Setelah menemukan mobil Hanan yang terparkir di area rumah sakit, aku langsung menjemputnya dan mengantarnya ke rumah.
Aku baru tahu jika lokasi rumahnya tidak jauh dari rumah Ryan, mereka tinggal di area yang sama, hanya dipisahkan oleh delapan rumah.
Bola mataku berputar selama beberapa detik karena takjub. Bangunan rumah yang menjulang tinggi dengan gaya arsitektur perpaduan Eropa klasik dan modern.
Di tambah lagi, halaman depan yang luas disertai beberapa pepohonan yang memberi kesan asri seolah kembali ke alam. Di depan rumah terdapat tujuh mobil yang berjajar rapi.
"You're the first girl", ucapnya tiba-tiba.
Aku melirik heran. Tanpa perlu bertanya, dia langsung menjelaskan dan membuat pengakuan dengan sendirinya.
Aku adalah perempuan pertama yang diajak ke rumahnya. Lalu, di akhir kalimat dia mengoreksi kembali ucapannya. Aku adalah perempuan pertama yang dibawa ke rumah orangtuanya.
"So, what ?", tandasku.
Kali ini dia balik menatapku heran, lalu tersenyum beberapa detik.
Dasar aneh!
Aku hanya bisa menggeleng, tidak ada lagi yang bisa dilakukan ketika menghadapi manusia aneh dan arogan sepertinya.
Rasa muak yang aku rasakan sudah di ubun-ubun. Dia memang tidak melakukan kejahatan, tapi semua yang dilakukannya tidak pernah menyenangkan.
Aku mencoba menenangkan diri dan menepis ketidaksukaanku padanya.
Aku harus mengingat satu hal, aku berhutang budi padanya dan harus membayar semua itu secara lunas.