Chereads / Secrets (Of Us) / Chapter 6 - 6

Chapter 6 - 6

Zhizi masih melongo dengan pantulan dirinya yang ia lihat.

"Cocok sekali untukmu" sahut pegawai itu

Penampilan Zhizi memang sangat berbeda, orang bahkan tidak akan tahu dia masih anak sekolah jika melihat penampilannya sekarang. Pemanpilannya lebih dewasa.

Karena baju yang sebelumnya Zhizi pakai tidak mungkin terus dibawa-bawa maka ia menitipkan bajunya sementara pada pegawai  itu.

Zhizi sudah berjalan ke tempat tujuannya yaitu bar/club tempat Aina dan Ayi berada, laki-laki yang menghadang dirinya tadi masih setia disana dikarenakan tuntutan pekerjaan.

"Silahkan masuk" sahut laki-laki itu setelah melihat penampilan Zhizi yang berubah

Saat sudah memasuki ruangan itu suara musik yang keras langsung mendominasi suara yang memasuki telinganya. Keadaan ruangan juga cenderung gelap yang hanya dihiasi lampu berwarna warni

Beberapa pasang mata menyadari kehadiran Zhizi dan tertarik dengan gadis itu. Mereka mendekat dengan niatan yang berbeda-beda baik itu mengajak berkenalan, ataupun berdansa. Sayangnya Zhizi bertingkah seolah-olah tidak mendegar ucapan mereka dan melanjutkan langkahnya untuk mencari Aina dan Ayi.

Bughhhh

Zhizi bertabarakan dengan seseorang yang berdiri disampingnya, ia juga tidak tahu dengan jelas siapa yang menabrak terlebih dahulu

"Maaf" sahut Zhizi tanpa melihat orang yang ia tabrak

Matanya masih berpetualang mencari temannya ditempat yang ramai nan gelap itu.

"Apa kita pernah berjumpa?" Tanya laki-laki yang ia tabrak

Sama dengan reaksi Zhizi pada lelaki yang lain tadi, dia bertingkah seolah tidak mendengar orang yang berbicara.

"Hey! Gue berbicara sama Lo" lanjut laki-laki itu sambil memegang bahu zhizi dengan tangannya

"Ngapain Lo pegang-pegang!" Kesal zhizi sambil menepis tangan yang menyentuh bahunya

Mata mereka bertemu dan saling bertatapan satu sama lain.

"Zhizi? Lo Zhizi kan? Ngapain lo disini? Dan.... ada apa dengan penampilan Lo?" Tanya nya

"Eh... lo kenal gue?"

"Lo teman Aina sama Ayi kan? Mereka memang cerita punya teman baru tapi gue cuman sesekali aja lihat lo disekolah, itu juga dari jauh waktu lo bareng mereka"

"Jadi Lo teman mereka?"

"Yoi, nama gue Roy"

Tangan Roy sudah ia sodorkan untuk berjabat tangan dengan Zhizi, karena mereka satu sekolah Zhizi tidak ragu untuk memberikan tangannya

"Lo ada lihat mereka?"

"Ooh.... coba aja lihat disudut sana" tunjuk Roy pada sebuah bilik terbuka yang bahkan tidak disadari Zhizi sejak tadi

Setelah berterimakasih pada Roy Zhizi langsung menuju ruangan yang berbeda itu. Disana tempatnya lumayan lebih sepi karena berada disudut, musik juga tidak sekeras tempat Zhizi berada sebelumnya. Mata zhizi suda menangkap keberadaan Aina dan Ayi yang duduk di sofa dengan beberapa orang lainnya.

Alih-alih langsung muncul dan menyapa temannya itu, Zhizi berdiri samping dinding yang menjadi pembatas ruangan itu sambil berusaha mendengar percakapan yang terjalin disana.

"Gimana ijazah yang gue buat?"

"Demi apa.... gak ada yang curiga sama sekali, oh iya teman gue ada yang mau mesan KTP. Biayanya berapa?"

"Gue tanya sobat gue dulu yah, jangan lupa cari koneksi lain. Tapi ingat dengan peraturannya"

Selama tiga menit lamanya Zhizi berdiri disana hanya itu hal mengganjal yang bisa Zhizi dengar.

"Ijazah? KTP?" Beo zhizi

Dengan segala spekulasinya zhizi menyimpulkan teman-temannya itu memalsukan ijazah maupun KTP. Jika zhizi langsung menegur temannya itu ia akan langsung dianggap memfitnah tanpa bukti.

Suara kaki yang melangkah keluar terdengar, dengan terburu-buru Zhizi berjalan menjauh seolah-olah berada dari arah yang lain. Zhizi menuju meja yang menyajikan minuman beralkohol. Ia memiliki rencana untuk membuka kedok temannya itu.

Rencana Zhizi memang sedikit membahayakan dirinya. Tapi untuk sekarang hanya ini yang terlintas di pikirannya. Zhizhi memesan segelas minuman beralkohol. Awalnya ia juga ragu untuk meminumnya namun lagi-lagi dia penasaran dengan rasanya.

Huekkk

Ekspresi Zhizi berubah menjadi menggelikan saat mencoba minuman yang berbau menyengat itu. Bahkan yang sudah masuk ke mulutnya ia muntahkan kembali kedalam gelas. Ia segera memesan air mineral untuk membersihkan mulutnya.

"Disini Lo rupanya"

Zhizi membalikkan dirinya dan melihat Roy, Aina dan Ayi sedang menghampirinya.

"Wah... Lo juga peminum ternyata" sahut Roy sambil mengambil gelas alkohol milik Zhizi. Roy juga meminum gelas bekasnya tanpa ragu dengan cairan didalamnya.

"Lo udah sering kesini?" Tanya Aina canggung

"Baru ini, tapi di kota lama gue udah biasa" bohong Zhizi

Tiba-tiba Roy menepuk tangan seolah takjub atas apa yang Zhizi katakan.

"Lo harusnya gak nanya. Lihat penampilan zhizi yang luar biasa ini, dia pasti biasa dengan pesta kecil ini"

Perkataan Roy hanya dibalas senyuman oleh Zhizi.

"Yaelah zhi... kalo gue tahu lo biasa ke tempat seperti ini gue pasti ngajak lo tadi" sahut Ayi

Mereka bertingkah akrab kembali, merasa tak perlu lagi merahasiakan sisi gelap mereka karena mengira Zhizi memiliki sisi yang sama.

"Btw, lo gimana bisa masuk?" Tanya Aina yang baru saja penasaran. Usia mereka belum cukup untuk masuk kedalam tempat seperti ini.

"Gue juga gak ngerti, pas gue dateng pintu langsung dibukain. Menurut gue sih itu karena penampilan gue yang terlihat lebih dewasa ini, gue juga tinggi"

"Wah... padahal gue harus pake KTP" sahut Ayi keceplosan

Aina sadar akan kesalahan Ayi dalam berbicara. Umur mereka di ktp yang asli tidak memungkinkan mereka untuk masuk kesana. Mereka menggunakan KTP palsu buatan mereka.

"Maksud Ayi KTP tantenya yang mirip sama dia, apalagi lo juga lihat dandanan nya kan" sahut Aina mencoba memperbaiki perkara yang hampir Ayi buat

Roy yang menyadari kecanggungan ayi dan aina yang merupakan temannya sadar bahwa mereka belum ingin Zhizi tahu pekerjaan mereka. Mereka belum lama mengenal zhizi.

"Yaudah, lo mau nari gak?" Tanya Roy pada zhizi

"Gue disini aja, badan gue belum ber energi gara-gara begadang semalam"

Akhirnya Ayi, Aina dan Roy pergi kelantai dansa dan menari kecil disana. Mereka tidak menari vulgar seperti orang lain melainkan hanya melompat lompat gila.

"Apa ada jus jeruk?" Tanya Zhizi pada penyaji minuman

Sempat kebingungan beberapa detik akhirnya laki-laki penyaji minuman itu memberikan segelas jus jeruk pada zhizi.

Dari bangkunya zhizi hanya menatap teman-temannya yang tidak jauh darinya. Orang mengira jus jeruk itu minuman keras, sehingga terpelongo saat zhizi meminum itu dalam sekali teguk.

"Astaga... kenapa aku berakhir di tempat seperti ini" gumam Zhizi dalam hatinya. Ia tersadar tindakannya terlalu jauh.

Karena merasa mengkhianati jati dirinya yang selama ini Zhizi segera membayar pesanannya dan pergi beranjak dari sana tanpa sepengetahuan teman-temannya. Ia keluar dari arah yang lain agar tidak perlu melalui tempat aina, ayi dan roy berada.

"Seharusnya gue tidur dirumah malam ini" gerutu Zhizi yang sudah keluar dari sana.

Ia segera ke toko tempat ia membeli bajunya tadi. Huntung saja toko itu belum tutup sehingga ia sempat meminta bajunya, meskipun ia tidak bisa menumpang mengganti baju disana.

Akhirnya Zhizi berjalan di trotoar dengan pakaian yang sama saat di club. Ia hendak melepas sepatu boots ber haknya tapi ia sadar roknya hanya diatas lutunya. Ia tidak terlalu suka kakinya terpampang jelas, setidaknya roknya harus melewati lutut agar ia merasa nyaman.

"Argh.... apa masih ada bus sekarang" gumam zhizi. Ia takut untuk menaiki taksi sendirian.

Untuk sampai pada halte bus ia harus berjalan beberapa lama lagi agar sampai ke halte terdekat. Sementara kakinya sudah sangat kesal dengan tumit yang memperkecil langkahnya.

"bodoamat lah!" Kesal zhizi

Ia menepi pada bangunan toko yang sudah tutup. Tangannya berada di dinding untuk menjaga keseimbangannya saat melepas sepatu itu.

Satu sepatu berhasil terlepas, saat ia beralih pada kaki kanannya sebuah kendaraan berhenti di jalanan yang berada jauh didepannya. Zhizi tidak bisa melihat dengan jelas wajah orang yang berhenti itu karena tertutupi helm yang memilki penutup mulut itu.

"Kayaknya aku kenal helm itu deh" ucap Zhizi sambil berusaha melepaskan satu sepatu yang masih menempel di kakinya.

Akhirnya zhizi bertelanjang kaki setelah lepas dari sepatu boots tumit itu. Ia segera mengambil sepatu putih sketsnya didalam tas bajunya dan segera memasukkan sepatu boots itu kedalamnya.

Sepatunya sudah melekat dikaki tapi sayangnya zhizi harus menjongkok atau menungging untuk mengikatkan talinya

"FUCK!" Maki zhizi pada dirinya.

Rok yang ia pakai membuatnya tidak bisa jongkok dengan bebas. Ia hanya memakai celana / sot yang lebih pendek didalam rok nya.

Tas besar berisi pakaiannya yang terletak di jalan langsung di ambil zhizi dengan kasar, ia mengabaikan tali sepatunya yang tidak terikat sama sekali.

Beberapa langkah ia berjalan berhati-hati agar tidak terjatuh menginjak tali sepatunya sendiri. Zhizi menyadari orang yang tadi berhenti masih berada di posisinya. Ia menatap lekat dan akhirnya menyadari siapa orang itu.

"Ohh... ternyata Lo" sahut zhizi

Lucas sudah berjalan mendekati Zhizi yang akhirnya mengenali wajahnya yang tertutup tadi. Ia menyadari perbedaan penampilan Zhizi. Lucas memperhatikan rambut Zhizi yang digerai indah, wajahnya yang dirias sedemikian rupa, pakaian merah maroon dan rok hitam pendeknya. Saat melihat kaki zhizi ia sempat keheranan kenapa talinya sama sekali tidak diikat.

"Kalo make rok pendek setidaknya pake sepatu yang gak bertali begini" sahut  lucas yang sudah berdiri di hadapan zhizi.

"Biarin aja, lo ngapain disini?"

Bukannya menjawab pertanyaan zhizi lucas tiba-tiba ingin berjongkok mengikatkan tali sepatu Zhizi, belum sempat ia meraih sepatu itu Zhizi mundur dua langkah ke belakang.

"Eh gak usah biarin aja nanti gue ikat sendiri" sahut zhizi

"Kapan? Di rumah?"

Lucas kembali mengejar kaki dengan sepatu bertali yang tak diikat itu tapi Zhizi lagi-lagi mundur, entah sudah berapa kali mereka melakukan hal yang sama

"Woi lo gak capek apa" kesal Zhizi yang sudah hampir terjatuh menginjak tali sepatunya sendiri.

"Makanya lo diam aja, encok gue juga sakit gara-gara ngejar lo"

Saat Lucas mendekatinya lagi akhirnya Zhizi diam ditempatnya, lucas berjongkok untuk mengikatkan tali sepatu Zhizi. Tas yang Zhizi bawa ia letakkan didepan kakinya agar tertutup lebih banyak saat lucas mengikatkan sepatunya.

"Nah kan selesai, kalo gini lo aman" lanjut lucas sambil berdiri kembali

"Yaudah makasih, lo mau kemana?"

"Jalan-jalan doang"

"Yaudah gue diluan" sahut Zhizi berlalu ingin melanjutkan perjalanannya ke halte bus. Langkahnya sudah bebas dan tidak takut menginjak tali sepatu sendiri.

"Lo mau kemana?!" Teriak lucas

"Pulang!" Sahut zhizi dengan teriakannya juga

"Pakai apa?! Bus udah gak ada didaerah sini sekarang!" Bohong lucas yang memang sedang ingin bersama Zhizi. Entah kenapa ia justru tertarik dengan wanita itu sejak awal

Langkah kaki Zhizi berhenti ditempat, ia menoleh kebelakang dan melihat Lucas yang tak bergeming.

"Kenapa gak bilang dari tadi!"

"Lo gak nanya!"

Mereka masih sahut-sahutan sambil berteriak. Beberapa orang yang masih berlewatan memperhatikan mereka. Lucas yang menyadari tatapan orang lain itu langsung mendekati Zhizi agar tidak perlu berteriak-terjak lagi.

"Lo naik taksi aja" sahut lucas

"Dasar gak peka...kalo gue mau naik taksi udah dari awal gue pergi alih-alih naik bus dengan baju ini" gumam zhizi

"Iya lo pergi aja diluan" sahut Zhizi

"Gue temanin lo nunggu taksi"

Zhizi terfikir lagi uangnya yang akan menipis lebih banyak jika menaiki taksi dengan jarak yang lumayan jauh ke asrama, belum lagi dia takut.

"Argh! Boleh gak gue numpang sama lo aja, bukan mau modus tapi gue takut naik taksi sendirian. Nanti gue traktir makanan yang lo mau deh" ungkap Zhizi yang dari tadi khawatir.

Ekspresi Lucas belum berubah dari posisi datarnya, sepertinya ia berfikir apa menyetujui permintaan Zhizi atau pergi ke tempat tujuannya yang sebenarnya. Tapi sejak awal ia memang mau dekat dengan Zhizi kan?

Jaket denim berwarna dongker yang lucas pakai telah dilepasnya dari badannya. Jaket itu ia berikan pada Zhizi karena tahu rok yang dipakai Zhizi terlalu rentan untuk dipakai ketika menaiki motornya

"Pakai, rok lo kependekan untuk naik di honda gue"

Zhizi baru tersadar dengan roknya, akhirnya ia menerima jaket Lucas dan mengikatkannya di pinggangnya, jaket besar itu lebih mampu menutupi kakinya ketimbang roknya sendiri.

Mereka berdua berjalan ke tempat honda besar lucas terparkir. Zhizi yang berjalan dibelakang lucas asik mengikat menggulung rambutnya.

Saat membalikkan badan Lucas melihat zhizi yang sudah menggulung rambut tebalnya dengan asal dengan anak rambut yang masih merusuhi wajah zhizi.

"Nih helmnya" sahut lucas yang menyodorkan helmnya pada Zhizi

"Again? Lo aja yang pake kali ini. Lagian biasanya orang punya dua helm kalo suka numpangin kawannya. Kenapa Lo cuman punya satu helm sih" oceh zhyizi yang sudah berdiri disamping kiri lucas. Sebenarnya Lucas memang jarang menumpangi orang lain apalagi perempuan, jadi untuk apa dia punya dua helm

Zhizi memegang bahu Lucas lagi untuk naik ke atas hondanya. Mereka pun melesat masuk kedalam jalanan, tas Zhizi ia letakan di antara dirinya dan lucas seolah menjadi pembatas.

"Eh apa sih yang nempel dibadan gue?" Tanya lucas risih

"Jangan ge er itu tas gue" jawab zhizi

.

.

.

.

.

jangan lupa beri power stone 🔥❤️