Chereads / Keajaiban untuk Hati / Chapter 46 - Janji

Chapter 46 - Janji

Meski tidak pernah memintanya melakukan pengorbanan itu, membalas kebaikan seseorang adalah suatu keharusan karena tidak ingin berhutang pada siapapun. sehingga, aku berjanji akan merawatnya sampai benar-benar sembuh.

"Promise me ?", ucapnya saat mendengar janjiku untuk merawatnya.

Aku mengangguk meski tidak sepenuhnya yakin dengan perkataanku. Jika ditelaah lebih dalam, semua menjadi aneh, bagaimana bisa dia berada di tempat kejadian.

What a coincidence!

Berdasarkan pengakuannya, aku baru tahu jika dia membuntutiku sejak awal; dari restoran hingga ke rumah sakit. Awalnya dia berniat ke restoran untuk makan siang seperti biasa, tapi mengubah rencana begitu melihatku meninggalkan restoran. Dasar stalker!

"I'm just a weirdo following your direction", ucapnya mulai usil.

"Please, cut it out. Stop it!", balasku.

"Give me your address, I'll take you home", ucapku mengakhiri obrolan.

Dokter telah memperbolehkannya pulang, meskipun belum bisa berjalan normal. Dia membutuhkan bantuan tongkat untuk menopang badannya ketika berjalan. Dokter yang menanganinya mengatakan bahwa kondisinya akan kembali membaik seperti semula setelah melakukan beberapa treatments.

Mendadak perasaan kasihan sekaligus bersalah muncul dalam diriku saat menyaksikannya duduk di kursi roda yang sedang didorong oleh seorang perawat. Aku tahu, dia tidak harus mengalami semua itu jika tidak berusaha menolongku. Meski menyebalkan, sebenarnya dia baik dan memiliki hati yang tulus.

"Biar saya saja", ucapku pada perawat itu dan mengambil alih tugasnya.

"Thank you, Ara", ucapnya sesaat setelah sang perawat pergi.

"I don't know why I still happy. It looks like everything will be allright as long as you can be with me", lanjutnya kembali menggombal.

Aku terheran-heran dibuatnya, dalam keadaan seperti ini dia masih bisa mengumbar kata-kata manis yang telah kehilangan makna.

Dasar lelaki, tidak, tentu tidak semua laki-laki sama. Sebenarnya masih ada segelintir laki-laki baik di dunia ini yang selalu jujur dan konsisten dengan ucapannya; satu di antara seribu.

"Ok, tunggu di sini!", perintahku sesaat sebelum meninggalkannya di lobi rumah sakit dan berjalan menuju tempat parkir.

๐Ÿ๐Ÿ๐Ÿ