Claudia Thiesa (17 tahun) dan Jessica (16 tahun), adalah kakak beradik yang menjadi korban perudungan secara fisik dan psikis oleh keluarganya karena keluarga Singh tidak menginginkan kehadiran anak perempuan di kehidupan mereka. Keluarga konglomerat tersebut memiliki pandangan stereotif bahwa perempuan, adalah sosok manusia yang lemah dan tidak pantas melakukan berbagai pekerjaan besar atau menduduki berbagai jabatan yang biasanya diduduki oleh kaum pria. Mereka tidak disekolahkan seperti anak-anak lain atau seperti kakak-kakak mereka yang laki-laki dan juga tidak diajak ke acara-acara sosialita. Disaat acara keluarga atau acara-acara kelas atas di rumah, kakak beradik perempuan tersebut dikurung di sebuah gudang. Selain itu, Claudia dan Jessica dicap sebagai anak pembawa sial oleh keluarga besar Singh sehingga mereka menjadi sasaran kemarahan jika mereka mengalami kejadian-kejadian yang tidak diinginkan. Tidak memenangkan tender adalah salah satunya.
Sampai suatu saat, mereka diusir dari mansion keluarganya sejak mereka berumur 7 dan 6 tahun. Semua fasilitas mereka dicabut 100% dan nama mereka dicoret dari kartu keluarga mereka. Jessica yang hatinya benar-benar terpukul sangat depresi dan berkali-kali mencoba bunuh diri. Untung saja Claudia selalu menenangkannya dan mencegah dirinya dari perbuatan buruk itu.
Karena diusir dari rumah mewah tersebut, kakak beradik itu kini hidup sebagai gelandangan yang hina sekaligus sebagai dua anak kecil dari banyaknya anak terlantar yang dibuang oleh keluarga lainnya. Mereka tinggal bersama para gelandangan lainnya disebuah pemukiman kumuh yang terletak dipinggir Kota Jakarta. Kejadian ini membuat Claudia dan Jessica harus menjalani kerasnya kehidupan di dunia yang luas ini.
Kedua gadis ini bekerja apa saja yang bisa mengisi pundi-pundi mereka dengan kertas berharga. Mereka bekerja sebagai buruh jahit di sebuah pabrik konveksi paruh waktu, dan penjaga warnet hingga tengah malam. Untuk Jessica sendiri, gadis kecil itu bekerja sebagai buruh disebuah bengkel furnitur. Gaji yang diterima memang tidak seberapa. Namun, bisa menghidupi kebutuhan sehari-hari mereka. Bersekolah? Mana bisa? Kondisi ekonomi dan waktu tidak mendukung. Walau begitu, mereka tetap memiliki niat untuk menggapai kesuksesan dan bisa membalas dendam pada keluarga yang membuat mereka seperti sekarang ini. Caranya? Belajar apa saja secara otodidak. Semua buku yang berkaitan dengan pengetahuan umum, majalah, ensiklopedia, kamus-kamus bahasa, buku akademis yang mereka beli di suatu toko buku bekas mereka baca semuanya. Otak mereka yang jenius membuat Claudia dan Jessica menyerap semuanya dan memiliki kosa kata yang baru. Selebihnya, mereka belajar banyak aliran beladiri secara otodidak melalui buku–buku tentang olahraga beladiri dan melalui konten-konten serupa yang ditayangkan melalui sebuah platform Yutub saat menjaga warnet. Ah iya, mereka juga menjadi petarung di bergabai arena pertarungan ilegal dan sering memenangkan pertarungan dimana uang hasil bertarungnya itu digunakan untuk tambahan modal usaha.
Setelah uang yang dirasa cukup setelah menabung selama setahun, kakak beradik itu membangun warteg dipinggir jalan. Inilah kesuksesan pertama mereka. Melalui lika-liku yang cukup sulit untuk anak seusianya itu lambat laun, menjadi maju dan berkembang menjadi restoran terbaik se–Jakarta dengan cabang yang berkembang di berbagai titik. Tidak sedikit pengunjung memuaskan rasa laparnya di restoran yang baru berkembang ini. Kemudian, berkembang ke seluruh Indonesia. Dengan uang yang mereka kumpulkan, Claudia dan Jessica mengurus keimigrasian dan pergi meninggalkan negara lama mereka dan pindah status kewarganegaraan menjadi warga negara Belanda. Bagaimana bisa padahal mereka pergi dari rumah tanpa membawa apapun? Itu semua karena otak jenius mereka sehingga bisa meyakinkan pihak keimigrasian dari kedua negara tersebut dengan memalsukan seuma dokumen yang berkaitan dengan diri mereka.
Di negara yangdijuluki Negeri Kincir Angin itu, mereka langsung mengambil kuliah jurusanbisnis dengan mengambil program akselerasi yang membuat mereka lulus dalam pendidikan yang tinggi di waktu yang cukup singkat. Wajar saja, kecerdasan yang dimiliki Claudia dan Jessica ini membuat keduanya mampu menyerap materi-materi kuliah yang berhubungan dengan jurusannya. Seminggu setelah wisuda, keduanya bertekad untuk memajukan usaha restoran mereka hingga memiliki banyak cabang di berbagai negara seiring berjalannya waktu dan mendirikan Tartarus yang dulunya hanya geng jalanan namun terus berkembang. Bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun, yang dulunya hanya usaha restoran besar kini maju dan berkembang menjadi suatu perusahaan raksasa yang berdiri di puncak rantai bisnis. Begitu juga dengan organisasi mafia mereka yang kini menjadi mafia yang berpengaruh di dunia.