Morgan Zai mendengus kesal mengetahui Shizuru pergi meninggalkan apartemen miliknya, Baldi duduk menghela nafas setelah melaporkan apa yang terjadi selama Morgan tidur. Morgan duduk di sofa menghadap semuanya, Baldi berdiri disampingnya.
"Apa kalian tidak mengerti dengan kalimat siapapun dilarang memperbolehkan nyonya muda keluar dari sini! hah!"bentaknya kepada semua pelayan yang dikumpulkan diruang tamu setelah mendengarkan laporan lengkap Baldi. Tak ada suara yang menyahuti perkataanya, dipijit keningnya, ia baru saja bangun dan berniat untuk memeluk Shizuru. Perasaan kaget bukan main Shizuru berani meninggalkan apartemennya hanya mengunakan jubah mandi, dunianya benar-benar terguncang.
"Tuan"panggil Baldi perlahan. Sebenarnya tak ingin mengusik kekesalan Morgan tapi ada hal yang lebih penting dibandingkan berteriak-teriak tanpa kejelasan.
"Apa!"bentaknya masih dengan kekesalan tinggi. Morgan tak mengerti bagaimana bisa Shizuru membuat pelayannya patuh dan mau mengikuti keinginannya.
"Hari ini kita masih ada rapat penting di perusahaan Exsclamente"kata Baldi menerangkan dengan hati-hati.
"Exsclamente?"tanya Morgan tertarik mendengar kalimatnya. Baldi menelan air ludahnya kalau salah mengatakan, kemungkinan Morgan akan bertambah menjadi murka.
"Ya tuan, mengenai proyek kerjasama taman bunga di pusat kota"jawab Baldi mengenai kontrak yang harus diperhatikan penuh oleh Morgan.
"Pusat kota mana"tanya Morgan tersenyum membayangkan apa yang akan dilaksanakan apabila bertemu Shizuru.
"Tangerang,Perumahan milik zai.inc"jawab Baldi mengerti arti senyum Morgan.
Morgan Zai menyeringai senang, sebuah gagasan muncul di benaknya. Bukan salahnya yang membuat segalanya terjadi lebih rumit melainkan dikarenakan Shizuru memancing rasa kesalnya.
"Siapkan semuanya, kita ke rumah Exsclamente"perintahnya cepat berdiri dari duduknya kemudian tangannya digerakkan untuk menyuruh pelayan apartemennya pergi dari tempatnya. Para pelayan membubarkan diri menuju pekerjaan masing-masing yang sempat ditinggalkan.
"Ke rumah...?"tanya Baldi bingung. Rapat yang berbulan-bulan dikoordinasikan supaya mudah akan terasa sulit kalau harus dibuat ulang.
"Bukankah rapatnya disana?"tanya Morgan mengeryitkan kening dan berusahalah sabar menghadapi Baldi, orang kepercayaannya.
"Tidak tuan tapi..."jawab Baldi ragu-ragu.
"Siapa yang mengambil alih perusahaan Exsclamente sekarang?"tanya Morgan mengacak rambutnya.
"Nyonya muda.."jawab Baldi mulai mengerti dengan apa yang dimaksudkan.
Morgan menepuk-nepuk pundak Baldi kemudian pergi meninggalkannya menuju kamarnya untuk bersiap. Baldi hanya bisa menyumpahi kasar dalam hati saat menyadari apa maksudnya. Cepat ia mengirimkan pesan memindahkan rapat hari ini ke rumah Exsclamente.
Ting....
Sebuah balasan yang mau tak mau membuat Baldi mengatakan berbagai macam kalimat tajam, beberapa pelayan yang mendengarnya hanya mampu saling berpandangan tanpa tahu harus berkata apa.
Morgan sudah siap ketika mendapatkan Baldi masih dengan serangkaian kekesalannya terhadap ponselnya.
"Masalah?"tanya Morgan berjalan menuju ruang makan diikuti Baldi, ia duduk menunggu Baldi duduk di dekatnya.
"Tuan, beberapa pemegang saham tidak mau dipindahkan"jawab Baldi menunduk mengecek balasan yang diterimanya.
"Apa alasannya?"tanya Morgan heran. Para pemegang saham mempersulitnya.
"Kondisi yang mendadak"ucap Baldi menyimpulkan semua pesan yang diterima melalui ponselnya. Sebuah kopi panas diseruput perlahan-lahan, menikmati cairan tersebut membasahi kerongkongannya. Ada perasaan tenang setelahnya.
"Beritahu deviden tidak akan dibagikan di akhir tahun tapi akan ditahan sampai batas waktu yang tidak ditentukan selama rapat tidak diikuti 80% pemegang saham di rumah Exsclamente hari ini"perintahnya setelah menyeruput untuk ketiga kalinya.
"Baik tuan", Baldi mengangguk. Mereka semua memang pemegang saham tapi bagiannya hanya kecil sedangkan bagian terbesar ada ditangannya, bagaimana mungkin mereka dapat menolaknya kalau hidup mereka bergantung dari hasil perusahaan di setiap tahunnya.
Morgan menghitung dalam hati, kalau terlalu lama disini, ia nyakin Shizuru akan menghilang entah kemana.
"Ayo kita jalan"ajak Morgan berdiri melangkahkan kakinya keluar apartemen, Baldi hanya bisa mengikuti. Benar-benar pusing memindahkan rapat secepatnya dan ia nyakin tuan Exsclamente tak menyukai kedatangan mereka berdua di rumahnya.
Morgan tahu itu, oleh karenanya ia mengirim pesan untuk tuan besar hadir di rumah Exsclamente.
~
Tuan besar mengerutkan beberapa kali membaca pesan Morgan. Tak biasanya dia meminta tolong. Walaupun tak ingin, apalagi kemarin baru saja bertemu dengan Exsclamente, cepat diteleponnya sahabatnya itu.
Dering ketiga diangkat oleh Exsclamente.
"Apa mau mu"tanya Exsclamente datar, di tangan kirinya memegang ponsel sementara tangan kanannya masih asyik minum teh.
"Zai!"jawab tuan besar enteng. Mereka berdua memiliki sebuah kode yang berhubungan dengan Morgan. Jadi, tak perlu panjang lebar menjelaskan. Exsclamente bukan tak tahu, hanya saja malas dan ingin membuatnya serba sulit untuk bajingan satu itu supaya paham jangan pernah menyentuh anak kesayangannya dengan cara yang benar.
"Kamu ingin membantunya?"tanya Exsclamente penasaran. Tuan besar mendengus kasar di teleponnya," Wasiat"jawabnya tenang. Perkiraan tuan besar tak meleset ketika jawaban Exsclamente dengan menutup ponselnya dengan tak sopan.
Ditepuknya supirnya untuk berubah arah, "Exsclamente!"katanya kemudian bersandar di kursi mobil.
~
Perjalanan menuju rumah Exsclamente dengan apartemennya tidak jauh. Morgan turun dengan wajah masam mendapatkan kepala pelayan mengarahkan ke arah ruang makan, disana Exsclamente duduk menikmati secangkir teh panas dan kue brownies coklat.
"Apa yang kamu pikirkan sehingga berani datang ke tempat ini?"tanyanya pelan disertai acuh tak acuh. Morgan duduk di kursi, "Istriku"jawabnya singkat tapi waspada, biarpun dirinya tak pernah menyinggung Exsclamente tapi perangainya di masa muda tak bisa dianggap enteng. "Istri? apa kamu nyakin", Exsclamente memicingkan mata kearahnya. "Positif! aku harap ayah mertua mengerti"ucapnya pelan memperingatkan Exsclamente. Mendengar kalimat panggilan itu langsung Exsclamente tertawa sinis. Morgan mengeluh dalam hati, Exsclamente tidak akan membuatnya mudah. Ketukan jari Exsclamente terdengar dari meja makan. Ketidaknyamanan dirasakan Morgan.
Ting....
Morgan mengeryitkan keningnya membaca balasan ayahnya yang mendadak membatalkan kedatangannya dikarenakan calon nyonya besar kedua, Exsclamente bertambah keras mentertawakan tapi kali ini tawa yang mengejek.
"Aku rasa ayahmu mengambil keputusan yang tepat untuk tidak datang kemari"ucap Exsclamente santai, "Apakah calon ibumu lebih penting daripada hidupmu"tanyanya sambil tersenyum mengejek. "Mungkin ayah mertua, sebagai anak aku mengerti. Usia yang terlanjur tua, apalah dayaku"jawab Morgan membalasnya. Wajah Exsclamente berubah. Disingkirkan gelas dan piring ke samping. "Apa kamu nyakin bisa mendapatkan hati Shizu?"tanyanya menatap tajam kearah Morgan. "Tentu dengan bantuan ayah mertua"jawabnya tenang berusaha tak terintimidasi dengan tatapan yang diberikan. "Berapa lama diperlukan"tanya Exsclamente kalem tetapi menakutkan bagi orang yang mendengarkan. Sejak semula Baldi berdiri disamping Morgan terpaksa menelan air ludahnya hati-hati, kekuatan Exsclamente diluar jabatannya sebagai pejabat pemerintahan memiliki nama yang ditakuti banyak lawan dan kawan.
"Tak terbatas"jawab Morgan mengubah posisi duduknya menjadi berdiri. "Akan kupikirkan"ujar Exsclamente malas. "Dimana kamar istriku?"tanya Morgan merapikan pakaiannya, " Lantai dua, belok kanan dekat ruang keluarga"jawab Exsclamente melanjutkan acaranya minum teh. Morgan berjalan menuju arah yang dimaksud. Exsclamente mengirimkan pesan ke tuan besar dan jawabannya tak ayal membikin dirinya geram. Dilemparnya ponselnya di atas meja, wajahnya muram.