Chereads / Secrets (Of Us) / Chapter 4 - 4

Chapter 4 - 4

"Jadi...lo akan pulang ke rumah ayah lo?" Tanya zhizi

"Iya"

"Gue lihat kalian sangat dingin satu sama lain, entah itu karena karena lo yang memang gitu diluan atau ayah lo yang memang gitu ke lo"

"Emang untuk apa juga lo tahu" sambar Lucas.

Zhizi diam dan menatap lucas malas, yang ia maksud mengatakan hal itu karena bagaimana bisa mereka tinggal bersama dengan suasana kaku dan dingin seperti itu, bukan karena zhizi yang ingin ikut campur.

"Udah magrib nih, gue mau mampir kerumah sebelum balik le asrama" sahut zhizi

"Emang rumah lo dimana?"

"Dari rumah sakit ini lurus terus kekanan sampai jumpa persimpangan empat dan tetap lurus lagi"

"Pantesan lo ngikutin gue, gara-gara arahnya sama ternyata"

"Gue ngikutin lo tanpa tahu arah jalan lo kok"

Dugggg

"Awwww" ringis zhizi

"Bego lo ya, kalo misalnya gue pembunuh gimana? Atau gue ke tempat yang seharusnya gak lo ikutin gimana?"

"Yah tinggal mutar balik" lanjut Zhizi sambil mengusap jidatnya

Lucas bernjak memasuki ruangan mamanya.

"Ayo masuk bentar, Lo terlanjur kelihatan sama mama gue"

Zhizhi beranjak mengikuti Lucas yang berjalan masuk kedalam, disana ibu Lidya mama lucas sudah menyambut mereka dengan senyuman.

"Hai tante... maaf Zhizi gak sempat bawa sesuatu karena mendadak kesini"

"Hahaha, gak papa kok... baru ini loh lucas bawa teman sekolahannya kesini"

Zhizi tersenyum kemudian melirik Lucas yang diam sambil memperhatikan perbincangan mereka.

"Maaf sebelumnya tante, Zhizi harus pulang cepat karena mau mampir ke rumah dulu sebelum balik ke asrama"

"Aduh kamu kelamaan nunggu dari tadi yah, lain kali langsung masuk aja kalo datang"

"Iya tante Zhizi pamit yah, maaf banget tante"

Zhizi beranjak dari kursinya dan mencium tangan ibu Lidya sebelum keluar.

"Eh bentar nak, Lucas, kalian bareng aja" sahut sang mama pada lucas

"Tapi kak Sara belum datang, masa mama sendiri"

"Mama aman disini, sudah kalian bareng aja"

Lucas pun ikut beranjak dan mencium mamanya sebelum pergi keluar bersama Zhizi.

"Lo mau kerumah kan?" Sahut lucas setelah mereka keluar dari ruangan ibu Lidya dan berjalan keluar runah sakit.

"Iya, Lo mau ikut?"

"Gak" jawabnya datar

"Yaudah"

"Tapi gue bakalan anter"

Setelah mengucapkan kalimat itu Lucas berjalan mendahului Zhizi. Yang ditinggalpun langsung berlari untuk mensejajarkan langkahnya. Saat sudah sejajar Lucas kembali mendahului dan dikejar kembali oleh zhizhi, begitu seterusnya sampai mereka tiba di parkiran dan sudah menjadi pusat perhatian. terlihat kekanak-kanakan memang, Zhizi melakukannya karena ingin berjalan cepat dan tidak menyadari kalau Lucas dibuat menahan tawa melihat tingkahnya.

"Gue cuman nganter Lo doang, nih pakai helm"

"Lo gak pake helm lagi?"

"Jam segini gak ada polisi"

"Oo... jadi Lo pake helm cuman takut polisi? Gak takut mati apa?"

"Iya iya.... nanti kita beli helm"

Zhizi tersenyum jahil kemudian naik ke boncengan sambil memegang bahu Lucas. Mereka pun melaju menuju rumah Zhizi yang tidak terlalu jauh dari rumah sakit.

Lagi-lagi keheningan menghiasi perjalanan mereka, tidak ada yang memulai percakapan selain menikmati pikirannya masing-masing. Zhizi menatap Lucas dari belakang sehingga ia hanya melihat punggung orang yang sedang membawanya sekarang, ia tidak percaya akan terlibat dengan sebuah kisah nyata aneh yang berada di TV. Tentu rahasia Lucas ini baru pertama kalinya diketahui Zhizi benar-benar ada di dunia nyata, terjadi pada keluarga yang terkenal dan baik di mata publik.

"Cas, emang rumah Lo dimana?"

"Kenapa? Mau berkunjung karena penasaran?"

"Gak, mau tahu aja otak lo ditinggal dimana ketika Lo berkeliaran sekarang"

Zhizi kesal ketika pertanyaannya ditanggapi seperti itu, dari bangku belakang ia sudah mengeluarkan sumpah serapah yang tak bersuara melainkan hanya dengan gerakan bibir, tangannya mengepal dan diarahkan ke kepala Lucas seolah-olah sedang meninjunya.

Lucas menyadari ada gerakan aktif dibelakangnya, saat ia melirik kaca spion ia melihat Zhizi dengan tingkah anehnya ketika kesal, ekspresi datar Lucas runtuh seketika dan berubah menjadi tawa.

"Lo ngapain? Nabok angin?"

Zhizi terkejut ketika Lucas tertawa, ia ikut melirik ke arah spion honda dan sadar tingkahnya sudah kelihatan. Mukanya langsung dibuat se normal mungkin seolah-olah dia tidak tahu apa yang terjadi.

"Gak ada yang tahu rumah gue. Yah selain beberapa orang teman terdekat, Mereka juga ngerahasiain dari yang lain"

"Kenapa?"

"Gue gak mau ada orang kepo yang menyelidiki kehidupan keluarga gue, bukan nyindir Lo yah... banyak orang lain yang berusaha mencari tahu"

"Emang hal apasih yang lo sembunyiin sampai orang lain berusaha ngorek kisah Lo?"

Zhizi dengan rasa penasarannya telah kembali, ia akan mencari tahu kenapa hal pahit yang bisa terjadi pada siapa saja itu harus dirahasiakan.

"Kalo gue ngasih tahu lo, apa namanya masih rahasia? Yang jelas gue gak bisa ngasih tahu tapi gue yakin lo bakalan tutup mulut atas apa yang udah lo saksikan tadi, gue juga bisa mencari tahu rahasia Lo dan nge beberkannya kalau Lo membeberkan rahasia gue"

Zhizi tidak menyangka kata-kata bernegosiasi sekaligus mengancam itu akan keluar dari mulut Lucas.

"Jadi ceritanya lo ngantar gue pulang buat ngunci mulut gue sebelum membeberkannya di grup gosip kelas gitu?"

"Bisa dibilang begitu, tapi ini lebih ke bernegosiasi yang adil, anggap aja ini balasan karena nguntit gue"

Tangan Zhizi langsung ia silangkan didadanya sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Gak jadi baper gue" batinnya

"Dah lah gak seru amat, di depan sana belok kiri, gue turun disitu" Tunjuknya kearah persimpangan di depan

Lucas mempercepat kendaraannya menuju lokasi yang Zhizi maksud.

"Kenapa disini? Lo tingal di toserba?"

"Orang ke toserba karena mau belanja bambang, lagian rumah gue udah dekat, makasih yah tumpangan dan gembok untuk mulut gue"

"Sama-sama"

Zhizi menunggu Lucas yang memutar kembali arahnya untuk pulang, setelah Lucas memasuki keramaian jalanan dan tak terlihat lagi Zhizi segera masuk kedalam toserba untuk membeli beberapa jajanan.

"Lari kerumah nih ceritanya?"

Zhizi mengalihkan pandangannya untuk melihat orang yang mengajaknya berbicara.

"Eh bang Yudi, tumben belum ganti shif"

Semenjak pindah kerumah barunya Zhizi sering sekali mampir ketempat Yudi bekerja untuk membeli makanan atau barang yang ia dan keluarganya butuhkan. Mereka mulai akrab saat Zhizi membeli makanan yang sangat banyak untuk menghilangkan rasa bosannya. Semua makanan itu tidak dibawa pulang melainkan dihabiskan di tenda santai yang tersedia didepan Toko. Itulah yang membuat Yudi merasa heran dan mengajak Zhizi mengobrol sambil bersantai dikarenakan toko yang juga sedang sepi.

"Gue full shif hari ini, Kakak yang satu lagi sakit"

"Ooo..., sabar yah bang" sahut Zhizi sambil mengambil jajanan yang sudah ia pilih

"Terus lo ngapain disini?"

"Yaelah bang...gak senang banget lo lihat pelanggan, gue mau mampir kerumah sebelum jam asrama"

Yudi mengangguk angguk paham sambil memperhatikan Zhizi yang masih asik mengelilingi rak untuk mencari kebutuhannya.

"Nih bang, udah"

Setelah disodorkan keranjang yang sudah berisi belanjaan makanan, Yudi langsung menuju kasir untuk menghitung harga yang harus dibayar zhizi.

"Eh kemarin adek lo yang cowok datang kesini, mirip banget yah sama lo"

"Pernyataan macam apa itu bang, saudara mah gak aneh kalo kelihatan kembar, yang aneh itu kalo adek gue mirip Lo"

Yudi yang mendengar penuturan zhizi langsung tertawa sambil menggelengkan kepala dengan tangannya yang sibuk menggunakan alat penghitung harga barang belanjaan.

Zhizi mempunyai dua saudara lagi, satu kakaknya yang sedang kuliah S1 di Jepang dan akan segera pulang, satu lagi adik laki-lakinya yang masih menginjak bangku SMP.

"Makasih bang, lain kali gue bakalan minta bonus kalo belanja"

Setelah mengucapkan kalimat itu Zhizi keluar dari toko dengan sebuah kantong plastik yang tergolong besar untuk kategori Jajanan. Ia berjalan untuk memasuki perumahan tempat mereka tinggal, disana sudah pasti ada ibu, ayah dan adiknya yang bernama Wari.

Tok tok tok

"Assalamualaikum"

Zhizi mengetuk pintu rumahnya setelah memasuki gerbang yang belum dikunci. Selang beberapa lama pintu terbuka dan menampilkan mamanya yang tersenyum sumringah kearahnya.

"Eh...kenapa pulang nak?" Entah ibu mana yang mmenanyakan alasan anaknya pulang ke rumah

"Pengen ke rumah aja ma"

Zhizi berpeluk ria dengan sang mama kemudian ikut masuk kedalam rumah, disofa sudah ada sang ayah yang sibuk menonton berita.

"Pa..."

Zhizi menghampiri sang ayah untuk menyalaminya.

"Gimana sekolahnya?" Tanya papa

"Yah... beda dengan sekolah lama, tapi aman semua kok pah"

"Baguslah, ingat yah sekolah ini beda dengan sekolah lamamu, persaingannya lebih ketat, jangan sampe kalah sama kakakmu"

"Iya pa"

Zhizi kembali beranjak dengan kantong plastik jajannya untuk menuju lantai dua.

"Ma, Wari dikamar kan?"

"Iya"

Langkahnya kini berlanjut kembali untuk menuju kamar mereka, kamar Adik, kakak dan dirinya berada dilantai atas, sedangkan kamar sang ibu dan ayah ada dilantai bawah.

"Romeo? Tok tok tok" ucap Zhizi sambil mengetok pintu kamar adiknya.

"Apaan si Juliet... masih hidup aja"

Mendengar sahutan sang adik Zhizi langsung membuka pintu yang membatasi pertemuan mereka. Didalamnya Wari sudah telentang ditempat tidur dengan kaki yang satu berada di dinding dan tangan yang sibuk dengan gamenya.

"Heh, main aja Lo yah"

Mendengar perkataan sang kakak jari-jarinya yang sibuk bertarung untuk menyelamatkan dunianya berhenti dan matanya spontan melotot melihat ke arah Zhizi.

"Cie anak kota... hahaha"

Wari sudah tertawa terbahak bahak sambil memukul tempat tidurnya, Zhizi paham tingkah adiknya itu dikarenakan bahasanya yang sudah berubah. Akhirnya ia hanya menghela napas sambil menatap adiknya hingga berhenti dengan aksinya.

"Dah siap ketawanya?" Tanya zhizi

Wari beranjak dari tempat tidurnya untuk menghampiri sang kakak, ia melihat sang kakak yang membawa kantong kresek besar berisi jajanan.

"Tapi sayang rakusnya masih orang kampung"

"AH, DAH LAH"

Zhizi berbalik karena kesal dengan tanggapan Wira, ia berjalan menuju kamarnnya yang berada di sebrang kamar Wira.

"Becanda kak becanda.... jujur aja aku udah make bahasa itu, gue pake bahasa lo juga"

Karena sudah kehilangan mood zhizi bahkan tidak bisa tertawa mendengar bahasa Wari yang berubah sepertinya. Ia membalikkan diri kembali dan langsung menjitak jidat adiknya itu.

"Adek gak ada akhlak lo, kita harus beradaptasi disini dan lo malah ngejek"

"Sorry kak" sahut Wari sambil mengusap jidatnya dengan wajah memelas.

"Dah lah ayok makan jajanan, dikamar lo aja biar ada yang bersihin, gue harus balik ke asrama"

Wari mengangguk kemudian masuk kembali kekamarnya dan diikuti Zhizi. Mereka langsung duduk dilantai yang sudah berlaskan karpet. Plastik besar itu sudah dibuka dan mereka mulai mengambil jajanan yang kebanyakan berjenis micin-micinan itu.

"Gimana kabar kak Ega?"

"Katanya dia belum tahu kapan pulang" jawab Wari

Kakak mereka yang bernama Ega belum sempat pulang ke rumah baru mereka, saat acara pindahan ia juga sibuk dengan kegiatan aktifisnya di Jepang. Ega merupakan kebanggan sang ayah karena prestasinya yang banyak. Beasiswa di Jepang merupakan salah satu prestasinya.

Kakak beradik itu terus melanjutkan sesi jajan mereka sambil berbincang ringan, mulai dari membahas perbedaan dan kelebihan sekolah mereka sekarang dibanding sebelumnya, bagaimana lingkukan dikota, adat atau tingkah laku masyarkatnya. Jika dihitung entah berapa macam perbedaan dan kesenjangan sosial di kota besar itu.

Jam terus berjalan dikala mereka berbincang bersama, Zhizi yang sudah merasa cukup dengan makanannya segera melihat jam dinding yang tergantung dikamar.

"Astaga udah jam sembilan gue harus balik asrama"

"Emang gak boleh nginap dirumah"

"Kalo memang bisa dirumah dihari sekolah gue gak bakalan masuk asrama dodol" sahut zhizi

Tanpa membereskan sisa jajanan dan segala sampahnya Zhizi berjalan keluar dengan tas sandang yang masih terus dibawanya sejak awal.

"Kak se enggaknya bersihin kamar gue"

"Kalo gue yang bersihin apa gunanya lo dilahirin" lanjut Zhizi kemudian meninggalkan Wari yang masih terduduk dilantai dengan jajanan didepannya.

Diruang tengah masih ada sang ibu sementara sang ayah sepertinya sudah pergi melaksanakan tutorial sebelum tidur.

"Mah papa mana?"

"Lagi dikamar udah mau tidur, udah mau balik asrama?"

"Iya ma, yaudah titip salam aja sama papa, hari minggu Zhizi balik lagi, dah mah"

Zhizi keluar rumah dan segera mencari bus terakhir yang akan lewat, tanpa menunggu waktu lama yang ditunggu tunggu akhirnya datang juga. Karena harus melewati dua pemberhentian yang berbeda arah, Zhizi harus menaiki taksi untuk trip keduanya.

Tepat sebelum pemeriksaan asrama zhizi sudah tiba ditempat, ia segera berjalan ke arah asrama setelah turun digerbang depan. Saat sudah beberaa meter jauhnya Zhizi berjumpa dengan seseorang yang ia ingat wajahnya.

"Bang" Sapa zhizi saat melewati laki-laki yang ia kenal wajahnya.

Yang disapa hanya melirik untuk melihat siapa orang yang sedang menyapanya. Laki-laki itu tidak langsung mengenali wajah Zhizi dan berfikir sejenak.

"Oo... murid pindahan kemaren yah"

"Iya bang, hehehe"

"Kenapa masih pake seragam?"

"Tadi sepulang sekolah langsung ke rumah bentar, ini baru pulang"

"Ooo.... oh iya kita belum kenalan, nama abang Geo"

"Zhizi bang" jawab zhizi sambil menunjuk dirinya.

"Dah cepat keasrama sebelum namamu di cari sama Bu As (Bu asrama)"

Kaki Zhizi langsung berlari kecil mendengar perkataan Geo, waktunya memang sudah sangat dikit untuk selamat dari pemeriksaan. Sesampainya diasrama para siswa masih sibuk berkeliaran untuk melakukan aktifitas diluar, mereka semua melihat Zhizi yang masih mengenakan baju seragam.

"Hai guys gue pulang"

Zhizi masuk kekamarnya dan segera melepas pernak pernik seperti sepatu, dasi, tas dan ikat pinggangnya. Aina langsung mendekatinya dan berkacak pinggang dihadapan Zhizi yang duduk malas dikursi meja belajarnya.

"Darimana lo?"

"Rumah"

"Yaelah ganti baju dulu bisa kan, lo belum mandikan? Mandi sana, kamar kita bau kemenyan pas lo masuk"

"Bukannya bau bunga kenanga yah?" Lanjut Zhizi

Aina memutar bola matanya kemudian memukul bahu Zhizi sambil mendorongnya kekamar mandi, Zhizi pasrah dan kini dirinya sudah dihadapkan dengan shower kamar mandi. Setelah siap dengan rutinitas membersihkan diri ia sadar handuknya tidak ikut masuk kedalam saat ia didorong tadi.

"Aina handukkkk!!"

Zhizi teriak dari pintu kamar mandi yang hanya mengeluarkan kepalanya. Setelah memperhatikan segala penjuru kamar ia tak menemukan aina melainkan Dasha. Segan rasanya jika meminta Dasha mengambilkan handuknya karena mereka belum dekat, tapi lebih tidak mungkin jika ia berlama-lama dikamar mandi atau keluar tanpa handuk

"Dasha.... tolong ambilkan handuk gue dong, hehhehe"

Dasha meilirik keadaan Zhizi dan beranjak mengambilkan handuknya. Akhirnya Zhizi berhasil keluar dengan handuk jubah mandinya itu.

"Makasih Dasha"

"Iya sama-sama, eh kamu dekat sama Lucas yah?" Tanya Dasha

Zhizi melirik Dasha yang duduk dikursi meja belajarnya sambil mengambil baju dari dalam lemari, ia tidak terkejut saat dasha menanyakan hal itu.

"Enggak tuh, emang kenapa?"

----------------------------------------------------

Jangan lupa beri power stone 🔥~😄😉❤