Berjalan dengan tergesa hingga keruangannya Ana langsung menghempaskan dirinya di kursi meja kerjanya.
"Kenapa lo kaya di kejar setan aja." Tanya Ben yang melihat Ana ngos-ngosan.
"Ini lebih parah dari ketemu setan." Jawab Ana masih memikirkan risiko yang akan ia terima karena telah mendorong atasannya.
"Shell temani gue ke toilet yuk." Ajak Ana karena ia ingin membicarakan kejadian tadi yang ia alami, karena hanya Shella yang mengetahui kisah sekolahnya dulu.
"Apaan dah An ketoilet ngajak-ngajak kaya anak sekolahan aja lo." Jawab Shella yang malas untuk berdiri karena kerjaannya masih banyak.
"Pleaseeee ayo dong Shell ntar pulang gue anterin lo sampai kamar deh." Bujuk Ana.
"Eh sama gue aja An, sini ayo gue temani sampe dalam kamar mandi juga gak apa." Jawab Ben dengan muka mesumnya.
"Dasar banci mesum lo ogah gue ditemani lo."
"Enak aja gue perkasa gini dikatain bencong."
"Udah udah ribut mulu deh heran gue, udah ayo An buruan kerjaan gue masih banyak nih." Lerai Shella ia punya feeling kalau Ana mau curhat.
Sesampainya di toilet, Ana memeriksa semua pintu toilet kosong ia memastikan kalau tidak ada orang lain yang mendengar ceritanya.
"Udah buruan cepat cerita, waktu gue gak banyak ini nanti kemaleman kita lemburnya kalau gak disiapin dari sekarang." Kata Shella berharap cerita Ana tidak akan membuatnya kecewa karena telah menyia-nyiakan waktunya untuk mendengar wanita satu ini curhat.
"Jadi gini, lo tau siapa atasan kita itu?"
"Yaelah lo ngajak gue kesini cuman mau bicarain itu doang?"
"Eh tunggu dulu belum selesai gue ngomong. Jadi CEO perusahaan ini yang tadi gue keruangannya itu tuh si Bian cowok yang gue hindari itu, yang pernah gue certain ke lo."
"Whattttttt... seriusan lo gak bohong? Maksudnya bos kita itu si Bian Bian yang gak sengaja lo cium karena makan kerupuk itu?" tanya Shella karena tak percaya akhirnya temannya ini bertemu dengan musuhnya.
"Iya dan lo bakalan gak percaya dengan apa yang gue bakalan bilang ini, gue ngedorong si Bian sampai jatuh ke lantai dan sekarang gue gak tau nasib gue gimana nanti."
"Double whatttttt gak waras kali ya lo dia yang punya ini perusahaan dan lo ngedorong dia sampai jatuh? Gila gila ini gila banget lo siap-siap kena surat peringatan deh ini gue jamin pasti, gak nyangka gue otak lo letak dimana sih sampe ngedorong si bos? Gue nantap dia aja gak berani kok lo bisa-bisanya gitu ngedorong dia." Emosi Shella karena mendengar ceritanya Ana, ia berharap temannya ini tidak dipecat.
"Ya lo bayangin deh kalau lo ada diposisi gue, lo disudutkan ke rak buku terus muka dia di depan muka lo terus bahas tentang ciuman waktu sekolah itu, apa lo bakalan diam aja sampe dia ngapa-ngapain lo." Tanya Ana karena tidak mau dianggap salah karena telah mendorong atasannya.
"Duh ribet nih urusan lo, oke gini deh lo berdoa aja supaya lo cuman dapat sp doang bukan langsung di pecat, gue gak bisa kasih solusi kalau udah berhadapan dengan bos kita bakalan kalah, dan lo musti minta maaf ke dia."
"Loh kok gue yang minta maaf sih kan dia yang hampir cium gue, harusnya dia yang minta maaf."
"Ya gak bisa gitulah panjul, lo kan udah dorong dia lo tau kan siapa yang lo dorong atasan kita, kalau diam au ke jalur hukum bisa di penjara lo."
"Ih nyebelin banget sih, harusnya gue yang penjarain dia."
"Bahkan kalau lo ajuin laporin dia atas Tindakan pelecehan pun lo tetap kalah An, dia punya kuasa dan bahkan kalau bokap lo bantuin pun kayaknya gak bakalan ngaruh, dia orang kaya perusahaannya ada dimana-mana."
"Oke stop gue gak mau dengar lagi, gue gak bakalan minta maaf ke dia sampai kapanpun."
Setelah itu Ana pergi meninggalkan Shella yang masih di toilet.