Chereads / Arcadian Crusader : Great Flower Plain / Chapter 17 - A Message From Death

Chapter 17 - A Message From Death

*clang* *clang* *clang*

Pedang Eddy menghantam-hantam tanah. Dia terus-terusan menyerang August dengan pedang besarnya itu. Berkali-kali bumi bergoyang di sekitar mereka. August kewalahan karena dia terpakasa menggunakan sihir anginnya terus menerus demi bisa menghindari serangannya.

Ksatria pemburu itu terlihat lambat. Akan tetapi, ayunannya yang bergerak cepat, sesuai perkiraannya, dan tepat sasaran membuat August kewalahan sehingga di matanya, ksatria itu bergerak sangat cepat.

Augustpun tidak mau kalah. Karena dia bosan untuk menghindar dan menunggu kesempatan, akhirnya dia memutuskan untuk mencari kesempatan itu sendiri. Dia menaikkan kekuatan Red Velvetnya sehingga dapat memantulkan ayunan pedang Eddy.

Eddy tergoyahkan. Dia termundur sedikit kemudian mengambil posisi bertahan. "Kau boleh juga, The Chariot. Evans Juliet telah mengajarimu dengan baik."

August tersentak. Dia langsung terdiam dan menghentikan serangannya begitu Eddy menyebut nama pamannya dengan santai. "Apa urusanmu dengan pamanku ?" August menurunkan pedang rapiernya.

"Kau ingin tahu ? Maka itu akan menjadi bonus karena kau telah bisa mengalahkanku."

August langsung melesat mendekatinya. Pedangnya Ia ayunkan berkali-kali sehingga Eddy terus dalam posisi bertahan. Begitu Eddy menyerang balik, serangannya langsung ditangkis dengan mudah. Dia pun tergoyahkan lagi.

Tanpa basa-basi lagi, August dengan semangatnya akan menusuk zirah besi Eddy. Pedang rapiernya melesat dengan kuat. Dan saat itulah, sihir hitam Eddy keluar. Dia membuat August terpental akan ledakan aura hitamnya yang dahsyat.

Seketika, Eddy telah berada di atas August yang baru saja menahan kembali posisinya. Dia melayang sambil mengarahkan pedangnya ke August. Dia kemudian menjatuhkan dirinya dan menghantam August dengan pedangnya. Augustpun menghindar, hantamannya kemudian membuat bumi bergoncang kembali.

August berusaha mengambil posisi bertarungnya lagi. Namun saat dia menengok ke arah Eddy, dia sudah tidak berada di tempat mendarat sebelumnya. Dia telah hilang entah kemana dari pandangan August.

Lagi, hawa keberadaan Eddy terasa tepat di atas August. Dia kemudian turun dan menghantamkan pedangnya ke arah August. August pun menghindar lagi dan bumi bergoncang kembali karena hantaman pedang Eddy yang begitu kuat.

Eddy kemudian memutar pedangnya di punggung sambil membungkuk dan diarahkan ke August. Dengan kuat dan cepat, Eddy menyodokkan pedangnya. Tak sempat menghindar, August menangkis sodokkan pedangnya itu. Akan tetapi, kali ini serangannya terlalu kuat untuk dia tahan. August tergoyahkan dan terdorong mundur jauh. Saking kuatnya, August pun dibuat terjatuh oleh serangannya.

Langsung saja Eddy melompat ke arah August. Dia menghantamkan pedangnya lagi ke arah August. Disana terjadilah aksi hantam dan kabur. Eddy terus-terusan menghantamkan pedangnya sementara August terus-terusan kabur dengan kekuatan anginnya lagi.

Tak lama kemudian, Eddy menggeram kesakitan. Perutnya dipenuhi oleh gumpalan asap hitam. Geramannya semakin menguat semakin gumpalan itu menebal. August terkejut. Pada akhirnya dia melihat Eddy termakan oleh sihir hitamnya sendiri sesuai perkiraannya.

"Bagus. Tapi apakah dengan termakannya dia dengan sihir hitam itu akan membuatku menang ?"

Eddy Farrram akhirnya meledakkan gumpalan asap hitam sambil berteriak dengan keras. Ledakannya membuat sebuah bola yang terbuat dari asap hitam ditembakkan seperti mortar ke arah August. " ! Mourning Gale ! " August menghilang bersatu dengan angin-angin dan menghindari bola asap hitam itu. Bola asap hitam itu kemudian meledak begitu jatuh ke tanah.

August merasakan sebuah hawa berbahaya apabila Eddy Farram dibiarkan mengamuk lebih lama. Langsung saja August bergerak ke belakang Eddy Farram tanpa bersuara dan menusuknya dari belakang. Akan tetapi, zirah itu terlalu kuat untuk ditembus dan dipenuhi oleh asap hitam begitu August menusuknya.

Seketika Eddy mengayunkan pedangnya dan bergerak menjauhi August. "Aku tidak akan termakan oleh sihir hitam. Dan aku juga tidak akan kalah dari sihir hitam. Karena akulah pengendali sihir hitam." ujar Eddy.

"Aku setuju dengan dua pertiga perkataanmu. Demi kemenangan, aku akan mengerahkan semua kekuatanku dan menyelesaikanmu dengan cepat." ujar August bersemangat.

"Bagus, The Chariot. Tujukan ambisimu demi mendapatkan kebenaran dariku."

Seketika, August menghilang. Tiba-tiba saja, August langsung menendang lengan Eddy Farram sehingga dia terpental jauh tanpa ia sadari. Belum sempat mendarat, Eddy langsung ditendang lagi ke langit di bagian perutnya. Eddy memuntahkan darah hitam dari mulutnya.

"Mustahil ! Kenapa dia tiba-tiba sekuat ini ?!" ujar Eddy sambil kesakitan.

Tiba-tiba, saat Eddy berada dalam posisi tertingginya, August tiba berada di atasnya terlebih dahulu. Dia mengarahkan pedang rapiernya dan siap menusuk Eddy untuk mendorongnya jatuh dari ketinggian lima puluh meter.

Eddy menembakkan bola asap hitam dari tangannya ke August. Akan tetapi, August menghindarinya dengan mudah seperti telah menembusnya. Augustpun kemudian menusuk perut Eddy dan mendorongnya jatuh.

August menjatuhkannya hingga terdengar suara seperti ledakkan. Dia seketika membuat parit berbentuk lingkaran dengan Eddy Farram yang tergeletak di tengahnya. Eddy pun dibuat pingsan olehnya. Pedang rapier August menembus zirahnya dengan baik.

"Sekarang katakan padaku, Eddy Farram !" August menatap Eddy dengan mata birunya yang tajam.

August kemudian menampar-nampar pipinya namun Eddy tak kunjung sadar. Dia menghela kemudian melepaskan nafasnya, kecewa. "Seharusnya aku tidak terlalu kasar kepadanya. Toh masih ada cara yang lain." ujarnya sambil membelakangi dan berjalan menjauh.

Tak lama kemudian, August merasakan aura pembunuh dari belakangnya. Seketika dia berbalik dan menemukan Eddy berdiri sambil menatapnya dengan mengerikan. Aura hitam itu masih mengelilingi tubuh Eddy.

Tanpa basa-basi, August langsung menendang kemaluan Eddy. Dia kemudian berteriak saking sakitnya. "Woooiii ! Kenapa kau menendangku..... Kenapa disana....."

"Kau sendiri yang mau berbuat licik kan ?"

"Itu tidak benar ! Aku sudah menyerah sejak kau menepuk-nepuk pipiku..... Sialan kau August. Ini adalah rasa sakit yang paling sakit yang pernah aku rasakan."

"Kalau begitu, kau akan menceritakannya bukan ? Karena kau sudah kalah."

"Seorang ksatria tidak akan mengingkari janjinya."

+---+---+---+---+

Disinilah aku. Di bawah pohon berteduh dari sengatan sinar matahari. Memang aku adalah anak yang dibesarkan di tengah gurun. Akan tetapi, sinar matahari yang aku hadapi kini berbeda. Dia menatapku kesal karena suatu hal yang bodoh.

"Kenapa ? Kenapa kau marah karena hal sepele seperti itu ?"

"Oh ! Aku tidak marah. Aku hanya kesal kau menodai bajuku dengan tanah-tanah ini ! Koboi pasir." ujar Jeanne merajuk.

Baju Jeanne terlihat kotor. Memang kesalahanku pada malam itu aku menghantam Eddy terlalu keras sehingga membuat bajunya kotor. Aku tidak bisa berbuat apa-apa kepadanya karena dia melarangku untuk melakukan sesuatu kepada tubuhnya.

"Aku senang kau kembali..... Jeanne."

Jeanne ternyata masih kesal. Dia tidak sama sekali mengubah ekspresinya. Tak lama kemudian, Jeanne membuang nafasnya dan terduduk di depanku. "Yah aku juga berterima kasih kepadamu karena kau menyadari pengkhianat itu duluan."

"Jadi jadi, apa yang terjadi disana ?"

"Oh banyak sekali yang terjadi. Kau tahu, dunia roh itu sangatlah gelap dan hanya ada satu cahaya yang menyinari. Jadi aku putuskan untuk membuat bintang dari kepingan cahaya roh yang telah mendapatkan kedamaian."

"Kedamaian ? Apa maksudmu ?"

"Roh apabila telah menyelesaikan apa yang diinginkannya saat masih hidup mereka akan menemukan kedamaian di hati mereka sendiri. Mereka akan berubah menjadi cahaya dan pergi menuju cahaya yang menyinari kami di alam sana. Meskipun begitu, aku tidak tahu kemana mereka pergi."

"Dan kepingan cahaya itu adalah pecahan kepergian mereka ?"

"Hmmm..... bisa dibilang seperti itu. Kami menggunakannya untuk mengenang terhadap jasa-jasanya yang telah melayani kami." Jeanne tersenyum bangga.

Dia kembali. Jeanne Abigail yang aku kenal dahulu telah kembali. Dia berbicara dengan gaya superiornya dan terlihat begitu tangguh juga misterius. Untuk merayakan kembalinya dirinya, sepertinya aku harus mentraktirnya sekali-kali.

Sebelum itu, aku harus memberitahunya sesuatu yang sangat penting terhadapnya. Ini sangat menyangkut petualangan kita selanjutnya. Bahkan, akan sangat membantu apabila dia mengetahuinya.

"Jeanne, apa kau tahu Eddy Farram ?" tanyaku.

"Kau... darimana kau tahu nama itu ?" balas Jeanne bertanya dengan serius.

"Aku melawannya tadi malam dan membuat bajumu kotor karenanya."

"Tolong berhenti membicarakan baju kotor itu ! Aku sangat kesal ! Anchovy..." Jeanne mengeluarkan taringnya dan mengerutkan alisnya. "Lanjutkan saja, apa yang mau kau bicarakan ?"

"Mulai saat ini, pemburu dari Hasta La Vista telah bergerak mengincar kita."

Jeanne tiba-tiba terkejut mendengar perkataanku. Dia berdiri dan berpegangan kepada tongkat sihirnya. Terlihat seperti ketakutan, Jeanne sangat menempel pada tongkat sihirnya.

"Ada apa Jeanne ? Kau terlihat sangat ketakutan."

"Tentu saja aku takut, bodoh ! Pemburu dari sana itu sangat profesional menghadapi para penyihir seperti kami."

"Oke baiklah, kabar baiknya orang yang bernama Eddy Farram itu ingin membantu kita namun kita harus mengunjungi The Foul City : Hasta La Vista terlebih dahulu."

Mata Jeanne terbelalak. Dia sangat terkejut mendengar nama kota itu. Pasti ada sesuatu terhadap Jeanne dengan kota tersebut. Namun ekspresinya saat mendengar nama Eddy Farram membuat moodnya turun.

"Cuih ! Sebaiknya jangan percaya dengan orang itu. Dia lebih tidak berguna daripadamu."

"Dia menguasai sihir hitam sepenuhnya."

Sekali lagi Jeanne terkejut. Matanya terbelalak menatapku yang sedang serius. Sepertinya keadaan petualangannya terdahulu telah banyak mengalami perubahan. Dia sering sekali terkejut saat aku menceritakannya.

"Argh ya sudahlah, mau seberapa kuat si bodoh itu aku akan tetap membencinya."

"Eh ? Kenapa ?"

"Dia adalah seorang pedofil yang berusaha menciumku saat aku sedang tidur !" Jeanne terlihat kesal. "Jadi aku bakar saja mulutnya dengan semburan api yang keluar dari mulutku."

Oh jadi itulah yang dimaksudkan Eddy malam itu. "Luka dimulutku ini adalah bukti bahwa aku pernah melawan seekor naga seorang diri. Namun aku lari karena aku tidak punya kekuatan yang cukup." katanya dengan nada yang percaya diri.

Ketika Jeanne berpetualang denganku dia menjadi sang malapetaka, atau seorang ratu yang dilayani oleh rohnya. Namun ternyata, Jeanne pernah disebut sebagai naga juga. Memangnya seberapa mengerikannya anak kecil ini.

"Hei ! Pandanganmu itu merendahkanku. Aku tidak suka dipandang sebagai anak kecil."

Ya begitulah Jeanne yang seharusnya. Memiliki ego yang sangat besar sehingga dia menjadi sangat menyebalkan. Dan lebih menyebalkan lagi, dia memanglah super kuat sesuai omong besarnya.

Aku berdiri kemudian menatap padang rumput yang sangat luas. Deru angin menerpa rerumputan itu membuat bulu kudukku merinding tak sabaran. Petualanganku yang sangat baru akan dimulai sebentar lagi.

Gunung yang menjulang tinggi diantara pepohonan berwarna pink itu adalah tujuan kami. Di dalamnya terdapat misteri yang tak dapat dipecahkan oleh siapapun. Karena itu adalah kekuatan dari Sang Pengubah bentuk The Hierophant.

"Ayo kita berangkat, Jeanne. Mari kita temui Sang Penguasa Gunung tersebut."

"Ahahaha..... You bet I am Boy."

"Ah bahasa mana lagi yang kau pakai itu ?"

"Sebuah bahasa yang digunakan secara Internasional pada zaman dahulu."

Bersambung