Hari ini adalah jadwal interview Ana setelah seleksi berkas ia lolos akhirnya ia mendapatkan undangan interview dengan perusahaan yang bergerak di bidang otomotif, perusahaan ini salah satu perusahaan otomotif terbesar di Indonesia, gak heran jika proses seleksi karyawannya begitu ketat untung saja Ana memiliki orang dalam hehehe mungkin ini terdengar curang tapi percayalah mencari kerja tanpa orang dalam itu amatlah sulit. Tapi tenang aja Ana akan tetap menggunakan kemampuannya, selama ini ia sudah bekerja di salah satu perusahaan manufaktur terbesar di Australia, itu bisa jadi point plus untuknya karena memiliki pengalaman bekerja sebelumnya, lagian sebenarnya tanpa orang dalam pun Ana tetap bisa mendapatkan pekerjaan, masalahnya adalah ia terlalu malas untuk mencari pekerjaan. Mau dibilang apalagi kalau sudah berbicara malas tidak ada obatnya.
Setelah menempuh perjalan kurang lebih tiga puluh menit, akhirnya Ana sampai juga di loby perusahaan yang sangat besar ini, dengan Langkah tergesa karena waktunya hanya tinggal tujuh menit lagi dari jadwal interview yang telah ditentukan, jika ia terlambat bisa-bisa ia tidak diterima bekerja. Masih interview saja sudah terlambat apalagi sudah bekerja mungkin itulah yang akan disampaikan oleh HRD-nya nanti.
"Selamat pagi ibu, ada yang bisa saya bantu?" Tanya resepsionis dengan ramah.
"Pagi mba, saya ada jadwal interview hari ini." Balas Ana tak kalah ramahnya.
"Baik bu tunggu sebentar saya hubungi bagian HRD dulu ya."
"Iya silahkan."
Setelah selesai mba resepsionis yang katanya menghubungi bagian HRD, akhirnya Ana di persilahkan untuk ke lantai tujuh di temani oleh mba resepsionis yang Ana lihat name tag nya bernama Citra. Mereka berdua menaiki lift yang hanya diisi oleh mereka berdua saja, dikarenakan para karyawan sudah sibuk bekerja di meja kerjanya masing-masing sehingga tidak ada yang berlalu lalang.
"Mba kenapa mau jadi resepsionis? Kenapa gak jadi sekretasis CEO aja, kan mba cantik pasti diterimalah jadi sekretaris." Tanya Ana penasaran pasalnya wajah Citra ini sangat cantik, ia aja insecrure bersebelahan dengan resepsionis cantik ini.
"Haha bisa aja nih kamu juga cantik banget, kalau ditanya kenapa jadi resepsionis ya kebetulan bidang pendidikan saya perhotelan jadi saat ada lowongan sebagai resepsionis disini langsung saya ajukan surat lamaran, saya gak mau kerja di hotel takut digodain om om hehe."
"Ohya panggil Citra aja, saya rasa umur kita gak terlalu jauh." Sambil mengulurkan tangannya ke Ana.
"Ohiya salam kenal aku Ana, Hana Dara Nasution." Sambil berjabat tangan, tak terasa mereka telah sampai di lantai tujuh. Ana berjalan mengikuti Citra yang menunjukkan ruangan HRD. Setelah mengetuk pintu ia dipersilahkan masuk kedalam ruangan bernuansa cream tersebut, dan Citra telah pamit untuk melanjutkan pekerjaannya.
***
Setelah sesi tanya jawab yang dilakukan Ana dan HRD yang bernama Sofia berakhir, akhirnya Ana diterima bekerja dan bisa mulai bekerja esok hari. Sebenarnya Ana sedikit kesal dengan wajah Sofia, ia merasa seperti Sofia tidak menyukainya padahalkan mereka baru bertemu, lalu apa yang membuat wanita yang Ana prediksi umurnya sekitar akhir dua puluhan itu tidak menyukainya aneh sekali. Hari ini ia akan dibawa oleh asisten HRD yang bernama Karin, mba Karin ini Ana prediksi umurnya sekitar dua puluh lima. Berbeda dengan mba Sofia yang jutek, mba Karin ini orangnya humble banget seperti Citra resepsionis tadi, Ana diajak berkeliling-keliling kantor untuk mengetahui dimana ia akan bekerja.
"Di lantai enam ini ada lima divisi, nah kita bakalan keliling-keliling ke setiap divisi biar kamu kenal sama semuanya." Jelas mba Karin menunjukkan setiap divisi.
Setelah berkeliling divisi dan memperkenalkan diri, akhirnya ia sampai di divisi tempatnya akan bekerja.
"Jadi Ana ini meja kerja kamu, nanti kalau ada kesulitan kamu bisa tanya-tanya ke mereka ya."
"Iya mba." Jawab Ana sekaligus melihat ruangan ini, ternyata ia dan Shella satu divisi.
"Wah jadi ini anak barunya Kar?" tanya lelaki yang belum Ana ketahui namanya.
"Kar..Kar lo pikir gue mobil apa." Jawab mba Karin jutek karena namanya disingkat, Ana juga benci kalau dipanggil nama depannya yang disingkat seperti Han emangnya dia hantu apa dipanggil Han.
"Galak amat sih lagi pms lo ya? Jadi neng cantik ini siapa namanya?" tanya lelaki yang tadi.
"Kenalkan saya Hana Dara Nasution panggil aja Ana." Sambil mengulurkan tangannya ke arah lelaki itu.
"Kenalin gue laki-laki tertampan disini panggil aja Ben, tapi kalau lo mau panggil sayang juga boleh kok." Gombal lelaki bernama Ben.
"Huekkk muntah gue dengar lo, gak usah dengarin dia An ini orang rada gak waras. Ohya ini Ana teman gue yang tadi gue certain bakalan kerja disini." Jelas Shella kepada teman-temannya, tapi kenapa Shella menjelaskan kepada teman-temannya kalau ia bakalan kerja disini, kalau seandainya ia tidak diterima kerja di perusahaan ini bagaimana? Dasar Shella gak bisa diam mulutnya.
"Kenalin gue Chicka." Sambil mengulurkan tangannya.
"Ana." Menjabat tangan Chika.
Dan begitu seterusnya ia berkenalan satu persatu dengan orang-orang yang bekerja di divisi ini, padahal Ana tidak akan ingat langsung nama-nama mereka, maklumlah otaknya lemah untuk menghapal nama dan wajah orang baru.