[Ryan menghampiri Ara di teras belakang]
"Bintang bisa jatuh kalau Ara tatap selama itu", suara Ryan membuatku menoleh ke belakang mencari sumber suaranya.
What a lame joke!
Bagaimana mungkin bintang jatuh jika dipandang untuk waktu yang lama.
Bintang akan tetap menggantung di langit dan berputar pada porosnya.
Begitulah semesta diatur dengan baik. Allah memasukkan siang ke dalam malam dan malam ke dalam siang, sehingga manusia dapat menentukan perhitungan waktu.
Kini dia duduk di sampingku, ikut memandang bintang. Kehadirannya membuat aku jauh lebih ingin melihatnya daripada bintang di langit malam.
Aku selalu ingin berterimakasih sekaligus merasa bersalah pada saat yang sama setiap kali melihat wajahnya.
Aku menyesal atas keegoisanku yang masih mengharapkan kebaikan lain darinya. Dia sudah sangat baik dan peduli, tapi dengan tidak tahu diri aku masih mengharapkan hati dan membayang-bayangi hidupnya.
Manusia tidak boleh seserakah itu, jika tidak ingin kehilangan segalanya.
"Sorry, lately I was too busy at hospital. You must feel completely being ignored for several days", lanjutnya.
"Ara paham kok. Udah ah, masuk yuk! ", ucapku yang kemudian bangkit.
Dia menyusul dan meninggalkan teras belakang bersama bintang-bintang yang tidak sendirian.
Ada hikmah di balik kejadian hari ini, dia kembali seperti semula setelah mengabaikanku beberapa hari belakangan ini. Meskipun mengaku bahwa rumah sakit menyita waktunya, tapi aku sadar bahwa keingintahuanku yang menjadi boomerang dan membuat sikapnya berubah.