Chereads / Meet My Enemy / Chapter 3 - 03

Chapter 3 - 03

Lima tahun menetap di negeri orang, setelah selesai menempuh pendidikan selama kurang lebih tiga tahun di salah satu Universitas di Australia, Hana memilih untuk bekerja disana. Rasanya sudah lama sekali ia tidak bertemu dengan keluarganya, apalagi ia sangat merindukan tingkah konyol abangnya.

Belum lama ini Hana dipaksa untuk kembali ke tanah air oleh kedua orangtuanya, karena abangnya akan menikah minggu depan. Setelah mengajukan cuti akhirnya ia berangkat ke Ibu Kota.

Hana dan keluarga sudah tidak tinggal di kota kelahirannya itu. Setelah kelulusan SMA nya Hana dan keluarga pindah ke Jakarta dikarenakan Ayahnya di pindah tugas kan ke Ibu Kota.

Setelah berjam-jam penerbangan akhirnya Hana sampai di Bandara Soekarno-Hatta. Sambil merogoh isi tas mencari keberadaan ponselnya.

"Hallo bang dimana? Ini Ana udah di bandara."

"Waalaikumsalam dek, iya tunggu bentar lagi sampai."

"Eheh iya lupa Assalamualaikum bang, cepat dong gak pake lama pokoknya." Sambil nyengir karena tersindir oleh abangya lupa mengucapkan salam.

Hampir menunggu setengah jam akhirnya Hana melihat batang hidung Doni abang tersayangnya.

"Kenapa lama sekali?"

Doni tersenyum meminta maaf kepada sang adik yang masih mengenakan kacamata hitamnya, lalu mereka segera berjalan ke area parkir.

"Maaf dek, jalanan macet banget." Katanya sambil mendorong koper adiknya.

Setelah keluar dari area bandara, Hana langsung terkapar di kursi penumpang ia masih jet lag. Padahal Doni ingin sedikit bercerita kepada adiknya, tetapi melihat Hana tidur terlelap ia hanya bisa tersenyum.

Dua puluh menit perjalanan Hana terbangun karena kelaparan.

"Bang punya makanan ringan gak? Aku lapar banget."

"Gak ada, yang ada cuman air mineral mau?"

"Yaudah deh ganjel perut pakai air aja, mana?"

"Itu lihat aja di belakang mungkin masih ada." Doni mengarahkan kepalanya ke arah jok kursi penumpang belakangnya.

Hana membuka tutup botol air mineral dan meneguk isinya hingga kandas. Teringat abangnya sebentar lagi akan menikah membuatnya penasaran wanita seperti apa yang dipilih oleh sang kakak. Pasalnya selama ini mereka berkomunikasi tidak pernah sekali pun abangnya bercerita mengenai hubungannya dengan sang kekasih, bahkan untuk foto di instagramnya saja tidak ada foto wanita hanya ada foto sang abang dan teman-temannya saja, apa jangan-jangan abangnya ini homo? Menikah dengan sesama jenis OMG gila...gila gak mungkinlah abangnya yang maco ini jeruk makan jeruk.

Pusing dengan pemikirannya sendiri, lebih baik ia bertanya saja daripada penasaran.

"Bang calon istri abang gimana sih orangnya, kok aku gak pernah lihat."

"Ya mau gimana kamu bisa lihat, orang kamu ada di Australi."

"Bukan gitu maksudnya, kenapa abang gak pernah posting foto calon istri abang di sosmed? Aku cuma lihat foto abang sama teman-teman abang doang. Abang gak homo kan?" keluar juga pertanyaan sakral yang sedari tadi Ana pikirkan.

Tiba-tiba Doni menepikan mobilnya ke pinggir jalan, ia kaget dengan pertanyaan sang adik.

"Astagfirullah dek yang enggak enggak aja ngatain abangnya sendiri homo, gila ya?"

"Ya abis aku penasaran selama ini kan abang gak pernah ngomongin tentang cewek ke aku, selalu cerita tentang traveling kesinilah kesanalah sama teman-teman abang, ya asumsiku abang ini homo."

"Ada-ada aja kamu gak mungkinlah kalau abang nikah sama laki-laki bisa di sembelih sama papa nanti."

Hmmm... iya juga ya mana mungkin papa bakalan setuju abang menikah dengan sesama jenis, bisa di geser dari kartu keluarga yang ada abangnya. Doni melajukan kembali mobilnya.

"Kamu itu jauh jauh kuliah di luar negeri kok malah tambah bego sih dek, kebanyakan gaul sama banci kamu ya."

"Enak aja aku gaul sama banci, ya gak mungkinlah." Balas Ana tidak mau di pojokkan.

"Jadi kamu disana dapat gebetan gak?" tanya Doni penasaran pasalnya sang adik setiap menelpon pasti cerita ketemu cowok ganteng.

"Enggak pada gak jelas semua cowoknya, gak ada yang serius." Tiba-tiba Ana teringat mantannya Brian yang sempat ia tolak, karena namanya hampir mirip dengan musuh semasa sekolahnya. Tapi karena kegigihan Brian untuk dekat dengan Ana akhirnya Ana pun luluh.

"Jadi sama si Brian itu gimana?"

"Gak gimana-gimana, udah selesai." Balas Ana cuek malas mengingat sang mantan.

"Kamu tuh gak boleh gitu dek, nanti gak laku kalau cuek terus ke cowok." Doni memang tidak mengetahui kelanjutan hubungan adiknya dengan Brian, karena Ana lebih memilih menutup diri jika ditanya mengenai percintaannya.

"Udah deh bang gak usah bahas dia lagi, aku udah gak ada apa-apa lagi sama dia."

"Kenapa sih jutek mulu kalau ditanya tentang cowok."

"Dia udah selingkuh, malah selingkuhannya bohay banget lagi ya aku insecure lah jadi cewek." Tuhkan emosi deh kalau ingat bodi selingkuhan sang mantan, gimana gak emosi kalau Brian selingkuh sama cewek yang body nya kaya gitar spanyol dada membusung, bokong maju, kulit putih mulus.

"Jadi kamu lebih memilih kalah sama cewek bohay selingkuhan Brian? Emang sih kalau abang lihat kamu tuh gak ada bohay bohay nya, udah gitu suka kasar lagi apa-apa cubit abang hahaha." Doni senang melihat muka sang adik yang kusut karena dibandingkan dengan selingkuhan bohay. Sejujurnya adiknya ini sangat cantik seperti para model, tubuhnya body goals banget kalau kata orang-orang, cuman memang sang adik suka merendah aja kalau lihat cewek yang body nya kaya Kim Kardashian.

Asik mengobrol dengan sang abang ternyata mereka sudah sampai di pekarangan rumah.