Cahaya yang masuk kesela-sela jendela mengusik gadis cantik yang masih setia pada tidurnya. Matanya terbuka secara perlahan lahan. Menatap langit-langit yang terasa asing baginya yang membuat gadis itu duduk dengan terkejut.
Kecemasan yang ia rasakan sangat besar. Gadis itu mengecek tubuhnya yang terbalut dibalik selimut ia berharap agar kejadian yang ia bayangkan tidak terjadi.
"Tidak kemana bajuku... ada apa ini apa yang terjadi semalam.... Miya kau sunggu ceroboh." Gadis itu terdiam membisu tatapanya kosong, kehidupanya telah berakhir pada hari ini, detik ini dan menit ini.
Bahkan kejadian itu sudah terbukti terjadi kapadanya, karena banyaknya bukti yang mengarah kepada tubuh gadis itu. Dari tubuhnya yang tidak ada sehelaipun baju yang melekat dalam tubuhnya. Bahkan banyak tanda kemerahan dijenjang leher dan bagian dada.
Disaat Miya sedang membeku dia mendengar pintu terbuka yang berada dihadapanya.
Miya melihat seorang wanita yang cukup tua disana. Orang itu mendekat kearahnya.
"Nyonya pakai baju anda dan segera pergi dari sini. Oh iya soal uang sudah di transfer kerekening tante nyonya oleh tuan saya." Jelasnya panjang lebar kepada gadis yang tak berdaya itu.
Apa maksudnya. Jadi semua ini ulah tante ~ Bantinya yang melihat kewanita yang berada dihadapanya
"Baiklah saya akan pergi dari sini." Kata Miya yang memakai baju itu dan mengambil tasnya.
Dasar cowok brengsek. Aku akan memberikan kenangan buruk kepadamu ~ batin Miya yang melihat isi tasnya.
Miya mengambil sebuah pisau dari tasnya yang segerah ia tudungkan kearah pelayan itu.
"Aapa yang anda lakukan?"
"Jika kamu tidak mau mati bersama rumah ini cepat keluar dri rumah ini."
"Baik nyonya."
Jangan harap rumah ini bisa selamat cowok brengsek ~ ujarnya yang mengaktifkan tombol yang berada di bom itu kemudia kedua wanita itu berlari keluar.
Blegar.
Suara ledakan bom yang berasal dari dalam rumah yang membuat rumah itu hangus tanpa sisa. Miya tersenyum lega kemudia dia pergi dari sana untuk mencari taxi yang berada disisi jalan raya.
Disaat Miya naik taksi dia berusaha mengingat ingat kejadian semalam. Semalam dia hanya ingat mamasuki sebauh ruangan tapi bukan ruangan itu.
Dia lagi-lagi mengigat-ingat tentang cowok yang menidurinya dan seketika Miya mulai terkejut saat mengigat kata lelaki itu "nyonya tolong saya mau menyelamatkan anda bukan meniduri anda." Kata kata itu terus menerus dalam ingatnya.
Aku baru ingat bahwa dia yang menyelamatkanku dan bukan dia yang mengodaku tapi aku aahh Miya kamu sungguh bersalah bahkan kamu membom rumahnya. ~ Batin Miya
Gadis itu sudah berulang kali menghela napas dengan mata yang setia melihat kearah luar jendela dengan iringan tetesan air mata yang mendampinginya.
Miya tidak menyangka semua ini akan terjadi dimana hari ini adalah hari kehancuranya. Dia benar-benar benci dengan dirinya saat ini terutama pada tantenya yang menjebak dia ditambah iringan rasah bersalah karena membom rumah cowok itu.
...
Kaki Miya lemas. Dia tersungkur kelantai dengan tatapan sendu. Seakan-akan semua ini tidak nyata. Gadis itu menangis tanpa suara disaat melihat dua garis yang terlihat dari benda tes kehamilan.
Miya tidak punya keluaraga, dia hanya mempunyai tante nya yang sangat ia percaya tapi apa yang sekarang terjadi membuat gadis itu harus membenci orang yang selama ini ia kaguni dan sayang. Mungkin kalau Miya tidak positif hamil mungkin Miya akan memafaakan tantenya tapi sekarang dia tidak punya pilihan untuk membenci tantenya.
Miya terlahir dari keluarga yang cukup kaya. Tapi beberapa tahun yang lalu keluarganya terbunuh hanya dia yang tersisa.
Tenanglah Mami akan merawatmu hingga dewasa ~ Bantinya yang mengusap air mata yang dari tadi turun tanpa henti.
Yang harus dia lakukan saat ini hanyalah pasrah kepada takdir. Dia memutuskan untuk membesarkan bayi itu tanpa seorang Ayah bahkan Miya sendiri tidak tahu siapa yang menidurinya waktu malam. Toh dia juga tidak perduli pada pria itu jadi dia memutuskan untuk membuka lembaran baru buat anak anaknya nanti.
Bersambung...
2agustus20