Chereads / Love between Gravel / Chapter 5 - Bab 3.a. Malam pertama yang tertunda

Chapter 5 - Bab 3.a. Malam pertama yang tertunda

Shizuru termenung melihat pemandangan indah di depannya. Wajah Jordan terlihat damai saat tidur. Kalau dulu tidak melihat karena menganggap teman biasa sekarang sepertinya tidak bisa lagi, ada sedikit batasan yang harus dilakukannya. Shizuru menyesap kopinya perlahan kemudian berdiri berniat mengambil roti di dapur berserta selai kacang.

Kring...Kring.., dilihatnya nama ayahnya terpampang di layar handphone. Digesernya spontan tombol hijau, wajahnya cemberut seketika, tak sempat mengatakan sesuatu karena orang yang menelponnya tidak memberikan dirinya untuk menjawab, mau mengomel juga percuma, perintah ayahnya adalah mutlak. Dimasukkan handphone kembali kebelakang saku celananya.

"Ada apa", Jordan memeluk dari belakang, mencium bau Shizuru yang selalu menjadi favoritnya selama ini. Shizuru merasa ada sedikit tonjolan di bagian bawah tubuh Jordan yang menyentuh area belakangnya. Sedikit risih tapi tidak diperlihatkan secara jelas oleh Shizuru.

"Ah, Jordan ..."teriak Shizuru saat bibir Jordan menghisap lehernya kuat sehingga membekas. Dipukulnya kepala Jordan mengunakan sendok di tangannya.

"Aduh!"

Jordan mengelus kepalanya yang dipukul mendadak Shizuru. Shizuru menjauh dari Jordan yang ingin memeluknya lagi. Tangan Shizuru di pinggang, matanya melotot kesal, "kepalamu mau dipukul lagi!"bentaknya.

"Shizuru, ayolah, bukankah dulu kita sering melakukan ini?"tanya Jordan tak terima tapi melihat panci di tangan Shizuru, mau tak mau ia terpaksa mengalah duduk diam di meja makan. Shizuru membuatkan secangkir kopi untuk Jordan dan diletakkan didepannya. Harum kuat aroma kopi menggugah hidung Jordan untuk segera meminumnya. Gairahnya tersulut setiap melihat Shizuru dan ujungnya ia akan mencari pelampiasan di luaran sana dengan wanita penghibur atau Gladys.

Apartemen Shizuru tidaklah besar, antara sofa dan meja makan merangkap dapur sehingga dengan mudah bergerak atau lihat satu sama lainnya. Matahari masuk melalui jendela apartemen Shizuru memberikan terang sehingga menambah cantik pemandangan di dalam apartemen Shizuru.

Tangan Shizuru mengambil roti tawar, dioleskan selai kacang favoritnya. "Itu dulu, sekarang kita adalah teman biasa, Jordan. Jangan bertindak konyol, kamu masih tunangan Gladys"jawabnya santai sambil meletakkan roti ke dalam piring kecil kemudian digeser ke arah Jordan. Jordan diam menatapnya, "Aku tidak mau ikut campur, pastikan Gladys tidak menyentuhku, aku tidak ingin mengotori tanganku!."

Setelah mengatakan itu, Shizuru pergi meninggalkan Jordan masuk kedalam kamarnya. Tak bicara apa-apa lagi, Jordan bergerak keluar apartemen Shizuru. Wajahnya muram, tekadnya bertambah bulat untuk segera menyingkirkan Gladys tunangannya dalam hidupnya.

Shizuru keluar kamarnya, tangannya membawa tas kecil berwarna hitam dan mengunakan dress yang serasi dengan warna tasnya. Keningnya mengerut melihat roti tersebut tak dimakan oleh Jordan. Diambilnya lalu digigitnya dengan perasaan bahagia, ia tahu Jordan marah kepadanya, ia sengaja melakukan itu untuk memberitahu batasan yang diberikan. Sejak dulu Jordan tak suka dengan roti selai kacang, Shizuru memberikan roti tersebut dengan arti bahwa mereka tak lagi sama dalam segala hal. Diambilnya sepatu high heels beludru kesayangannya dari rak sepatu, dipakainya dan diperhatikan lagi penampilannya hari ini. Shizuru tersenyum puas, disambarnya kunci mobil baru kemudian mengunci apartemen miliknya.

Shizuru enggan pergi ke kantor zai.inc tapi ayahnya meminta ia datang lagi-lagi sebagai perwakilan. Sebelumnya ia menuju kantor zai.inc ,ia berputar arah menuju boutique di Jakarta Selatan miliknya.

Ketika kakinya melangkah masuk kedalam boutique, ia dikejutkan dengan sosok pria yang menunggu kedatangannya. Shizuru mengenali wajah di depannya saat acara pesta topeng. Tangan mereka bersalaman, ada percikan yang tidak dimengerti oleh Shizuru tapi sangat dimengerti oleh Morgan Zai.

"Anda ...", Shizuru sedikit ragu-ragu mengingat semalam ia mengenakan topeng, pastinya pria di dihadapannya tidak mengenalinya.

"Morgan Zai. Apakah boutique ini milik anda?", Morgan bersikap biasa saja seakan tidak mengenal.

"Maria Shizuru Exsclamente. boutique ini milik saya."jawab Shizuru berusaha menilai apakah ada tanda-tanda mengenali dirinya.

"Ada tempat privasi yang bisa kita gunakan atau..."tanya Morgan sambil memperhatikan wajah di depannya yang dipoles dengan make up natural.

Shizuru tersadar cepat, menyadari kalau mereka masih di sekitar aula depan boutique miliknya yang memamerkan berbagai macam style pakaian untuk wanita dan pria.

"Maaf, anda bisa mengikuti saya"

Shizuru cepat berjalan menuju ruangannya yang berada di lantai tiga diikuti Morgan tersebut. Morgan sedikit kaget ketika setiap Shizuru jalan, rok yang dipakainya terbuka dan memperlihatkan kaki jenjang putih mulus tak bernoda miliknya. Sungguh pemandangan menarik karena belahan itu terbuka sampai dengan paha kecilnya 10 cm sebelum alat vitalnya, ia jadi penasaran dibaliknya, model celana dalam apa yang dikenakannya. Perlu pengendalian diri yang kuat agar bagian bawah tubuhnya yang sejak tadi membesar dengan kecepatan tinggi tidak meronta-ronta, untungnya hari ini Morgan memakai jas panjang yang menutupinya.

Morgan Zai menilai seksama dari luar pintu, bagaimana ruangan Shizuru yang tampak nyaman, tidak memperlihatkan layaknya sebuah kantor melainkan kamar pribadi membuat siapapun betah berlama-lama didalamnya.

"Maaf, apakah anda bisa melepaskan sepatunya?"tanya Shizuru pelan takut menyinggung tamunya, ia masih berdiri di depan pintu, tak ingin menyingkir sebelum Morgan Zai melepaskan sepatu.

Morgan melihat jari kaki Shizuru yang dipoles beraneka warna, terlihat cantik dan mungil. Tak banyak kata, Morgan melepaskan sepatunya. Shizuru berbalik masuk kedalam ruangannya, Morgan mengikuti. Perlu berkali-kali menghela nafas untuk meredakan gairahnya, baru kali ini ia merasa sebuah jari kaki mampu membuatnya kehilangan akal sehatnya. Shizuru menunjukkan sebuah kursi untuk Morgan duduk dan ia duduk di seberangnya hanya dibatasi meja kecil. Morgan seketika menyesal duduk menghadap Shizuru, tanpa Shizuru sadari saat duduk menyingkap sesuatu diluar ekspektasinya yaitu celana dalam renda transparan. Kali ini tekadnya untuk bergerak pelan mendapatkan Shizuru berubah.

"Apa yang bisa saya bantu, tuan Morgan"tanya Shizuru tak menyadari perubahan wajah Morgan yang ingin menelannya hidup-hidup.

"Ehm ... saya perlu sepasang jas dengan sedikit ornamen simbol di kantongnya, sederhana saja tapi terlihat elegan dan tidak membosankan"

"Baik tuan Morgan, saya akan memberitahu pegawai saya untuk..."

"Tidak bisakah anda yang membuatnya sendiri?"sela Morgan datar membuat Shizuru terkejut. Sejujurnya Shizuru lebih memilih menghindar dari menyentuh Morgan, ada rasa tidak nyaman yang berada di badannya. "Tapi tuan...", Shizuru menggeser badannya lalu berdiri. Biar bagaimanapun pelanggan adalah raja, walau tak nyaman, "Baiklah".

Morgan berdiri, Shizuru mendekat dan mulai mengukur badan Morgan, keduanya berusaha mengabaikan atmosfer yang terjadi.

Seperti layaknya lebah yang mencium aroma manis berulangkali membuat mabuk demikian juga mereka berdua.

Tepat Shizuru berada di depannya mengukur dada Morgan, mata Morgan menguncinya. Morgan bergeser sedikit, Shizuru kaget karena terlalu fokus pada dasarnya sehingga oleng ke kiri dan cepat ditangkap oleh Morgan masuk kedalam pelukannya.

"Eh..."

Belum sempat Shizuru menstabilkan posisinya dan melepaskan diri, bibirnya sudah ditutup dengan bibir Morgan. Otak Shizuru mendadak kosong. Morgan perlahan-lahan membujuk bibir Shizuru untuk membuka. Mata Shizuru melotot tapi Morgan tak kehilangan akal, cepat ia menyentuh bagian bawah Shizuru dan otomatis Shizuru membuka ingin memaki dan lidah Morgan masuk mengabsen didalamnya dengan sangat lembut.

Merasa kehabisan nafas, Shizuru memukul badan Morgan, mau tak mau dilepasnya ciumannya tapi tidak tangannya yang memeluk erat badan Shizuru, denyut bagian bawahnya bertambah kencang.

Mereka berusaha mengambil udara sebanyak-banyaknya, wajah Shizuru merah.

"Kau...", Morgan kembali menciumnya tapi kali ini dengan desakan kuat untuk menyelesaikan. Shizuru yang tak pernah mengalami hal ini, merasa dilecehkan tapi kontrol badannya setipis bunga kapas. Satu tangan Morgan meraba keseluruhan kaki Shizuru dan bibirnya sudah berpindah tempat dilehernya, menghisap memberikan tanda kepemilikan.

"um...kau...", Shizuru berusaha melepaskan diri tapi kakinya terasa lemas bahkan kepalanya tak mampu diajak untuk berfikir sama sekali.

Morgan sudah tak mampu lagi menahannya, ia membawa badan Shizuru ke atas sofa panjang yang berbentuk kasur di pojok ruangan menghadap jendela.

Ruangan kerja Shizuru yang berada di lantai tiga tidak sering dikunjungi oleh pegawainya apalagi kalau ada tamu jadi tidak akan diganggu.

Penyatuan dua insan manusia yang berbeda jenis dan teriakan kencang dari Shizuru menambah semangat Morgan, kelembutan yang diberikan belum pernah diberikan untuk wanita lainnya.

Kesenangannya bertambah mengetahui kalau dirinya adalah orang pertama yang merenggut kehormatannya.

Morgan tak pernah puas melakukannya dan melakukan lagi sehingga Shizuru kewalahan menghadapi Morgan, buatnya ini pertama kali sehingga tak sanggup melawannya.

Matahari perlahan-lahan meredupkan sinarnya menjelang sore, Shizuru tertidur pulas di sofa dalam pelukan Morgan. Morgan membuka matanya, ini pertama kalinya melakukan percintaan yang membuatnya tertidur pulas.

Morgan mengerang dalam hati ketika menyadari lupa melepaskan miliknya dan sekarang sudah membesar lagi. Shizuru terusik maka iapun membuka mata.

"Kau!"

"Jangan marah dan jangan bergerak"

"Bajingan"

"Shizu"

"Kau memperkosa aku!"

Mendengar kalimat Shizuru terakhir membuatnya kesal setengah mati, memperkosa? yang benar saja. Morgan cepat menindih lagi Shizuru, mata mendelik Shizuru menambah imut di wajahnya.

"Benarkah? kamu nyakin? reaksi badanmu tidak begitu"

Shizuru terlambat menyadari ketika Morgan mulai bergerak lagi, "Kamu...ah...".

"Mulai sekarang kamu milikku, jangan coba-coba untuk lari dariku"bisiknya ditelinga Shizuru menambah kecepatan gerakannya. Shizuru tak dapat membalas perkataannya saat gelombang besar menghantamnya, merusak semua kewarasannya dan janjinya untuk datang ke kantor zai.inc sebagai perwakilan.

Sepanjang hari itu dilalui Shizuru dibawah kendali badan Morgan. Tak dibiarkan Shizuru melawannya.

Morgan tersenyum puas melihat karyanya disepanjang badan Shizuru. Setelah berkali-kali melakukannya sejak Shizuru mengucapkan kalimat perkosaan, ia seperti kehilangan akal sehatnya. Darah bercampur sperma terlihat jelas di sofa.

Rencana awalnya hanya ingin berkenalan dan mencoba mendekati perlahan berubah menjadi dipercepat gara-gara tak tahan melihat pakaian yang dikenakan Shizuru dan jari kakinya yang seksi.

Ditariknya handphonenya dari kantong jasnya dan mengirimkan pesan kepada asisten kepercayaan merangkap tangan kanannya untuk segera menjemputnya.

"Malam pertama yang tertunda, kamu memang istri yang baik" bisik kecil sambil mengecup kening Shizuru kemudian ia memakaikan pakaian untuk Shizuru setelah membongkar beberapa pakaian di lemari fashion milik Shizuru. Pakaian yang tadi dipakai Shizuru sudah tak berwujud sehingga mau tak mau harus mengenakan pakaian contoh.