Chereads / Keajaiban untuk Hati / Chapter 11 - 7. Antara Dekat dan Jarak

Chapter 11 - 7. Antara Dekat dan Jarak

Kami mampir ke salah satu shopping center hanya untuk berburu makan malam. Sebenarnya, makanan bukan tujuan mereka, tapi shopping. Sejak sebulan lalu, Irham dan Ilham sudah berulangkali membujukku untuk membelikan mereka sepatu keluaran terbaru dari brand favorit mereka yang baru didistribusi ke Aceh beberapa waktu yang lalu.

Sebelum itu, kami mampir ke café untuk makan malam. Ryan duduk tepat di sebelahku karena kedua adikku memilih duduk bersama.

Sungguh suasana yang membingungkan, dia berada terlalu dekat tapi masih tidak dapat kurengkuh. Dia nyata sekaligus maya, tapi masih menjadi rumah yang ingin aku tuju.

"Bang, tipe istri bang Ryan gimana sih ?", celetuk Irham tiba-tiba.

"It's simple, berhijab dan baik", jawabnya spontan.

"Serius ? Berarti gak harus cantik ?", ucap Irham.

"Gak harus cantik", jawabnya sambil tersenyum.

"Dasar pembohong besar", celetukku dalam hati. 

"Ara gimana ?", tanya Ryan tiba-tiba.

"Hah ?", jawabku yang masih tidak mengerti orientasi pertanyaannya.

"Kakak...", celetuk Ilham dengan jeda beberapa saat.

"Kakak itu hati batu. Gak pernah tertarik sama siapapun. Makanya bunda khawatir kalau kak Ara gak ada niat nikah", lanjutnya.

Ryan mengedarkan pandangannya padaku seperti meminta penjelasan, tapi aku tidak ingin menanggapinya. Biarkan saja mereka dengan pemikirannya sendiri, aku juga sudah lelah berharap dan patah hati.

Usai makan, kami menuju destinasi utama si kembar. Tidak butuh waktu lama, mereka langsung menemukan sepatu yang telah lama mereka incar.

Meski begitu, mereka masih ingin melihat-melihat, aku mengikuti dengan tidak antusias. Mereka meraih sweater dan kaos putih sambil meminta persetujuanku. Aku hanya mengangguk dan mereka tersenyum merdeka.

Kami menuju cashier setelahnya. Ryan langsung mengeluarkan debit card miliknya, tapi aku menghalanginya karena aku yang seharusnya memenuhi janji pada adik-adikku. Lagipula, dia juga sudah membayar untuk makan malam.

"Jangan! Ara yang janji sama mereka", jawabku dengan tatapan tegas yang membuatnya langsung memindahkan kartunya.

Dalam beberapa hal, dia memahamiku dengan baik, kecuali perasaanku padanya. Dia benar-benar tidak menyadarinya, atau hanya pura-pura bodoh dan menutup mata akan hal itu.

Pertanyaan-pertanyaan itu sering terlintas di pikiranku, tapi tidak pernah mendapatkan jawaban.

🍁🍁🍁

Irham dan Ilham masih ingin membeli ice cream sebelum pulang. Ryan menemani mereka ke café, sedangkan aku mampir untuk membeli sesuatu yang tidak seharusnya mereka lihat.

Setelah tujuanku terpenuhi, aku kembali menemui mereka tapi hanya ada Ryan yang masih menunggu di depan café.

"Mereka lagi ke toilet", ucap Ryan sebelum aku sempat bertanya.

"Hand it for me", ucapku sambil menyerahkan bingkisan jam tangan.

Dia mengangkat alisnya sebelum meraih bingkisan itu dari tanganku, lalu tersenyum.

Aku juga menuliskan "Doctor must be in time" dan menyelipkan tulisan itu ke dalamnya. Tidak, bukan itu niatku. Sebenarnya, aku hanya ingin muncul dalam pikirannya meski hanya 1 dari 86.400 detik dari rutinitas hariannya.

Ilham dan Irham kembali beberapa menit setelah kedatanganku. Kami pun memutuskan untuk pulang dan tiba di rumah sekitar pukul 10.30 pm. Suasana rumah telah sepi, sepertinya mereka semua sudah tidur. Aku langsung beranjak ke kamar, membersihkan wajah, ganti baju, lalu tidur.

🍁🍁🍁

Keesokan harinya, usai sarapan, ayah ditemani adik kembarku mengantar Ryan dan keluarganya ke bandara Sultan Iskandar Muda. Bunda tidak ikut karena harus ke rumah sakit, aku juga tidak pergi karena harus ke lab. Membenahi pekerjaan yang terbengkalai selama beberapa hari.

Sebenarnya aku sengaja menghindar karena berat melihatnya pergi. Aku juga memilih ke kampus lebih pagi sebelum keberangkatan mereka, sehingga tidak harus mendengarnya pamit.

Meski telah belajar dari pengalaman bahwa rasa sakit akan menyertai seseorang yang menyandarkan hati dan kebahagiaan kepada seseorang. Aku masih membiarkan Ryan menguasai separuh diriku. Jika tidak ingin berakhir sepertiku, maka jangan pernah membiarkan orang lain mengambil alih hidupmu!

🍁🍁🍁