Amsterdam, Netherlands.
Spesific loc: Schiphol Amsterdam Airport.
Sinar Sang Surya terasa membakar di kulit. Maklum, saat ini adalah musim panas yang dinantikan oleh semua orang barat. di berbagai negara pada benua Eropa dan Amerika. Berbagai sekolah memberikan libur Panjang selama 1 hingga 2 bulan pada musim tersebut.
Claudia dan Jessica, sebut saja mereka adalah CJ Sisters. Berjalan memasuki Bandar Udara Schiphol bak seorang pragawati. Tatapan orang-orang yang berlalu-lalang di sekitar bandara tertuju pada gadis kakak beradik itu.
Mereka memang sangat cantik. Postur tubuh mereka setinggi standar wanita eropa. Claudia dengan tinggi 177 cm, dan Jessica dengan tinggi 174 cm. Sebagai gadis campuran Indonesia–India, mereka memiliki hidung yang mancung, dada dan bokong yang padat berisi, dan iris mata berwarna amber yang dikenal sebagai warna mata yang langka. Mereka berdua ini, terlihat seperti dua aktris bollywood yang sedang naik daun.
CJ Sisters hanya memasang wajah mereka yang angkuh. Tidak perduli akan tatapan memuja dari para pengunjung bandara.
Setelah beberapa langkah dari lobby bandara, mereka sampai di depan pesawat jet berwarna hitam. Mereka ditunggu oleh Mr. Daendels, salah satu kaki tangan CJ Sisters.
Sara Fujiwara, seorang wanita asal Jepang. Dia salah satu kaki tangan Claudia dan Jessica yang menjaga lapangan terbang pribadi yang merupakan salah satu dari banyaknya properti yang dimiliki kakak beradik itu. Dia biasa dipanggil dengan sebutan, Ms. Fujiwara. [Ms= singkatan kata Miss.]
"Halo nona besar, senang bertemu dengan kalian." Sapa Ms. Fujiwara sambil membungkuk dalam bahasa Jepang-nya. Ya, kadang-kadang, mereka juga dipanggil dengan sebutan nona besar.
" Saya juga senang bertemu dengan anda, Ms. Fujiwara". Balas Jessica dengan nada datarnya dalam berbahasa Jepang. Claudia? Gadis itu hanya tersenyum sangat tipis, sehingga dia tetap terlihat sebagai gadis dingin yang minim senyuman. Penting agar kalian tahu, dimanapun orang Jepang berada, mereka tetap menggunakan bahasa mereka sendiri. Yaitu, bahasa Jepang. Claudia bergantian menatap seorang wanita dan seorang pria yang berseragam putih yang berdiri di samping Miss Fujiwara.
"Saya akan Mr. Jackson akan menjadi pilot dan co-pilot kalian, Nona Besar" Ucap Ms. Laura dengan logat bahasa Indonesia yang masih dipaksakan.
"Tolong kerjasamanya!" ucap Daendels dengan bahasa Indonesia-nya yang lancar namun, dengan logat eropa yang kental.
"Percayakan pada kami, Tuan Daendels," kata salah satu dari mereka.
Kini mereka semua sudah berada di dalam jet pribadi mewah tersebut. Jet milik CJ Sisters ini begitu berkelas karena interiornya yang elegan. Begitu lepas landas, mata indah Jessica tertuju pada pemandangan negara Belanda yang terlihat dari ketinggian.
"Selamat tinggal, negaraku yang indah."
******
Banten, Indonesia.
Spesific loc: Bandar Udara Internasional Soekarno–Hatta. [Soekarno–Hatta international Aiport]
Tengah malam beberapa laki-laki kekar dan beberapa wanita bertampang sangar menunggu kedatangan seseorang di lobby Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta. Didepan lobby bandara itu juga, terdapat limusin hitam antipeluru untuk melidungi penumpangnya bila terjadi serangan tiba-tiba dari musuh.
Didepan pintu keluar bandara, dua gadis muda dan juga pria bule yang mendampinginya segera dihampiri oleh salah satu pria bercodet yang akan membukakan pintu mobil untuk mereka dan juga supirnya, "Nona Besar, mari kita jalan" ucapnya dengan nada yang sopan.
Kedua gadis itu hanya mengangguk. Begitu sudah duduk, Claudia mengatakan sepatah kata pada supirnya, "Kita ke depan mansion keluarga Singh sebentar. Tapi agak jauh dari sana!" ucap Jessica dengan nada datar tanpa emosi.
"Nona Besar apakah kalian serius?! Bukankah mereka adalah keluarga yang membuang anda dan nona Claudia? Nanti kalau ke...."
"Turuti atau mati?!" potong Claudia cepat.
"B-baiklah." Pria tersebut langsung menggas mobil limusin itu menuju suatu kawasan real estate tempat kediaman keluarga yang menelantarkan kedua bosnya 10 tahun yang lalu. Beberapa menit kemudian, mereka berhenti di seberang rumah mewah tersebut.
"Cukup! Kalian tunggu kami disini." Interupsi Jessica.
"Nona Besar mau kemana? Apa kalian akan membuat teror pada mereka?" tanya Daendels.
"Berdoalah supaya haus darah kami tidak muncul!" ucap Claudia dingin tanpa melihat lawan bicaranya. Dia dan Jessica langsung memanjat Gedung dari suatu mansion dengan lincah tanpa salah pijakan hingga sampai di atas genting.
Suasana di kawasan real estate tampak sepi dimana para penghuninya pada beristirahat di kediaman masing-masing. Hanya diterangi dengan lampu-lampu taman, bintang-bintang, dan cahaya bulan dilangit.
"Hee, ini rumah mereka yang membuatku trauma kak." Jessica menatap tajam suatu bangunan besar yang mereka tahu adalah rumah mewah milik keluarga Singh.
"iya, kau benar adikku. Aku tidak pernah melupakan setiap kejadian kelam yang kita alami seperti mejadi korban child abuse mereka." Timpal Claudia dengan nada yang tidak kalah dingin dari adik kesayangannya.
"Aku tidak akan pernah memaafkan apa yang mereka lakukan pada kita. Dan kita akan mengembalikan seribu kali lebih kejam dari mereka dulu." Monolog Jessica dengan tatapan kejam.
"Singh's family, are you ready to lose?" ucap Claudia tersenyum miring menirukan celotehan anak-anak yang suka bermain game online. =(Keluarga Singh, siap untuk kalah?)
Akhirnya mereka meninggalkan bangunan mewah tersebut.
DKI Jakarta, Indonesia
Ini hari pertama mereka sekolah. Semuanya sudah disiapkan untuk keperluan sekolah mereka.
Mereka bersekolah di suatu sekolah internasional milik keluarga Singh. Sebenarnya jika bukan karena ingin melancarkan balas dendamnya, CJ Sisters tidak sudi untuk Kembali ke negara yang dijuluki Zamrud Khatulistiwa itu. Toh, mereka sudah hidup enak di Belanda.
Blazer hitam, kemeja putih, dasi hitam silang, rok sepan hitam selutut, adalah atribut seragam Teenagers International High School. Namun, mereka hanya memakai kemeja putih dan rok sepan hitam saja. Alih-alih memakai blazer, Claudia malah memakai leather jacket hitam berlogo figur iblis bertubuh wanita dan sebuah lambang pentagram. Jessica? Tubuhnya dibalut dengan outer jaket hoodie hitam. Dasi silang yang seharunya dipakai, malah digantikan dengan aksesoris kalung dan tindik. Sedangkan kemeja putih seragamnya mereka keluarkan.
Mereka turun dari kamar mereka di lantai 3 dengan lift menuju pelataran mansion. Daendels yang juga merupakan kepala rumah di mansion dua gadis bersaudara itu, menghampiri kedua majikannya, "Perlu kami antar?" tanya pria itu.
"Tidak perlu, paman. Kami pergi sendiri. Cukup paman mengontrol teritorial kami." Ucap Jessica agak datar dan dingin.
"As you command, Ms. Claudia, Ms. Jessica." Patuh Daendels.
Waktu menunjukkan pukul 06:30. Namun keduanya hanya berjalan santai menuju garasi mereka yang besar dan luas. Menyimpan lebih dari 100 mobil mahal yang mereka beli dengan kekayaan mereka yang sangat banyak. Keduanya kompak memilih Bugati La Voitura Noira sebuah mobil paling mahal didunia yang harganya mengalahkan mobil dinas Kerajaan Inggris.
******
Pagi ini tampak cukup cerah. Anak-anak usia tanggung dengan seragam sekolah yang terlihat mencolok. Ada yang berjalan santai dengan kawan-kawannya, ada juga yang bercanda sambal berlarian, mereka banyak berjalan kaki namun banyak juga yang menggunakan kendaraan pribadi seperti mobil atau motor. Ada juga yang diantar oleh seorang supir pribadi. Semuanya menuju sebuah gerbang sekolah yang besar dan tampak megah berdekatan dengan plang gedung bertuliskan TEENAGERS INTERNATIONAL HIGH SCHOOL di depan gedung sekolah. By the way, pintu gerbang ditutup pada pukul 07.45 dan sekarang masih satu jam lagi sebelum pintu gerbang tersebut ditutup oleh seorang satpam.
Sekolah ini memiliki fasilitas bagus seperti kolam renang Olympic, kantin rasa restoran, AC dan CCTV di tiap kelas, ruang komputer, dan akses wi-fi. Sesuai dengan biaya sekolahnya yang mahal. Hanya anak-anak dari keluarga kaya yang bisa bersekolah disana. Bagi yang menerima beasiswa karena kecerdasannya, dia akan dicap sebagai—Orang Yang Beruntung.
Sebuah mobil mewah memasuki kawasan sekolah bertaraf internasional itu, semua orang ingin tahu, siapa pemilik dari mobil termahal didunia tersebut.
Keluarlah dua orang gadis dengan style bad girl-nya. Dengan kacamata hitam yang bertengger di hidung mereka. Wajah datarnya tersirat akan keangkuhan. Mengabaikan tatapan memuja dari para murid laki-laki dan tatapan merendahkan dari para murid perempuan yang iri karena CJ Sisters menjadi pusat perhatian.
"Jess, kamu duluan ke ruang kepsek deh. Kakak mau parkirin mobil bentar." Ucap Claudia yang diakhiri dengan mencium pipi adiknya. Jessica hanya terkekeh. "Siap kak!"
Suasana di kelas XI–A mendadak heboh bersamaan dengan datangnya wali kelas mereka dengan dua orang gadis yang tidak lain dan tidak bukan adalah Claudia dan Jessica.
"Gila, baru masuk aja udah kayak berandal!"
"Bad Girl banget mereka, tapi cantik sih."
"Pengen gue pacarin sumpah."
"Astaga, gw aja yang cewek juga kagum sama nih anak baru."
"Apalagi gw, Rina. Untung aja gw cewek normal. Kalo gw cowok atau lesbian, udah gw kejar ampe dapet satu dari mereka."
"Dadanya cuy. Gw rasa, karena keseringan nge-Gym tuh kakak adek."
"Berisi njir dada sama bokongnya, sebagai cewek, gue insecure."
"Otak gue traveling, HELP!"
"Diam semua!" Tegas seorang wanita bercepol dengan nametag 'R.R Erika Soetomo S.PD'. "Di depan kalian adalah murid baru sekolah ini. Nama mereka adalah Claudia Thiesa dan Jessica Hananya. Mereka pendatang dari Kota New Delhi, yang kita tahu adalah Ibukota Negara India."
"Salam kenal untuk kalian semua" ucap mereka dengan nada datar.
"Baik, kalian bisa duduk di kursi paling belakang." Kata Bu Erika dengan penuh wibawa yang hanya dibalas dengan anggukan. Keduanya duduk di tempat yang ditunjuk wali kelasnya dan menatap guru yang menjelaskan materinya tanpa minat. Namun, mereka menyeringai puas karena berhasil mengelabui pihak sekolah dan negara karena dokumen palsu yang menyebut mereka dari India dan kebetulan sekali, IP mereka negara India. Selain itu, gen yang dimiliki oleh Claudia dan Jessica berbeda dari ketiga kakak laki-laki mereka yang turut menyakiti dan membuang mereka karena ketiganya mengikuti gen ibu yang berdarah asli Indonesia.
Kriiiiiiinnngggg!
Bel istirahat berbunyi membuat seluruh siswa Teenagers International High School, atau yang biasa disingkat sebagai TIHS berhamburan keluar kelas. Ada yang untuk bercengkrama, mengerjakan sesuatu yang penting, membaca di perpustakaan, dan pergi ke kantin untuk memuaskan cacing-cacing yang berdemo dari dalam perut. Katanya.
Termasuk Claudia dan Jessica.
"Duduk dimana kak?" tanya Jessica.
"Sana aja yuk." Jawab Claudia mengarahkan telunjuknya ke meja kantin yang berada diujung.
By the way, karena sekolah ini bertaraf internasional, kantin di TIHS meyediakan makanan bernuansa Indonesia, western, dan oriental dengan kualitas yang berkelas. Apalagi dikantin memiliki beberapa pelayan yang bekerja di kantin tersebut.
"Jess, kamu pesan apa? Gue nasi pake tongseng sapi." Kata Claudia sambal membaca buku menu.
"Samain aja kak." Balas Jessica.
"Pelayan!" panggil Claudia.
Seorang wanita datang membawa buku kecil ditangannya. "Mau pesan apa?" tanya Si Pelayan.
"Nasi putih sama tongseng sapinya dua mbak." Pesan Claudia.
"Baik, saya ulangi. Nasi putihnya dua dan tongseng sapinya dua. Ada lagi?"
"Alpukat satu sama ice cream cokelatnya satu." Pesan Jessica.
"Baik, mohon ditunggu 15 menit."
Lima belas menit kemudian, pelayan itu Kembali dengan membawa nampan berisi pesanan CJ Sisters. "Ini pesanan anda, silahkan dinikmati"
"Idih, berani banget tuh. Dudukin tempat Killa CS!"
"Nyari masalah tuh sama mereka!"
"Bakal habis tuh anak baru."
"Penampilannya kek cewek sok jagoan lagi."
Sekelompok gadis dengan gayanya yang centil menghampiri dua gadis yang duduk di suatu tempat duduk di kantin bersamaan dengan celotehan para murid TIHS di kantin yang ramai.
"Oh, jadi loe yang berani duduk di meja kami!?" tunjuk seorang gadis.
"Berani lagi duduk di daerah kekuasaan kami!" sinis yang satunya lagi.
"Oh." Celetuk Claudia.
"Berani loe sama kami, huh?" bentak gadis yang penampilannya sedikit lebih modis diantara geng murid centil itu. "Gue berlima ini anak billiuner! Anak donatur dan pemegang saham sekolah. Nama gw Debby Adriana Pratama, dari keluarga terkaya no.8 se-Asia."
"Gue Helen Williana Thelma, anak pemegang saham terbesar di sekolah ini!"
"Gue, Rossiana Felix Hadiningrat. Orang pasti tahu gw siapa." Ucap murid perempuan yang akrab disapa Rossi dengan pedenya.
"Gue Feny Olive Irawan. Anak dari orang terkaya ke-6 di Asia."
"Killa Abriella Sutanto. Lo pasti udah tahu gue siapa." Ucap murid bernama Killa dengan nada dingin. Killa dikenal sebagai salah satu dari geng anak orang kaya TIHS. Tidak ada yang berani dengannya karena dia adalah adik seorang pentolan dari geng gadis pembully di sekolah. Termasuk guru-guru, dan seluruh staff sekolah sekalipun. Selain itu, dia adalah anak dari orang terkaya ke-5 se-Asia.
"Already an acquaintance?" =(Udah kenalannya?) tanya Jessica cuek sambil menyantap makanannya.
"Wait a minute! =(Tunggu sebentar!)" Jessica menjeda ucapannya. "Saya dan kakak saya tidak merasa kalau ini daerah kekuasaan anda dan teman-teman anda. C'mon, this is motherfucking School. Fasilitas di sekolah ini milik semua siswa yang telah membayar uang sekolah ini. Termasuk saya, kakak saya, dan anda sekalian. So, ini bukan daerah kekuasaan kalian"
"Sok inggris loe ya!?" desis Killa datar sambil menjambak rambut indahnya.
"Lepasin tangan anda dari adik saya!" ucap Claudia dengan nada sedingin es.
"Kalau gue gak mau, gimana dong? Mau ngadu?! Silahkan. Palingan juga gak dibela." Tutur Killa angkuh.
"Saya bilang lepasin! Anda ngerti bahasa Indonesia gak?" tanya Claudia dengan suara lantangnya. Mengeluarkan aura dingin dan kegelapan yang mencekam. Hawa dingin yang mencekam itu, mendominasi kantin sehingga semua orang disana merasakannya.
Claudia bangkit dari duduknya untuk mendekati Killa. "Oke, kalau anda gak mau, saya yang lepasin dengan kekerasan!"
Gadis itu melepas paksa jambakannya dan mencengkram tangan Killa dengan muka tanpa ekspresinya. Tenaga Claudia tidak main-main sehingga bisa-bisa tulang orang atau benda lain bisa hancur akibat cengkramannya, "Lepas, sakit woy! Aaaaaaaarrgghh.....!" umpatnya kesakitan.
Claudia tidak perduli. Dengan beberapa tamparan darinya, kedua sisi pipi Killa menggembung seperti ikan buntal. Belum sampai disitu, gadis itu menendang perutnya, memberi tendangan memutar pada lehernya, dan meninju wajahnya tepat dibawah dagu. Ada yang membelanya? Mana bisa setelah melihat murid baru tersebut menunjukkan sisi gelapnya didepan mata kepala mereka sendiri.
Killa masih sadar walau tubuhnya mulai melemah karena mendapat pukulan dan tendangan yang amat keras. Claudia mencengkram lehernya dengan kedua tangannya, lalu mengangkatnya kira-kira setinggi 3 jengkal dari permukaan tanah. Semua murid TIHS dibuat terheran dan melongo karena bisa melihat seorang gadis cantik sebringas karakter raksasa hijau yang ada di komik terkenal asal Negara Paman Sam itu.
"Jangan sok berkuasa di tempat umum! Paham?" ucap Claudia dengan nada datar. Dia akhirnya menghempaskan gadis centil tapi sok berkuasa itu dengan kasar sehingga tubuhnya membentur lantai kantin. Belum sampai disitu, dia menginjak kakinya yang kecil. Killa sudah lemas dan tidak berdaya lagi. 'lemah,' dia berdecak dalam hati.
"Bawa teman kalian sebelum dia kubuat mati muda!" ujarnya dingin. Semua masuk Kembali karena KBM alias Kegiatan Belajar Mengajar dimulai kembali.