Chereads / Balasan Atas Cintaku / Chapter 3 - 3. Debar

Chapter 3 - 3. Debar

"Ayo lah Lulla, ceritakan padaku."

Lulla menatap jengah pada Mey yang terus menerus membuntutinya sejak dari kelas, perpustakaan, hingga kantin seharian ini. Tepat setelah meletakkan menu makan siangnya, Lulla menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan si teman baru yang belum berubah sejak tadi.

"Kenapa tidak mau cerita? Cinta sepihak ya?" Tanya Mey menyelidik.

"Memang apa hebatnya sih kalau aku suka Oktano atau tidak? Apa pengaruhnya untuk kampus ini?"

Si gadis berkuncir dua melebarkan matanya. "Tentu saja ada."

Lulla sendiri hanya mengerutkan dahi di sela-sela menyendok nasi.

"Kalau kau ada apa-apa dengan Oktano, pasti orang yang mengejar dia akan berkurang."

Lulla mengendikkan bahu. "Yang mengejarku juga banyak kok, tapi aku biasa saja." Ujarnya kelewat percaya diri, membuat Mey bergidik geli.

"Siang, Lulla."

Sebuah suara rendah milik Oktano baru saja membuat dua orang yang sedang asyik berdebat sama-sama menoleh. Lulla dan Mey sama-sama melongo ketika orangnya mengerling satu kali lalu berjalan menjauh.

"Hei, dia menyapamu."

Lulla mengangguk kaku, jantungnya berdebar kencang.

---

"Pagi Lulla,"

Lulla yang sedang menatap pantulan wajahnya dari layar ponsel lantas terlonjak. Di balik punggungnya ada Oktano yang sama-sama baru saja sampai di kampus.

"Tidurmu nyenyak?"

"Err... ya."

"Kau belum menjawab sapaanku tadi." Oktano nyengir.

"Ah, iya. Selamat pagi juga. Kau ada kelas?" Lulla berusaha menyembunyikan rasa malunya namun gagal. Ia menggaruk tengkuk sejak tadi.

"Ada, di ruang 208."

"Eummm, Oktano-"

"Ya?"

"Kenapa kau menyapaku terus sejak kemarin?"

Oktano menatap Lulla tidak mengerti. "Memangnya kenapa? Kau tidak suka?"

Lulla menggeleng. "Temanku mungkin akan berpikir yang aneh-aneh, karena kita tidak sedekat itu."

Mendengarnya membuat Oktano tertawa. "Kalau begitu aku ingin dekat denganmu."

Dekat?

Apa maksudnya?

Dekat yang seperti itu?

Tolong jelaskan kenapa jantung Lulla berdebar kencang saat ini.

"Eumm, Lulla..."

"Iya?"

"Kau ada kuliah sampai jam berapa?"

"Jam berapa ya? Sebelas sepertinya, memangnya kenapa?"

Oktano berdehem singkat. "Nanti mau makan siang denganku?"