Aku tidak betah duduk diam dalam ruangan tanpa melakukan apa-apa. Imajinasiku bertambah liar ketika sedang tidak beraktivitas. Aku keluar dan hanya mengamati restoran yang sedang tidak begitu ramai.
"Hi, Ara…", sapa Anne yang tiba-tiba mengagetkan.
"Seronoknya jumpa you dekat sini", lanjutnya ramah.
"Hi juga", ucapku pada Anne dan Bella yang datang bersama.
Anne tanpa canggung menceritakan padaku tentang pertemuannya dengan Ryan di rumah sakit untuk check up rutin.
Jelas tergambar kebahagiaannya saat membicarakan Ryan. Dia juga merasa senang karena kondisinya berangsur-angsur membaik.
Seketika hatiku hancur, emergency call yang dimaksud Ryan adalah Anne.
Dia benar-benar keterlaluan, meninggalkanku karena ingin lebih cepat menemui Anne, sang pasien kesayangan. Jika kondisi kesehatanku memburuk, apa dia juga akan memprioritaskan aku ?
Kurasa dia sama sekali tidak peduli.
"Haruskah aku sakit ?", batinku.
"Happy sebab medical check up report atau dr. Sayed Ryan ?", tandas Bella sambil menahan senyum.
Anne menunjukkan reaksi yang tidak jauh berbeda. Aku menjadi sangat yakin bahwa Anne menyimpan rasa terhadapnya. Ryan hanya harus membuka hati untuk Anne dan memberinya kesempatan, lalu aku akan benar-benar patah hati.
Sebelum itu terjadi, aku sudah ingin menyerah. Mencintai Anne bukan sesuatu hal yang sulit, dia tidak hanya cantik, tapi juga baik dan lembut. Sebagai wanita, aku mengaguminya sejak awal.
"Ara, you kan sepupu dia. You pasti tau perempuan macam mana yang dr. Sayed Ryan suka ?", tanya Anne bersemangat.
Aku tidak tahu bagaimana harus menjawab pertanyaannya, sulit bagiku menjelaskannya. Anne dapat dikategorikan sebagai tipe ideal bagi banyak orang, mungkin juga untuk Ryan. Meskipun begitu, cinta bukan tentang tipe ideal, tapi tentang hati.