Setelah acara temu kangen dengan keluarga besar, ya ini benar-benar keluarga besar Ana tidak menyangka kalau seluruh keluarganya yang dari berbagai kota ada di rumahnya, akhirnya Ana bisa memasuki kamarnya yang sudah lama tidak ia tempati.
"Huh akhirnya bisa tidur juga, gila ya pegel banget ini badan."
Baru saja mata terpejam tiba-tiba tante Dina datang membawa sang anak di dalam gendongannya memasuki kamar Ana.
"An tante titip Syifa ya disini, dia tidur kok gak bakalan rewel."
"Yah tante Ana mau tidur, kenapa gak di letak di kamar bang Doni aja?"
"Kamar abang kamu bau rokok, tante gak suka."
"Hmmm....yaudah deh tapi Ana gak jaga Syifa ya, Ana ngantuk banget soalnya."
"Iya iya gakpapa asal gak kamu tendang aja anak tante pas tidur." Sang tante ingat waktu kecil Ana tidur sangat lasak semua di tendangi, bantal-bantal tidak ada yang bertahan diatas tempat tidur.
"Hehe enggak kok tante, Ana udah gak lasak lagi kok tidurnya."
Setelah tantenya keluar Ana melihat bayi mungil itu terlelap, tangan Ana langsung mengelus pipi bayi mungil ini.
"Yaampun imut banget sih, jadi pengen punya bayi deh."
Sadar dengan pikirannya yang mulai ngelantur akhirnya Ana pun terlelap dengan sang bayi.
***
Malam hari nya semua keluarga berkumpul untuk membahas mengenai pakaian yang akan dikenakan saat acara pernikahan Doni , sebenarnya pakaiannya sudah ada tinggal membagikan sesuai ukuran saja, tapi ini keluarga ributnya bukan main.
Setelah selesai proses pembagian pakaian akhirnya mereka makan malam yang dihiasi suara meriah oleh para keluarga, hal seperti ini tidak pernah dirasakan lagi oleh Ana setelah lima tahun menetap di Australia. Rasanya ia ingin berada disini saja, tapi bagaimana dengan pekerjaannya. Selama di Australi Ana selalu merasa kesepian, teman-temannya disana tipe orang yang ceria tapi kehangatan keluarga tidak didapatkan disana.
"An kamu mau sampai kapan tinggal di negeri orang?" Tanya papanya, Ana tahu kemana topik pembicaraan ini akan berakhir.
"Belum tahu pa, Ana masih pengen disana."
"Papa bukan melarang kamu disana An, tapi kan kamu tahu kamu itu disana cuman sendiri gak ada yang jaga, dulu waktu kamu bilang lagi sakit aja rasanya papa ingin terbang ke Australi. Kamu tahu kan papa udah berumur sekarang tidak muda lagi, abang kamu sudah mau berumah tangga dia tidak akan tinggal disini lagi, apa kamu gak kasihan lihat papa tinggal berdua dengan mama kamu?"
"Iya pa Ana tahu, tapi kan Ana disana bekerja bukan liburan dan lagian Ana masih ada kontrak."
"Kamu pilih deh sekarang, papa kasih dua pilihan ke kamu pertama kalau masih mau tinggal disana kamu harus menikah juga biar ada yang jaga kamu disana papa gak akan marah kalau kamu mau tinggal disana selamanya. Atau kedua kamu berhenti bekerja disana dan tinggal disini kerja di perusahaan papa atau mau kerja dimana aja terserah kamu, mau gak kerja sekalian juga terserah kamu yang penting tinggal disini."
Tuh kan ujung-ujungnya bakalan bicara seperti ini, mungkin menurut orang-orang itu adalah pilihan yang gampang, tapi menurut Ana ini adalah pilihan tersulit. Bagaimana bisa dia disuruh menikah agar tinggal disana, siapa yang mau dinikah kannya? Saat ini saja dia sudah tidak memiliki kekasih, jalan keluarnya ya pasti papa nya sendiri yang bakalan pilih pasangan untuk Ana, dan Ana tidak suka itu emangnya ini zaman siti nurbaya dipaksa nikah.
Kalau pilihan kedua memang tidak sulit hanya saja Ana masih terikat kontrak dengan perusahaannya, kalau ia memilih resign maka ia harus membayar ganti rugi.
"Ya gak bisa gitu dong pa, kalau Ana balik lagi kesini Ana masih terikat kontrak disana nanti disuruh ganti rugi." Masih berusaha membujuk sang papa agar luluh.
"Itu bukan masalah besar papa bisa bayarkan, sekarang kamu jawab mau pilih pilihan keberapa."
"Ya gak mungkin yang pertama dong pa, secara Ana kan gak punya pacar siapa yang mau nikahin dia." Itu suara abang jahanam, bisa bisanya dia memanasi keadaan yang sudah panas didepan keluarga besar lagi, kan jadinya ketahuan Ana jomblo ngenesnya.
"Gak jadi masalah papa bisa cari laki-laki yang mau nikahin Ana, papa punya banyak nominasi."
Apaan tuh kata papa banyak nominasi pria-pria, emangnya acara awards.
"Ma bantu Ana dong." Dengan wajah memelas Ana berharap agar mamanya dapat menolongnya dari sang papa.
"Gak bisa An kali ini mama setuju seribu persen sama papa kamu, kamu harus pilih ya mama sih berharap kamu pilih yang kedua."
"Ih yaudah deh nanti Ana pikirin." Sambil membawa piring yang belum tersentuh ke kamar, Ana akan makan sendirian saja kalau sudah seperti ini rasanya ia semakin kelaparan.