Chereads / Meet My Enemy / Chapter 12 - 12

Chapter 12 - 12

Berbeda dari hari biasanya pergi ke kantor menggunakan kendaraan sendiri, kali ini Ana pergi tidak menggunakan mobil kesayangannya, ia dijemput orang spesial yang sudah satu minggu ini mendekatinya.

"Hai maaf lama ya nunggunya?" Tanya Ana merasa tidak enak karena ia sangat lama berdandan, sebenarnya ia tidak berdandan seperti para wanita pada umumnya yang menggunakan lipstick yang terbal, ia tidak suka berdandan seperti itu Ana lebih menyukai makeup natural. Masalahnya adalah ia terlalu lama memilih baju mana yang pantas ia gunakan untuk ke kantor.

"Enggak kok, oh ya kamu cantik banget hari ini." Puji Rafka Megantara, ia ini adalah atasan Ana di kantor ituloh yang Ana bilang husband material -nya, manajer paling tampan di kantornya.

"Ah bapak bisa aja, ehmm...Pak Raf udah sarapan belum?"Sambil merapikan helaian rambutnya karena merasa malu telah di puji.

"Kenapa? Kamu belum sarapan?"

"Loh kan saya tanya bapak, kalau pak Raf belum makan saya bawa sandwich ini."

"Boleh kebetulan saya belum sarapan." Sambil mengemudikan mobilnya menuju ke kantor.

Dengan asyik Ana memakan sandwich-nya sendiri padahal ia tadi menawarkan untuk Rafka, tapi karena atasannya itu sedang mengemudikan mobil akhirnya ia saja yang makan sendiri.

"Hmmm tadi kayaknya ada yang nawarin sandwich tapi kok dimakan sendiri ya." Sindir Rafka karena melihat Ana yang asyik makan sendiri.

"Eh hehe bapak mau? tadi saya tawari katanya nanti saja." Ana mengerucutkan bibirnya karena merasa tersindir.

"Ya kamu suapin lah, saya gak bisa kalau lagi nyetir sambil pegang makanan emangnya kamu mau kita kecelakaan." Melihat ke samping kiri sambil menaikkan alisnya.

"Ih alasan aja si bapak, yaudah ini." Sambil menyuapi Rafka yang sedang mengemudi.

***

Setibanya di basement Ana dan Rafka keluar dari mobil menuju lift, mereka berpapasan dengan CEO perusahaan ini siapa lagi kalau bukan Bian.

"Kalian pergi bersama? atau kamu yang nebeng dia?"Bian menunjuk ke arah Ana.

"Pagi pak, tadi saya jemput Ana ke rumahnya." Jelas Rafka karena bingung dengan situasi saat ini, setahu nya bos nya ini tidak pernah perduli dengan siapa karyawannya pergi.

Setelah itu Bian langsung masuk ke dalam lift yang telah terbuka, disusul mereka berdua.

"Ana tolong ke ruangan saya bawa bukti impor barang bulan lalu." Beritahu Bian saat lift menunjukkan angka enam.

"Baik pak, permisi saya duluan." Pamit Ana setelah pintu lift terbuka disusul Rafka.

Baru saja masuk ke ruangannya, Ana sudah di soraki teman-teman kantornya pasalnya ia masuk berbarengan dengan Rafka.

"Cie cie yang berangkat bareng pak Rafka, pajak jadiannya jangan lupa ya." Seru mereka bersama, hah apa-apan mereka ini kompak sekali seperti sudah latihan bertahun-tahun saja.

"Apaansih pajak jadian apaan orang gue belum jadian sama pak Rafka." Jawab Ana karena risih dagunya di colek-colek teman-temannya, emangnya ia sabun colek apa.

"Ceileh jadi lo mau ngode pak Rafka buat nembak lo nih. Gimana nih pak, Ana udah kasih kode loh pak." Seloroh Ben, memang mulut banci kaleng satu ini tidak bisa disaring dulu ya kesal Ana dalam hati.

"Eh gak usah di dengar omongan gak mutu mereka pak, mereka ini emang gak waras kalau pagi-pagi." Jawab Ana agar Rafka tidak salah artikan omongan teman-temannya.

"Kalian ini masih pagi semangat banget, udah siang aja loyo kaya tempe mendoan. Udah udah jangan godain Ana lagi kerjakan pekerjaan kalian jangan sampai ada salah lagi." Jawab Rafka sambil berjalan keruangannya.

"Buat malu aja sih kalian, kesannya gue kaya yang pengen banget jadian sama Pak Raf aja."

"An lo benar dijemput Pak Rafka dirumah?" Tanya Shella, sebenarnya teman-temannya ini tahu Ana dijemput Rafka pasti dari mulut Shella, karena Ana semalam curhat kalau pagi ini ia akan pergi bareng Rafka, dasar mulut Shella bocor banget jadi berasa curhat sama toa mesjid langsung di dengar satu RT.

"Lo pasti yang cerita ke mereka kalau gue pergi bareng Pak Raf ya kan?"

"Hehe tau aja lo, pisss gue gak sengaja tadi cerita ke mereka." Sambil mengulurkan jari telunjuk dan tengahnya.

Ana teringat bahwa hanya Shella yang tahu permasalahannya dengan Bian, jangan sampai orang se isi kantor ini tahu kejadian masa lalu Ana dan Bian, ia harus mewanti-wanti Shella agar tidak membocorkan rahasianya.

"Lo gak cerita kan ke mereka tentang rahasia gue dengan Bian?" Bisik Ana agar yang lain tidak mendengar.

"Aman kalau itu udah gue simpan kunci mulut gue biar gak ketahuan." Sambil menutup mulutnya tanda mengunci agar tidak ketahuan.

"Awas ya lo sampai ada yang tahu, gue sebarin juga aib lo mabuk di pinggir jalan." Ancam Ana karena ia juga punya kunci rahasia Shella.

"Is lo mah ancamannya gak enak banget, itu aib gue gak boleh sampe ketahuan siapapun."

"Makannya lo harus jaga rahasia gue juga, awas aja lo macam-macam sedunia bakalan liat aksi gila lo kalau lagi mabuk."

"Jangan dong An gue janji, sumpah deh kalau sampai rahasia lo terbongkar gue rela di cium Lee min hoo."

"Enak banget sumpah lo kaya gitu gue juga mau di cium Lee min hoo."

Tiba-tiba telepon di meja kerja Chicka berbunyi.

"Ana kamu disuruh ke ruangannya Pak Bian." Kata Chicka setelah menutup teleponnya.

"Aih gue lupa mati deh gue ini bakalan disembur ini pasti." Panik Ana karena belum mencari berkas yang diminta Bian tadi.

"Kenapa sih lo panik bener." Tanya Shella karena dari tadi Ana sibuk mengacak kertas-kertas di lemari arsip.

"Lo liat bukti impor bulan lalu gak?

"Sama Rani deh kayaknya."