnya.
Dirumah sakit, Ayla yang ditemani oleh Amira merasa bahagia sebab dirinya merasa seperti memiliki ibu. Merasa kan semua perhatian juga kasih sayang yang tak pernah ia dapatkan dari sosok ibu kandungnya.
"Astaga mama bisa aja, perut Ayla sampai sakit loh .." seru Ayla dalam sela-sela tawanya.
Keduanya saling melempar cerita lucu hingga membuat keduanya tertawa terbahak-bahak. Tak hanya itu, bahkan Amira sampai meneteskan air mata karena tertawa.
"Aduh mama mau ngompol rasanya .." serunya.
"Jangan disini mah, nanti kasian OB nya bersihinnya .." tawa Letta.
Namun hal itu membuat Amira semakin tertawa hingga tak tahan lagi menahan buang air kecilnya. Dan ia buru-buru berlari menuju kamar mandi yang berada didalam kamar rawat Ayla.
"Astaga mamaa .. mama .."
Namun tak berapa lama tiba-tiba Maura masuk dengan mendorong kasar pintu kamar rawat Ayla. Begitu terkejut, Ayla segera menoleh pada sumber suara.
"Ibu .." serunya bahagia.
Ayla mengira jika kehadiran Maura adalah karena ia khawatir dengan kondisinya. Namun semua berbeda saat tiba-tiba Maura mendekat dan menjambak rambut Ayla.
"Ini yang namanya anak kandung !! Merebut ayah tirinya dan menikam ibu kandungnya sendiri !!" teriak Maura begitu emosi sambi terus menjambak rambut Ayla.
"Sakit ibu .. " rintih Ayla merasakan sakit dikepalanya.
"Ini tidak sebanding dengan sakit hati saya dengan tingkahmu jalang!!"
Namun tiba-tiba Amira keluar dari dalam kamar mandi, ia begitu terkejut dengan kehadiran Maura dan tindakannya yang menyakiti Ayla.
Plakk .. !!
Amira berlari menghampiri keduanya, ditariknya tangan Maura dari rambut Ayla. Dan dengan sangat emosi ditamparnya pipi Maura hingga meninggalkan bekas merah disana.
"Mamaa.." panggil Maura dengan mata berkaca-kaca.
"Jangan pernah panggil saya dengan sebutan itu, karena saya bukan mama kamu!!" teriak Amira marah.
"Mama cukup ma .." lerai Ayla.
"Mama ?? Anda membiarkan jalang -
Tak sempat menyelesaikan ucapannya, sebab Amira sudah terlebih dulu menamparnya untuk yang kedua kalinya.
"Jangan pernah hina menantu keluarga Wijayanto !!" menekankan nama belakang keluarganya.