Chereads / Arcadian Crusader : Great Flower Plain / Chapter 9 - A Halfway To Go

Chapter 9 - A Halfway To Go

Setelah kejadian saat itu, kami memutuskan untuk tidak berlama-lama di desa perbatasan itu karena takutnya akan menyebabkan bahaya lagi. Kami bergerak menuju arah timur laut Pusat Kerajaan Arcadian Apple. Sebuah tempat dimana banyaknya padang rumput yang mengelilingi gunung Atlas Ijiraq.

Kejadian pagi itu membuat diriku malu sekali. Koboi ingusan itu tidak peduli sama sekali kepadaku. Dia lebih memikirkan ketiga badut itu ketimbang hilangnya aku karena di culik mereka.

"Tentu saja, bodoh. Kalau mereka kenapa-kenapa bagaimana ? Kau kira nyawa orang itu bisa di beli dengan uang." ujar August sambil merangkul badut berbaju warna merah muda kekuningan.

"Tapi merekalah yang menculikku, kenapa kau lebih mementingkan nyawa mereka daripada nyawaku !" ujarku kesal.

"Karena kamu itu super kuat."

(super kuat, super kuat, super kuat, super kuat, super kuat)

Kata-kata itu terus terngiang-ngiang di kepalaku. Hanya karena aku adalah penyihir terkuat di matanya maka dia lebih memedulikan orang lain daripada aku. Sungguh... Menjadi kuat itu ada tidak enaknya juga.

"August ! Kita sampai."

Tepat jam 14.40 kami tiba di tempat perhentian pertama kami. Sebuah lapangan hijau terlihat dari kejauhan setelah hutan-hutan yang mengelilinginya. Di tengahnya terdapat sebuah gunung yang di kelilingi pohon-pohon berwarna pink. Sejuknya angin sepoi-sepoi membuat bulu kuduk kami berdiri sambil melihat pemandangan indah itu dari kejauhan.

"Wah indahnya... Sudah lama sekali sejak aku dikurung di kandang sempit yang mereka sebut penjara."

"Kau benar. Pasir-pasir telah membutakan mataku sebelumnya. Ini adalah pemandangan yang sangat indah seumur hidupku."

"Aku ingin segera berlarian seperti kuda di lapangan hijau itu !"

Setelah aku mengatakan hal tersebut, kuda August mulai kegirangan sampai mengangkat-angkat kepalanya. August yang sedang digendong olehnya sampai terkejut karenanya.

"Ahaha... Kudaku juga terlihat gembira saat melihatnya. Kurasa kalian sudah tidak sabar."

Aku berjalan mendekati ujung jalan kami. Ternyata kami masih harus turun karena adanya tebing yang curam."Hmmm... Namun sepertinya kita harus turun terlebih dahulu dari tebing ini."

"Kau benar. Namun kabar baiknya aku melihat jalan menurun dari sebelah kanan kita."

August benar. Di sebelah kanan kita ada jalanan landai yang terlihat sering dipakai untuk turun sampai kesana. Namun bukankah itu pertanda bahwa di bawah sana ada keberadaan desa atau semacamnya.

"Kalau begitu ayo, August. Mari kita lanjutkan hingga larut."

"Tunggu sebentar !"

August kemudian turun dari kudanya dan mengambil secarik kertas dari tas perbekalannya. Tak lupa dia juga mengambil pena untuk digunakan di kertas itu. Akupun terbang sedikit mendekatinya karena penasaran apa yang ingin dia lakukan. "Kau mau apa ?"

"Kau lupa ? Kita kan sedang berpetualang jadi tidak ada salahnya aku melukis peta untuk daerah ini." ujarnya sambil menggerak-gerakkan pena itu di kertasnya.

"Oh jadi kamu juga bisa gambar ? Tapi bagaimana kamu tahu wilayah ini padahal kita baru saja sampai... Jangan-jangan !"

"Ya ! Seperti yang kamu pikirkan. Aku menggunakan sihir anginku untuk memindai wilayah ini." ujar August sambil menunjukkan pena-nya ke depan. "Yah walaupun tidak sejauh yang kamu pikirkan sih."

"Terkadangakuberpikirsihiranginditanganmuitusangat mengerikan." ujarku dengan cepat.

"Eh ? Apa yang... Mengerikan ?"

"Ah tidak lupakan saja." ujarku sambil berpaling.

August menatap wajahku sebentar. Rambutku terapung-apung oleh angin yang menyapunya. Selewat dia terlihat terpesona ketika rambutku disapu angin. Tatapannya saat menatapku itu, nampak mempesona.

"Ada apa August ? Jarang sekali kau menatapku seperti itu."

"Ah tidak..." August menghindari tatapanku, "...Hanya saja angin ini begitu sejuk saat ini." kemudian menumpulkan tatapannya.

Aku tidak begitu mengerti apa maksudnya namun aku bisa menyimpulkan satu hal. West August itu sangat suka terhadap elemen angin lebih dari siapapun dan mengaguminya. Wajar saja dia memiliki kekuatan sihir angin yang begitu kuat. Namun kenapa... Elemen angin bukan menjadi kekuatan uniknya ?

"Baiklah ayo kita pergi, Jeanne. Aku sudah selesai dengan urusanku."

"Hmph ! Lama sekali..."

August kemudian bergegas naik ke atas kudanya. Dia telah membenahi semua peralatannya secepat angin yang berhembus. Aku khawatir apakah bawaannya baik-baik saja di tas itu.

*Duar*

Tak lama kemudian, sebuah ledakan terlihat dari kedalaman hutan di depan kami. Tanpa membuang waktu, aku langsung inisiatif terbang ke arah ledakan itu sementara August berkuda mengelilingi tebing ini terlebih dahulu.

"Aku akan menunggumu di tempat terjadinya ledakan itu, August ! Pastikan kau bergerak cepat." ujarku sambil melaju ke arah ledakan tersebut.

Augustpun mengangguk dan menunggangi kudanya dengan cepat. Jarak antara aku dan ledakan itu tidak terlalu jauh karena aku bisa memotong jalur dengan terbang. Akan tetapi, August harus memutari jalan tersebut terlebih dahulu agar bisa sampai. Mau tidak mau aku harus menangani masalahnya sebelum August sampai.

Tiba-tiba hatiku berdegup kencang satu kali. Konsentrasiku menurun dan aku harus kehilangan keseimbanganku saat terbang. Alhasil aku terbang rendah tepat di atas pepohonan hutan dan kecepatanku menurun.

Perasaan apa ini. Di dalam dadaku terasa seperti ada yang ingin menghalangiku. Aku baru saja ingat, tidak biasanya aku bertindak menuju masalah seperti ini. Diriku yang dahulu mungkin saja hanya cuek dan mengamati apa yang terjadi dari jauh. Namun kenapa... Kenapa aku mengambil inisiatif seperti ini ? Kenapa perasaan "takut ada seseorang yang terluka" ini muncul di benak pikiranku.

Tanpa aku sadari, tiba-tiba sebuah api menyambarku dari daratan hutan dan membuatku terjatuh dari tongkat sihirku. Tubuhku berguling-guling di tanah sehabis terjatuh dari ketinggian sepuluh meter dan berakhir menabrak sebuah pohon dengan punggungku. Akupun segera bangun setelah pendaratan yang buruk tersebut.

Aku melihat seorang wanita dengan tongkat sihir yang mirip dengan badut-badut sebelumnya. Dia tersenyum kepadaku dengan senyuman yang sangat lebar di mukanya seolah-olah puas membuat aku terjatuh.

Senyumannya mirip dengan penjaga kedai sebelumnya.

Ini adalah sebuah perangkap. Ledakan yang sebelumnya merupakan pengalih perhatian kami agar terpisah dan bergerak menuju ledakan tersebut. Benar-benar cara yang licik untuk memisahkan kami.

"Selamat siang... Malapetaka ! Waktunya balas dendam."

Benar saja, aku ingat rasa dari aura ini sebelumnya. Dia memiliki aura yang sama seperti badut dengan pakaian merah keunguan. Namun kali ini ada sedikit aura kegelapan yang menyelimutinya. Apa yang telah terjadi pada mereka setelah aku kalahkan ?

+---+---+---+---+

Ini buruk. Buruk sekali. Emosiku tiba-tiba kacau begitu aku ingin mendekati lokasi ledakan tersebut. Sesuatu dalam tubuhku seolah-olah berbisik bahwa aku melakukan kesalahan. Dan benar saja aku telah terjebak dalam perangkap mereka. Namun bukan itu yang ingin tubuhku sampaikan. Dia seolah-olah berkata "Kenapa kamu menjadi sok baik seperti itu".

Tubuhku benar. Dahulu aku tidak pernah bersimpati kepada seseorang tanpa alasan tertentu. Aku hanya ingin memanfaatkan mereka namun kenapa... Kali ini terasa berbeda.

Aku membuat salah satu pelayanku untuk membuat tenang salah satu anggota Three Pierrot. Aku mengikuti August karena aku terkagum olehnya yang dimana aku belum pernah kagum terhadap siapapun sebelumnya. Dan sekarang aku mencoba menolong seseorang. Memangnya siapa diriku ini ?

Aku tidak pernah berkeinginan untuk mengubah diriku namun kenapa perlahan-lahan aku berubah. Apakah ini karena petualangan ini atau... West Augustlah yang perlahan-lahan mengubahku.

Tidak bisa kubiarkan. Kenapa aku bisa berubah hanya karena aku mengikuti serangga tersebut.

"Akhirnya kau sadar juga, Jeanne Abigail."

"Siapa dirimu ?"

Aku menemukan diriku terduduk di sebuah ruang hampa dan gelap yang hanya di terangi oleh obor-obor berapi biru. Disana terlihat seorang laki-laki berkepala serigala duduk di atas singgasana menatapku dengan galak.

"Aku adalah realita gelapmu dan kita sekarang berada dalam ruangan bernama Dark Reality. Tercipta oleh masa lalu dirimu yang kelam."

"Kenapa ? Kenapa aku bisa berada disini ?"

Ini bukanlah sihir atau semacamnya. Semua yang aku rasakan ini hanyalah sebuah eksistensi yang memang berada di dalam tubuhku. Aku pernah masuk ke dalam sini terdahulu namun itu sudah lama sekali. Dan sekarang pertanyaan besarnya adalah kenapa aku bisa masuk ke sini lagi ?

"Kau sudah berada jauh dari dirimu yang sebenarnya. Aku selalu memantaumu dari dalam sini untuk memastikan bahwa kau berada di jalan yang benar. Bukankah kau ingin membalas dendam terhadap para Celestial itu ?"

"Aku sangat ingin." ujarku sambil mengepalkan tanganku sekuat tenaga.

"Kalau begitu kau tidak boleh lupa. Siapa dirimu sebenarnya dan untuk apa kau mengikuti pemuda itu yang sangat kau rendahkan."

"Balas dendam."

"Seperti yang diharapkan, wahai Tuanku Jeanne Abigail. Kami sangat menantikan dirimu terpuaskan karena membunuh salah satu Celestial saja. Dengan begitu kami turut berbahagia wahai Tuanku."

Sekelompok roh bermunculan dari belakang lelaki berkepala serigala itu. Mereka semua menatapku dengan tatapan bergairah. Di dalam kegelapan ini aku mengingat kembali siapa diriku sebenarnya.

Tubuhku ini terbuat dari rasa dendam...

bersambung