Chereads / Arcadian Crusader : Great Flower Plain / Chapter 4 - Ijiraq Frontier

Chapter 4 - Ijiraq Frontier

Jam 5 pagi, kami tiba di perbatasan antara daerah gurun dengan pegunungan.

Di sini terdapat sebuah kota kecil yang menyambut para petualang dan pedagang. Akan tetapi, kota kecil ini lebih terlihat seperti desa dibandingkan dengan kota. Tidak terlalu maju dan juga tidak terlalu terbelakang. Hanya sebuah kota kecil dengan suasana pedesaan. Kami singgah disebuah bar terlebih dahulu untuk menyegarkan badan kami.

"Haaahhh... Teh berkarbonasi ini sangat menyegarkan. Sudah berapa lama aku tidak minum minuman sesegar ini....." ujar Jeanne dengan muka memerah.

"Ya ampun, Jeanne... Kita baru saja berpetualang dua hari dan kau sudah begitu."

"Siapa peduli ! Aku sangat suka teh berkarbonasi."

Aku dan Jeanne beristirahat dengan tenang disini. Ku seruput kopiku perlahan-lahan sambil memandangi pegunungan berwarna pink disana. Rasanya sangat hebat ketika aku memulai petualangan yang benar-benar baru.

Waktu dulu juga, aku pernah berpetualang bersama Paman Evans. Namun yah... Itu sudah lama sekali dan yang ku jelajahi hanyalah gurun pasir yang panas. Segar rasanya bisa sampai disini dan memikirkan aku akan berpetualang ke gunung sana.

"Atlas Ijiraq... Shape shifting titan... Atau dalam bahasa kita berarti raksasa pengubah wujud." Jeanne bergumam.

"Ada apa, Jeanne ? Kau tahu sejarahnya ?" aku bertanya.

"Ah iya... Sedikit."

"Bisa kau ceritakan ? Semoga saja bermanfaat."

"Seharusnya kau juga sudah tahu August karena hal ini di pelajari di sekolah."

"Aku tidak bersekolah... Aku menghabiskan hidupku untuk mendapatkan kartu The Chariot ini."

"Anu... Ah baiklah, aku ceritakan."

+---+---+---+---+

Atlas Ijiraq. Sebuah gunung yang berada di sebelah timur Ibu Kota Arcadia Apple.

Konon dahulu kala, ketika para pemegang kartu pertama kali dibentuk, seorang laki-laki menyalah gunakan kekuasaannya. Dia adalah pemegang kartu The Hierophant pertama.

Laki-laki itu sangat suka sekali ketenangan dan kedamaian. Jadi dia pergi ke puncak gunung untuk merasakan semua itu.

Namun pada suatu hari, ia melihat seorang wanita, telanjang, sedang mandi di sumber air di gunung tersebut. Wanita itu begitu menikmati air segar yang membasahi seluruh tubuhnya. Merasa hal yang sama, laki-laki itu tersenyum memperhatikan wanita yang sedang mandi itu... Mesum bukan... Tapi yah namanya juga cerita rakyat.

Singkat cerita, keesokan hari telah datang. Laki-laki itu bergegas untuk menyegarkan tubuhnya di sumber air sekitar gunung tersebut. Namun saat dia akan mandi di sana, laki-laki itu bertemu dengan wanita yang kemarin ia perhatikan saat sedang mandi. Terkejut si laki-laki malu-malu kucing di hadapannya. Dia kemudian menanyakan kenapa wanita itu pergi ke gunung seorang diri. Sebuah hal yang jarang bukan ? Ada seorang wanita yang berani mendaki gunung sendirian.

Kemudian, wanita itu bercerita kenapa dia bisa berada disini. Ternyata dia sudah berada di gunung ini dari semenjak kecil. Tanpa ada seorangpun yang mengurusnya, dia hidup sendirian di gunung ini.

Laki-laki itu hanya menjawabnya dengan mengangguk-angguk seakan tidak percaya. Pakaian yang Ia kenakan terlihat jelas bukan pakaian hasil alam gunung ini, melainkan pakaian tekstil berasal dari peradaban sekitar. Laki-laki itu meragukan cerita wanita tersebut.

"Oke sudah cukup !" ujarku memotong.

"Tapi kenapa ? Bukannya kau yang menyuruhku untuk bercerita !"

"Aku rasa itu akan menjadi cerita yang panjang... Dan aku sudah mengantuk sekali..."

"Tung--!"

Tanpa mendengarkannya, aku langsung berbaring di kursi bar dan tertidur pulas. Ini juga salahnya Jeanne yang memaksaku begadang untuk sampai disini jam 5 pagi. Aku sebenarnya sudah tidak kuat untuk terjaga lagi. Karena itulah aku memesan kopi yang tidak seperti biasanya aku.

"Woiii !" teriak Jeanne dengan nada lucu.

Jeanne kemudian menghembuskan nafasnya, kecewa atas tindakanku. Ia kemudian memesan teh berkarbonasi lagi untuk menghibur dirinya.

+---+---+---+---+

West August... Seorang manusia biasa yang telah mengalahkanku sebelumnya. Melihatnya tertidur di tempat dan kondisi seperti ini membuatku ragu apakah benar dia adalah West August yang aku lawan sebelumnya. Dasar manusia, terkadang menjengkelkan dan terkadang mereka dapat diandalkan. Sungguh menjengkelkan.

Aku melihat-lihat sekelilingku. Populasi ras manusia biasa di bar ini ternyata lebih sedikit dari dugaanku. Kebanyakan dari mereka merupakan seorang animalia dan peri. Manusia satu-satunya yang ada di bar ini hanyalah mereka bertiga. Terlihat mencurigakan karena pakaiannya yang aneh. Tapi ketika aku pikirkan lagi, justru pakaianku ini lebih aneh daripada mereka. Lebih berwarna dan tidak terkesan seperti petualang. Ahli sihir lain juga menggunakan pakaian berwarna namun tidak secerah milikku. Dasar Thermamu tidak ngotak...

"Hei nona kecil... Boleh kita bicara sebentar." ujar seseorang sambil memegang tanganku tiba-tiba.

Tanpa memedulikan wajahnya atau siapa dia, aku langsung memukulnya sekuat tenaga di wajah. Orang yang berbicara kepadaku itu langsung terpental dan jatuh di meja orang lain.

"Woi bocah ! Apa yang kau---"

Belum menghabiskan kata-katanya, orang yang mejanya aku hancurkan, langsung kupukul keluar dari bar ini. Semua orang kemudian memperhatikanku seolah-olah aku adalah orang yang mengerikan.

"Jangan berbicara seperti itu di depanku dasar makhluk rendahan... Usiaku lebih tua daripada kalian ! Bisa lebih sopan sedikit !?"

Orang-orang yang berusaha mendekatiku sebelumnya kemudian berlari terbirit-birit menjauhiku ketakutan. Aku kemudian meneguk teh berkarbonasi yang baru ku pesan beberapa menit yang lalu.

"Ya ampun... Aku benci berada di tempat asing seperti ini sendirian."

Seorang wanita penjaga bar kemudian datang kepadaku sambil membawa kertas, "Ini nona... Tagihan anda."

Tertulis disitu beberapa makanan dan minuman yang kami pesan serta dengan tambahan pajak perusakan properti bar yang harganya lebih mahal daripada makanan yang kami pesan disini.

Namun aku adalah seorang wanita dewasa. Aku mengakui kesalahanku karena menghancurkan beberapa properti disini. Jadi sebagai wanita dewasa, aku membayar semuanya termasuk pesanan August.

"Tunggu mbak... Ini saya bayar disini saja. Maaf telah mengacaukan."

"Ahaha... Itu sudah biasa. Jangan terlalu dipikirkan."

Kami saling mengangguk kemudian berpisah. Wanita itu terlihat sudah biasa menghadapi orang-orang disini. Mungkin aku akan sedikit mencontoh kesabarannya.

Tak lama kemudian, aku merasa bosan menunggu di bar ini. Aku putuskan untuk keluar dan melihat-lihat bagaimana kondisi di kota ini. Sudah lama sekali aku tidak menghirup udara segar pedesaan.

Ku buka pintu keluar dengan melangkahkan kaki kananku. Ternyata di luar sini, terasa lebih segar dari dugaanku. Aku heran, mengapa August dapat tertidur di tempat seperti itu sementara ada tempat yang lebih cocok untuknya tidur. Namun bukan artinya tempat itu jelek atau semacamnya.

"Hei, wanita berkuncir dua. Aku ada perlu denganmu." ujar seseorang dari belakang memanggilku.

Aku terkejut. Sudah lama aku tidak berpetualang dan tiba-tiba ada orang asing yang memanggilku. Setidaknya dia lebih bermartabat daripada laki-laki bejat sebelumnya.

"Ada apa memanggilku ?"

Orang yang memanggilku adalah seorang laki-laki berbadan tinggi dengan rambut panjang yang menutupi sebelah matanya. Dia bersandar di tembok sambil menyilangkan tangannya. Laki-laki itu berpakaian serba hitam dengan duri-duri di jaketnya.

Ia kemudian berjalan mendekatiku dan menundukkan kepalanya karena aku jauh lebih pendek darinya. Laki-laki itu lebih tinggi dan berisi daripada August. Matanya menatap tajam ke wajahku. Namun aku tidak mau kalah darinya. Akupun menundukkan kepalaku dan menatap tajam wajahnya. Dengan begitu kami impas.

Laki-laki ini terlihat akan berdampak buruk terhadap petualanganku. Mungkin saja dia akan menjadi musuh manusia pertamaku dalam petualangan kali ini. Yang pastinya, aku merasakan sesuatu yang buruk darinya. Tatapan itu... Bukanlah tatapan tajam semata. Ada kebencian tertanam dari dalamnya. Sebenarnya siapa orang ini...

Bersambung