Shizuru menarik selimutnya lebih rapat ke arah tubuhnya, bantal dan kasurnya terasa empuk membuat malas untuk bergerak tapi mendadak ia sadari ada rasa sakit di bagian alat vitalnya dan sangat menganggu. Cepat ia bangun dan terkejut, matanya melihat, saat ini berada di sebuah kamar yang sangat asing. Ingatannya bergerak cepat tentang apa yang terjadi lalu meneliti badannya, ternyata tidak mengenakan apapun di balik selimutnya. dirabanya alat vitalnya, lengket.
"Ini...apa yang terjadi"gumamnya sedikit panik. Tak terlihat siapapun di dalam kamar bahkan ia tidak mengerti sedikitpun mengapa ia bisa berada disini. Kemarahan sekilas tampak di wajah ketika sadar ia menjadi korban pemerkosaan, ia buru-buru ke kamar mandi sambil menahan rasa sakit di bagian alat vitalnya untuk membersihkan diri. Shizuru tak melihat apapun selain jubah mandi dan handuk kecil, terpaksa ia mengunakan jubah mandi yang tergantung di kamar mandi, diciumnya bau badan pria menempel.
Shizuru benar-benar frustasi setelah keliling kamar mengunakan jubah mandi, tak menemukan pakaian apapun disini kecuali handuk kecil yang bertumpuk-tumpuk. Bagaimana bisa kamar seluas ini tak ada lemari pakaian pikirnya kesal dan akhirnya memutuskan keluar kamar. Tampak beberapa pelayan menyiapkan berbagai macam menu makanan diatas meja. Perutnya keroncongan, nyaris air liurnya jatuh. Semua makanan yang ada dimeja, satu persatu sudah dimakan sebagian. Pelayan hanya termangu melihat cara makan Shizuru yang menakjubkan tanpa peduli sekitarnya. Salah satu pelayan segera mengirimkan pesan kepada Baldi mengenai Shizuru, istri Morgan Zai. Sesuai perintah Baldi, kalau nyonya muda bangun segera memberikan kabar secepatnya.
Shizuru hanya meliriknya sekilas, ia akan membuat perhitungan dengan manusia satu itu tentang kondisinya yang diperkosa dan diculik, entah dimana ini. Mendadak ia berhenti makan, tangannya menghitung kapan tepatnya biasa kedatangan tamu alias menstruasi, saat ini ia sedang tak ingin ada kejutan lanjutan.
Nafas lega terdengar jelas tapi pelayan berpura-pura tidak mengerti, ini pertama kali majikannya membawa wanita masuk kedalam apartemennya jadi, harus dilayani baik-baik kalau tidak ingin mendapatkan masalah yang menyebabkan kehilangan mata pencaharian.
Tangannya menarik salah satu pelayan yang lewat di dekatnya, "Dimana tuanmu?"tanyanya sambil memperhatikan sekitarnya dengan pandangan kebingungan. Sebuah apartemen yang sangat mewah melebihi ekspektasi.
"Tuan berada di kantor, ada yang bisa saya bantu nyonya"tanya pelayan dengan takut. Shizuru menghela nafasnya, "Jam segini? apakah ada pakaian lain yang bisa aku pakai selain ini?"tanya Shizuru. "Maaf nyonya, tadi tuan berpesan untuk tidak membiarkan nyonya keluar rumah atau menggunakan pakaian apapun selain jubah mandi". Keningnya spontan mengerut. Walau kesal, ia tidak boleh marah kepada pelayan, percuma. "Aku ingin pergi"katanya beranjak keluar tapi tangannya ditahan oleh pelayan, "Nyonya, tolong jangan pergi, kasihanilah kami, kami akan mendapatkan masalah jika nyonya pergi"rengekannya terasa menyakitkan di telinga Shizuru. "Aku...", perkataan Shizuru tertahan ketika para pelayan yang ada di apartemen ini berlutut di hadapannya dengan wajah memelas, ia menghembuskan nafas kesal,"baik...baiklah aku tidak akan pergi sampai tuan mu datang, sekarang berdirilah". Akhirnya semua pelayan berdiri, "Nyonya, ada lagi yang bisa saya bantu"tanya pelayan. "Mengapa kamu panggil saya, nyonya?"tanya Shizuru heran setelah berkali-kali dipanggil nyonya. "Kata tuan, nyonya adalah istrinya". Kali ini Shizuru mengucapkan sumpah serapah yang sangat panjang membuat semua pelayan kaget mendengarnya. Shizuru berjalan meninggalkan ruang makan kembali ke kamar, disana dia diam merenung.
~
Morgan menguap berkali-kali karena lelah yang luar biasa mengikuti nafsunya, ia lupa dengan pekerjaannya hingga terpaksa harus menyelesaikan semuanya malam ini. Digesernya dokumen yang sudah ditandatangani ke atas tumpukan lainnya, matanya menyipit tapi tak mengurangi senyumnya yang tidak pernah lepas dari wajahnya kalau ingat bagaimana tubuhnya terpuaskan oleh Shizuru dan keinginan untuk tidak berhenti bergerak didalamnya, tak mau dirinya disini mengerjakan pekerjaan kantor. Demi keamanan batinnya, ia sengaja membawa Shizuru ke apartemennya di Jakarta Selatan yang letaknya tak jauh ataupun dekat dengan boutique Shizuru. Sesekali Morgan menampilkan wajah yang tolol, sungguh ia tidak menyangka bisa jatuh cinta pada pandangan pertama. Dulu, ia berfikir tak mungkin menikah. Ternyata, sebenarnya ia sudah menikah. Entah harus bersikap bagaimana kalau Shizuru mengetahui semuanya dan menjelaskan sikapnya sendiri yang abstrak.
Baldi diam saja tak menghiraukan wajah Morgan yang dengan gamblang menjelaskan dimana letak tololnya. Baldi membaca lagi notifikasi yang masuk dari pelayan yang ada di apartemen Morgan, sengaja diminta untuk mengawasi Shizuru.
"Tuan...nona sudah bangun"
"Hmm"
Morgan memberikan senyuman senang kalau diingat-ingat tadi sempat melucuti semua pakaiannya dan membiarkan telanjang supaya tak dapat keluar kamarnya. Pasti sekarang sedang kerepotan tetapi, ia tidak sangka kalau Shizuru berani mengunakan jubah mandinya dan santai makan di meja makan di hadapan para pelayannya.
"Tuan.."desak Baldi begitu membaca pesan terakhir yang diberikan pelayan. Morgan menghela nafasnya kemudahan berdiri,"Baiklah, kita pulang saja lagipula sekarang sudah hampir tengah malam".
Morgan bangkit berdiri kemudian keluar ruangannya menuju lift diikuti Baldi di belakangnya.
Jadi, ini rasanya pulang ke apartemen dan ditunggu seseorang, sangat menyenangkan hatinya. Kalau tahu seperti ini rasanya, mengapa tidak sejak dulu saja ia menikah.
~
Angin menjelang pagi berhembus lembut menerpa wajah Shizuru, sorot matanya gelisah. Terlalu kesal dengan pelayan karena menghalangi dirinya pergi. Rasa sakit diarea pribadinya berkurang setelah berendam untuk kedua kalinya di bathtub mengunakan air panas. Perasaannya bertambah kesal mengingat para pelayan di apartemen ini berlutut memintanya untuk memikirkan kembali nasibnya kalau pergi dari sini.
Morgan berjalan masuk kedalam kamarnya, ia menemukan Shizuru berada di balkon kamarnya. Pemandangan yang sangat menarik mata, bagaimana sinar matahari terbit menyinari badan Shizuru membentuk siluet yang menakjubkan. Sungguh-sungguh indah. Ia tahu kali ini sudah kalah, jatuh hingga dasar ketika perasaannya mencengkeram kuat-kuat untuk bergerak memeluk badan Shizuru dari belakang.
Sejenak badan Shizuru kaku, keduanya diam membisu menikmati hangatnya sinar matahari di pagi hari.
"Lepas!"teriaknya kencang nyaris bikin Morgan tuli. Bukannya dilepas malah dipererat pelukannya. Shizuru bertambah mengamuk mengetahui tingkah Morgan yang menyebalkan.
"Tidak!"ucapnya sangat pelan ditelinga Shizuru, telinga Shizuru bereaksi memerah.
"Bajingan!"teriak Shizuru lagi, kekesalannya bertambah berlipat-lipat ketika sadar efek hembusan nafas Morgan di telinganya sangat sensitif, memancing sesuatu.
"What...!", Morgan tersenyum sendiri. Wanita di pelukannya ini sangat unik, ia tidak menyesal sudah melakukan sejauh ini.
Shizuru berontak berusaha melepaskan diri tapi Morgan tidak merenggangkan pelukannya malah mempererat bahkan kepalanya bersandar di ceruk leher Shizuru.
"Bajingan! sialan!"teriakan Shizuru bertambah volumenya. Mendengar kalimat yang sama membikin kesal hati Morgan, mungkin sedikit hukuman akan bisa membuat Shizuru menyadari kesalahannya.
"Mulutmu harus diajari lebih dulu"ucapnya pelan sambil mengendus bau harum tubuh Shizuru yang mulai menjadi candunya.
"Mengapa?"tanya Shizuru bingung terus mengapa hidungnya mengendus seperti anjing.
"Tidak ada alasan"jawabnya malas. Keinginannya hanya satu membenamkan dirinya dalam tubuhnya.
"Kamu seperti penjahat kelamin"katanya setelah memikirkan seksama
"Hanya untukmu", dikecupnya leher Shizuru pelan menambah kreasi warna yang memikat.
"Tidak bisakah melepaskan aku?"tanyanya gusar karena semakin erat dan Shizuru tak nyakin mampu bertahan dengan dorongan yang dibangkitkan perlahan oleh Morgan.
"Tidak!"katanya tegas ditambah sedikit tangannya meremas bagian depan Shizuru sehingga tanpa sadar membusungkan bagian depannya. Morgan tersenyum melihatnya, "Sangat cantik"bisiknya tanpa dapat ditahannya lagi. Teriakan Shizuru berubah lebih pelan, "Kamu...", Shizuru berusaha tidak terhanyut lebih dalam tapi sepertinya tidak akan bisa dikarenakan Morgan Zai terus menerus mencium leher Shizuru yang harum membuat tanpa sadar menutup mata menikmati setiap sentuhannya.
"em..."desah Shizuru saat kabut mulai mengambil alih otaknya, semua yang ada di kepalanya, semua untaian kata yang ingin diucapkan lenyap seiring dengan gelombang yang datang searah mata angin berhembus membuat penyatuan menjadi irama yang menakjubkan diantara keduanya. Morgan tak dapat memungkiri hatinya untuk menginginkan lebih dari Shizuru, ia tahu ada banyak yang harus dikatakan tapi mengalah pasrah dengan keinginan primitif manusia hanya itu yang bisa dilakukannya sekarang ini. Apapun jalan yang mungkin menghalangi mendapatkan akan dirusaknya tetapi untuk sementara ini, ia hanya akan menikmati segala yang dimiliki oleh mereka berdua.
Setelah pelepasan terakhir, Morgan mengendong Shizuru untuk diletakkan di atas ranjangnya. Mata Shizuru memerah menahan marah dan nafasnya yang masih memburu, dilempar bantal ke arah samping dengan kesal dan lelah. Morgan berbaring disampingnya untuk mengatur nafasnya yang berkejaran tak bisa mengelak bahkan bergerak.
"Sekali lagi menyentuhku , barang itu lenyap!!"katanya menunjuk kearah yang dimaksud olehnya, Shizuru bangun dari ranjang berusaha dengan susah payah berjalan ke dalam kamar mandi, sakit dan nikmat berbaur menjadi satu disertai perasaan malu yang dirasakannya karena tak menolak sedikitpun keinginan Morgan. Tak dihiraukan olehnya, Morgan menatapnya tajam sekaligus puas. Ia sudah tak peduli lagi dengan bajingan tanpa dosa yang sekarang tertawa terbahak-bahak di atas ranjang karena menurutnya lucu. Sumpah serapah dilantunkan indah dari mulut Shizuru. Selesai mandi, ia mengambil jubah mandi kemudian keluar melihat Morgan telanjang berdiri di dekat jendela, tangannya ada sebatang rokok yang belum dinyalakan. Sungguh tak ada rasa malu dilihat oleh Shizuru bahkan terlalu menyegarkan mata tapi sayangnya Shizuru tidak menyukai yang diperbuatnya.
"Aku perlu penjelasan!"bentaknya sambil tangannya di pinggang.
"Penjelasan? untuk apa, kamu istriku"elak Morgan , Shizuru kaget mendengarnya. Sejak kapan menikahi seorang penjahat kelamin.
"Istri darimana, hah!"bentaknya lagi, Shizuru kebingungan dari segi manapun, ia tak mungkin menikah dengannya. Ada yang salah disini, bau-bau perjodohan yang pasti dilakukan ayahnya, Exsclamente.
"Kamu bisa tanyakan ayahmu"kata Morgan tak merasa salah, semua benar dan sah.
Sesaat Shizuru kaget mendengar perkiraannya tepat tapi kemudian ia bergerak mencari pakaian miliknya sekali lagi atau apapun yang bisa di pakai untuk secepatnya pergi dari sini.
"Dimana pakaianku?"tanya Shizuru keluar dari kamar mandi mengunakan jubah mandi yang tadi.
"Mau kemana?"tanya Morgan mengabaikan pertanyaan Shizuru, kepalanya dimiringkan sedikit kearahnya.
"Cari ayahku"jawab Shizuru enteng, lagian mau apa disini, bikin pusing tujuh keliling bersama bajingan.
"Tidak tahu"ucap Morgan sambil menghela nafas pendek, Shizuru melihat gejala tak menguntungkan segera mengambil barang yang didekatnya. Mengetahui itu, Morgan tak bergerak, barang yang dipegang Shizuru adalah guci kecil bernilai ratusan juta. Bukan guci itu yang menjadi kekhawatiran Morgan tapi takut kalau pecah akan mengenai Shizuru.
"Jangan mendekat!", Shizuru memperingatkan Morgan untuk tidak bertindak bodoh.
"Shizu"ucapnya tak senang.
"Aku tidak mengenalmu dan tidak ingin mengenalmu! Untuk masalah kehormatan yang kamu ambil, anggap saja aku amal"kata Shizuru memandang tajam kearah wajah tampan Morgan.
"Amal?"tanya Morgan bingung. Mendengar kalimat Shizuru terakhir membuat Morgan bertambah kesal, bagaimana bisa dikatakan amal padahal dirinya suami sahnya. Mulutnya Shizuru mengerucut menandakan kalau ia benar-benar tak menyukai keadaan dirinya sekarang ini.
"Dengar kita tak ada urusan satu sama lain selain pekerjaan, mulai hari ini, jangan coba-coba untuk menghubungi."ucapnya berjalan mundur membuka pintu dibelakangnya lalu pergi secepat ia bisa. Morgan mengeluh dalam hati, tadi lupa mengunci kamarnya. Ia tak sangka akan berakhir seperti ini, "Mau pergi kemana dengan jubah mandi ha ha ha"gumamnya geli melihat tingkah shizuru.
Shizuru bergerak keluar apartemen ini sesuai dengan kalimatnya tadi kepada pelayan, begitu tuan mereka datang maka iapun pergi. Jadi, tak satupun pelayan yang menghalanginya bahkan Morgan sepertinya juga tidak menghalanginya. Tak peduli pandangan orang-orang yang melihatnya mengenakan jubah mandi, Shizuru berjalan dengan cepat. Morgan mengira kalau Shizuru masih berada dalam apartemen sehingga ia nyakin pelayannya akan menghalanginya.
Morgan santai berbaring dikamar, belum saatnya ia terburu-buru melanjutkan rencananya. Lagipula dirinya sudah mendapatkan kehormatan Shizuru dan mungkin akan ada bayi yang dilahirkan.
Kelelahan cepat menelannya masuk ke dunia mimpi, mungkin karena efek bercinta gila-gilaan yang dilakukannya.
Taksi yang disetop oleh Shizuru membawa dirinya ke rumah ayahnya di daerah Menteng. Mau tak mau, ia harus menanyakan masalah ini secepatnya, kalau tidak... bisa-bisa bajingan satu itu akan membuatnya kesulitan di masa depan.
~
Baldi menatap suram wajah satu persatu pelayan apartemen Morgan, kali ini akan mendapat masalah besar kalau diketahui oleh Morgan dikarenakan membiarkan Shizuru pergi meninggalkan apartemen.
Ia duduk di sofa menunggu Morgan bangun dari tidurnya dan mulai membuat kehebohan. Baldi nyakin Shizuru menjadi masalah no 1 saat pertama kali melihatnya.
Matahari mencondongkan cahayanya ke semua arah sehingga panasnya merata menyinari bumi.