Pov Lara.
Aku mulai memejamkan kedua kelopak mataku. Rasanya aku masih mengingat tentang masa laluku bersama dengan lelaki yang pernah memberi aku sebuah janji manis namun kenyataannya semuanya mirip.
"Nggak, aku nggak bisa ngelakuin itu Haslan!" teriakku sekali lagi. Aku mulai menatap dia yang ada di depanku. Aku menolak dia untuk melakukan hal yang tidak mungkin bisa aku lakukan.
"Hubungan kita itu udah lama, masa cuman gini-gini aja. Pacaran kok cuman gini?!" Ujar Haslan sambil menangkupkan Kedua telapak tangannya di kedua pipiku. Dia berusaha untuk meyakinkan aku namun tetap saja aku tidak menginginkan semua itu karena pada dasarnya cinta itu suci bukan untuk dinodai.
"Apa cinta harus dibuktikan dengan nafsu?" Aku mulai bertanya ulang kepada dia sambil menatap kedua manik matanya." Kenapa aku harus melakukan itu? Apakah sebuah cinta saja tidak pernah cukup untukmu? "
Haslan terdiam.
"Aku melakukan itu, karena aku cinta kamu, Lara." Kata Haslan menatapku kembali." Kamu tidak usah munafik sebagai perempuan! Kamu tahu kan kalau di dunia ini cinta itu perlu dibuktikan bukan hanya sekedar kata-kata! "
Aku mulai menatap kedua manik mata Haslan. Aku sudah tidak mengenal lagi siapa hasil yang sebenarnya dalam kehidupanku. Dia bukan lelaki yang dulu pernah aku kenal dengan baik." Ternyata aku salah menilai kamu!"
Haslan hanya menyeringai." Aku tahu kalau kamu juga menginginkannya. Tapi kenapa kamu tidak mau melakukannya? Kamu takut aku tidak bertanggung jawab terhadap kamu?"
Haslan mencoba untuk meyakinkan aku untuk melakukan apa yang telah dia inginkan. Lalu akupun mendorongnya untuk menjauh dariku. Aku tidak mungkin melakukan perbuatan bodoh itu yang akan membuat diriku benar-benar terjebak dalam lembah hitam.
" Semua ini salah haslan! Aku tidak ingin melakukannya!" Kataku yang berusaha untuk menyadarkan dia. Namun dia tetap saja menarikku hingga aku jatuh kedalam pelukannya. Aku terus memberontak karena aku tidak ingin melakukannya sama sekali. " Aku lebih baik kehilangan kamu dibandingkan aku harus kehilangan harga diriku dan kehormatanku! Aku tidak ingin terlalu jauh dalam sebuah dosa! "
Kapan mulai bangkit. Kemudian dia mulai menarik kembali. Aku pun mulai tak berdaya namun aku tetap saja melakukan pemberontakan kecil.
Haslan mulai mendekat kala itu. Ia mulai membuka kancing seragamku. Lalu akupun menamparnya begitu kuat. Aku tidak peduli ketika dia pergi dariku ataupun dia harus meninggalkan aku.
"STOP!" seruku. "Aku nggak ingin hubungan ini melampaui batas. Apa kata orang bila aku melakukan hubungan dengan noda dosa. Tidak! Aku nggak ingin melakukan hubungan terlarang itu." jiwaku mulai meronta bahkan aku mendorongnya hingga menjauh dariku.
"Kita akan melakukannya pelan-pelan, sayang."
"Tapi, aku nggak bisa melakukannya Haslan."
"Kenapa?" tangan Haslan mulai membelai rambutku yang panjang dan terurai.
"Maaf, aku hanya melakukannya, ketika aku sudah menikah dengan calon suamiku."
"Lara, apa kau tidak mencintaiku?"
"Cinta?" ulangku. "Jika, kau mencintaiku, maka kau akan menjagaku hingga kita menjadi pasangan halal di mata Allah. Maaf, aku nggak bisa melakukannya."
Dia nampak kecewa, tapi aku harus mempertahankan kesucian ini yang akan selalu dipertanyakan. Aku hanya ingin suami sahku yang mendapatkannya bukan dari bekas jamaahan pria lain.
Aku meninggalkan rumah tempat tinggalnya yang kosong, lalu aku pun menghilang dari dia. Karena, bagiku keperawanan adalah harta dan kesucian wanita yang harus dijaga. Aku nggak ingin kedua orang tuaku di surga kecewa.
Mengingat semua kejadian itu membuatku sadar. Sungguh, hubungan akan kandas bila tidak ada cinta, karena Allah.
Cinta memang kadang susah untuk bisa aku bedakan mana yang tulus atau karena nafsu atau karena obsesi.
*
Di sepanjang perjalanan Haslan merasa sangat kesal sekali dengan Kara semakin hari semakin menyebalkan sekali. Dia merasa kalau tidak nyaman sekali bila berdekatan dengan perempuan itu. " Sialan! Kenapa perempuan ini nempel terus kayak parasit? " Dia mendengus dengan sangat kesal sekali karena dia harus bersama dengan perempuan itu. "Rencanaku jadi gagal untuk menjelaskan semuanya! Sumpah perempuan Ini benar-benar sialan!"
Kara menatap Haslan dengan pekat sekali."Aku tidak akan pernah membiarkan rencanaku gagal! Aku tetap akan menjalankan rencana aku hingga membuat dia jatuh cinta kepadaku. Karena aku tidak akan pernah melepaskan keluarga Wijaya dari genggamanku saat ini! "
Mobil Jeep warna hitam masih menyapu jalanan kota Semarang. Hingga mobil Jeep itu telah sampai di parkiran mobil di sebuah hotel bintang lima tempat mereka menginap berdua.
" Sudah puas kamu! Kamu telah menghancurkan Rencanaku! Dan kamu harus mengingatnya kalau aku tidak akan pernah mencintai kamu sedikitpun! Sampai dunia ini kiamat pun aku tidak akan pernah mencintaimu sama sekali! Hubungan kita hanyalah sebatas kertas saja!" Kata Haslan lalu keluar dari mobil diikuti oleh Kara.
"Aku tidak akan pernah membiarkan rencanaku hancur! Karena aku ingin sekali mengendalikan keluarga Wijaya dari cengkraman ku. Aku hanya ingin keluarga Wijaya bisa membayar semuanya atas penderitaanku! " ucapkan Kara dalam hatinya. " Bersiap-siaplah kalian akan menjadi seorang gelandang! " batinnya.
*
Mita sedang melakukan sebuah pemotretan untuk majalah. Dia sedang terlibat dalam sebuah proyek Ambassador dari sebuah produk ternama. Dia terlihat sangat antusias sekali dalam sebuah pemotretan itu bahkan dia menggunakan berbagai busana yang terlihat begitu anggun sekali.
" Mita, kita akan ulang sekali lagi. Sebentar lagi kita akan selesai . Besok kita akan review ulang tentang foto-fotonya. Karena saya tidak ingin mengecewakan klien kita yang sudah menjadikan kamu Ambassador dalam produk mereka! "
Mita hanya mampu mengangkut mengiyakan karena dia sendiri juga ingin karirnya bisa melalang buana. Dia bermimpi menjadi seorang model profesional di kalangan internasional. Dia akan melakukan apapun demi mendapatkan proyek-proyek besar itu.
Mita kembali melakukan sebuah pemotretan selama 2 jam penuh. Kemudian pemotretan pun selesai. Dia bergegas untuk merapikan seluruh perlengkapannya dan memasukkannya ke dalam sebuah koper. Ira sebagai asistennya pun ikut membantunya untuk persiapan pulang.
Mita bisa bernafas dengan sangat lega sekali ketika pemotretan yang dari mulai pagi hingga petang. Dia merasa tubuhnya lelah sekali. Dia juga meminta asistennya untuk menyupir mobilnya Karena dia sudah tidak sanggup.
"Ira, hari ini Kamu yang bawa mobilnya ya. Karena aku tidak mungkin menyetir mobil sendiri dalam kondisinya seperti ini. Aku juga belum menemukan sopir pribadi di kota ini."
Ira hanya mengangguk mengiyakan untuk menjalankan perintah dari Mita.
*
"Lara?!"
Seseorang menepuk pundak kananku, lalu aku menoleh dan memeluknya.
"Aku rindu kamu."
"Erlan?" aku tercengang melihat pria dengan gaya swag berdiri di hadapanku.
"Iya, ini aku Erlan sahabat kentel kamu," ujar Erlan yang masih terlihat sama seperti dulu.
"Nggak nyangka kamu bakalan ke Semarang? Tahu dari mana aku kerja di kedai kopi ini?"
Erlan hanya nyengir.
"Lan?" ku mencoba memincingkan kedua mataku, lalu menatap Erlan yang nyengar-nyengir.
"Aku nggak nyangka, kamu berubah pakai hijab. Kamu makin cantik sekali, apalagi kamu sekarang bisa jadi barista tercantik di sini," Erlan memujiku.
"Bukankah, seorang muslimah sudah berkewajiban memakai hijab yang sudah tertulis di surah AL-Ahzab," ucapku.
"Iya, tapi aku suka sekali dengan penampilan kamu seperti ini. Insyaallah, kamu bisa jadi istiqomah." Haslan tersenyum menatapku.
"Kamu mau kopi?"
"Jelas donk, apalagi gratisan paling demen dech aku."
"Dasar kamu, nggak pernah berubah!" seruku.
Erlan malah nyengir menatapku, ia memang kebiasaan suka muncul dadakan.
"Bikinnya yang enak ya, jangan kepahitan atau kemanisan," ujarnya dengan gaya selengekan ala-ala dia.
"Okey."
Kemudian aku pun membuatkan Erlan Secangkir Kopi senja. Aku meninggalkan dia duduk di sebuah meja nomor 7.
*
Aku sudah membuatkan Secangkir Kopi untuk dinikmati oleh sahabatku yang baru saja datang dari luar negeri. Aku sangat merindukan mereka. Aku ingin sekali menghabiskan sebuah waktu bersama dengan Erlan sahabatku yang pernah pergi dariku.
" Maaf ya Erlan. Aku terlalu lama sekali untuk menyajikan Secangkir Kopi untukmu. Karena terlihat banyak sekali pelanggan kopi yang sudah mengantri dari tadi. "
Erlan hanya mengangguk mengiyakan. Dia tidak mungkin marah kepadaku. Dia adalah sahabat terbaikku yang selama ini aku miliki.
"Eh, gimana kabar Mita?"
"Mita, Kan ke Aceh ikut nyokapnya, setelah bokapnya cerai."
"Cerai? Kok Mita nggak cerita ya?"
"Mana aku tahu, Ra."
"Aku kangen banget sama kamu dan Mita."
"Sama."
"Kamu berapa lama di Semarang?"
"Semingguan, setelah projectku selesai."
"Terus, kamu bakalan balik ke Jakarta?"
"Iya, sekalian aku minggu depan mau adain pertunanganku dengan Rhea."
"Bukankah Rhea dulu sempat mau dijodohin sama kakak kamu?"
"Iya, tapi kenyataan itu menyakitkan."
"Kenapa?" Aku mulai penasaran dengan sebuah cerita tentang Rhea.
"Karena Kak Nino menghamili sekertarisnya di kantor, ya terpaksa undangan yang tersebar dibatalkan. Tapi, ternyata kak Nino dijebak sama Clara sekertarisnya, dia hanya ingin harta kak Nino. Terus, anak yang dikandung dari Clara adalah hasil hubungan gelap bersama pria lain."
"Terus?"
"Setelah, bayi itu lahir. Kak Nino menceraikan Clara. Tapi, Rhea sudah dekat denganku. Jadi, dia akan tetap memilihku."
"Oh."
Aku yakin kalau dia adalah gadis yang terbaik untuk Erlan sahabatku. Aku yakin kalau dia bisa bahagia dengan perempuan itu.
*