Chereads / Love between Gravel / Chapter 14 - bab 7.a. Perkataan dokter

Chapter 14 - bab 7.a. Perkataan dokter

Mereka berdua duduk didepan dokter. "Halo saya dokter Dabrien, panggil saja dokter Dan"kata dokter Dabrien memperkenalkan diri mengulurkan tangan, mendadak tangan Shizuru yang ingin menyalami digantikan oleh Morgan," Halo dok, saya Morgan Zai dan ini istri saya Shizuru".

Dokter Dabrien memaklumi sikap Morgan karena terkadang ada para suami yang mudah cemburu melihat istrinya disentuh oleh pria lain. "Zai?"tegur Shizuru perlahan, "Tak apa Nyonya Morgan". Morgan menatap tak suka kearah dokter. Mereka berdua duduk dihadapan dokter Dan, "Apa yang bisa saya bantu?". "Saya belum mendapatkan menstruasi seperti jadwal,dok"jawab Shizuru. Dokter Dan mengangguk, "Suster tolong peralatannya dan nyonya, anda bisa berbaring diatas ranjang." perintah Dokter Dan kepada suster yang mendampinginya. Shizuru bergerak melakukan apa yang diminta, Morgan berdiri tak jauh darinya, wajahnya tak dapat dimengerti. Perut Shizuru dibuka, sebuah alat ditempelkan diatasnya setelah diberikan gel terlebih dahulu, Dokter Dan menatap layar didekatnya. Tiba-tiba terdengar suara sangat halus seperti detak jantung, wajah Shizuru berubah demikian juga Morgan.

"Selamat Nyonya dan Tuan, saat ini Nyonya sedang mengandung 4minggu. Tapi untuk lebih jelasnya saya akan melakukan tes urine hanya sekedar memastikan saja." Dokter Dan meletakkan kembali alatnya, suster membersihkan perut Shizuru kemudian dibantu oleh Morgan turun dari ranjang.

"Suster tunjukkan arah menuju tes lab setelah ada hasil tes lab, kalian kembali lagi kemari untuk selanjutnya." perintahnya lagi, Shizuru dan Morgan diam keluar mengikuti suster. Tangan Morgan mengengam tangan Shizuru bahkan wajahnya antara bahagia dan bingung.

Sepanjang jalan menuju ruang laboratorium, Morgan mendapatkan banyak perhatian karena ketampanannya yang diatas rata-rata. Hal ini membuat Shizuru sedikit tidak nyaman tapi Morgan malah semakin mempererat genggamannya supaya tak jauh darinya.

Morgan mengurus administrasi terlebih dahulu sebelum dilakukan tes. Mereka menunggu antrian untuk di tes, tangan Shizuru terasa dingin, diusapnya perlahan oleh Morgan.

"Tenanglah, semua akan baik-baik saja." ucap Morgan menenangkan tapi bukannya tenang Shizuru malah kesal kemudian mencubitnya keras. Mata Morgan melotot tapi berangsur-angsur mereda melihat wajah Shizuru pucat pasi. Tak lama kemudian namanya di panggil, Shizuru segera masuk tanpa di temani Morgan.

10menit di dalam, akhirnya Shizuru keluar. Morgan berdiri memeluknya dalam posisi berdiri. "Zai" Protes Shizuru malu di depan banyak orang yang memperhatikan. "Diam lah, apapun yang terjadi aku bersamamu". Mendengar itu Shizuru menyandarkan kepalanya di dada Morgan, ia tak tahu harus bersyukur atau malah marah terlebih ia tidak ada perasaan apa-apa terhadapnya, kejadian ini terlalu tiba-tiba untuknya.

Morgan senang mengetahui Shizuru mau mengikuti yang ia mau. Perlahan ia membawa Shizuru duduk di ruang tunggu. Tak perlu menunggu terlalu lama, nama Shizuru di panggil. Morgan mengambil berkas dalam amplop lalu pergi menuju ruangan dokter Dabrien.

Sesampainya didepan ruangan dokter, mereka dipersilakan masuk kedalam. "Bagaimana dokter?" tanya Morgan tetap mengengam tangan Shizuru, kapan lagi kucing liar disebelahnya diam dan mau mendengarkan dirinya, ia harus memanfaatkan situasi ini baik-baik. Dokter Dabrien menganguk-angguk setelah membaca hasil laboratorium. "Berdasarkan hasil laboratorium memang, usia kandungannya masih muda. Jadi, saran saya agar lebih berhati-hati di usia trisemester pertama. Ini saya akan tuliskan resep vitamin dan obat penguat kandungan serta obat mual jika sewaktu-waktu muncul bisa digunakan." jawabnya sambil menyerahkan kertas berisi rincian obat yang harus ditebus. Mereka berdiri setelah basa-basi sebentar.

Morgan mengurus segalanya, "Jangan menyetir, biarkan aku mengantarmu" cegahnya, Shizuru menganguk saja. Mereka pulang mengunakan mobil Morgan ke arah rumah Shizuru. "Istirahatlah, jangan pikirkan apapun, nanti kita bicarakan lagi" kata Morgan begitu sampai depan rumah Exsclamente. Shizuru hanya mengangguk kemudian turun setelah Morgan mencium dahinya.

Morgan meninggalkan rumah tersebut setelah memastikan Shizuru masuk kedalam rumah. Kaki Shizuru melangkah kearah kamarnya, terlalu banyak kejutan membuatnya perlu sedikit tempat untuk berfikir.

"Mengapa kamu pulang cepat?" tanya Exsclamente terkejut melihat kepulangannya. Shizuru tersenyum kearahnya kemudian mendekati, mengurungkan niatnya untuk ke kamar. Ia duduk disampingnya, Exsclamente bertambah curiga karena sudah sangat lama Shizuru bertingkah seperti ini. "Ayah, aku hamil. Ini anak Zai" katanya pelan. Mereka berdua memandang televisi yang menyiarkan berita tentang kehidupan selebriti tepat saat Morgan Zai muncul sedang di wawancara.

"Apa kamu nyakin? hamil bukan sebuah permainan" tentunya Exsclamente harus menentukan langkah selanjutnya seperti membuat perhitungan untuk bajingan kecil satu itu. Shizuru menoleh, memandang wajah ayahnya sekali lagi. "Aku hamil. Ayah, apa yang harus aku lakukan?" tanya Shizuru pelan lagi-lagi menyandarkan kepalanya. "Apa kamu bahagia dengan kehamilan ini? jika ya, buat yang terbaik. Anak ini, tidak tahu apa-apa Shizuru" jawab Exsclamente tenang.

"Aku tahu ayah" kata Shizuru meninggalkan Exsclamente sendirian. Exsclamente merasa bersalah mengetahui ini. Seharusnya ia tak mendorong putrinya ke pesta tersebut, seharusnya ia dan tuan besar menunggu sampai Shizuru mengetahui posisi dirinya sendiri di keluarga Zai.

Tangannya meraih ponsel, menekan tombol cepat. Dering pertama terangkat. "Bicaralah" katanya. "Tak bisakah kamu mengatakan sesuatu sebagai salam?" protes Exsclamente mendengar kalimat pertama yang diucapkan.

Suara tertawa terbahak-bahak mendominasi ponselnya, dijauhkan sedikit tapi ia mendekatkan lagi ponselnya. "Shizuru hamil" kata Exsclamente tak ingin menunda lagi. Benar saja, sumpah serapah terdengar cepat dalam bahasa Prancis. "Morgan Zai, dimana?" tanyanya setelah deretan binatang yang dapat diterjemahkan oleh Exsclamente cepat. "Untuk apa aku menelpon mu jika tahu" jawab Exsclamente kesal.

Tawa terbahak-bahak terdengar lagi. "Saat ini aku tak bisa datang. Ada hal penting yang harus aku lakukan" katanya sambil menutup telepon. Sontak saja gantian Exsclamente menyumpahi tuan besar. Bisa-bisanya dia menutup panggilan darinya padahal anaknya sangat membutuhkan bantuan.

Kepala Exsclamente mendadak pusing. Ia bangkit berdiri. "Siapkan mobil" katanya kepada pelayan yang selalu berdiri tak jauh darinya. Tangannya mengambil jaket kesayangannya dan peralatan yang diperlukan. Kakinya berjalan cepat menuju pintu luar utama.

Shizuru memandang dari balkon atas, Exsclamente tak menyadari hal itu ketika masuk dalam mobil. Wajah Shizuru tak berubah. Ia tidak menyukai kenyataan dirinya hamil anak bajingan kelamin tersebut. Beberapa kali disebutkan tentang istri. Siapa yang dimaksud bajingan itu. Ada banyak pertanyaan yang muncul di kepalanya dan hanya satu yang bisa menjawabnya dengan benar yaitu tuan besar.

Shizuru menutup pintu balkon kamarnya yang terhubung dengan balkon utama. Ia berniat mandi sebelum melakukan rencananya mengunjungi tuan besar.

Sementara itu, jauh dari rumah Shizuru. Baldi memberikan analisa proyek kerjasama milik perusahaan Zai dan Exsclamente.

"Jadi, menurutmu. Proyek ini akan memakan waktu dan biaya tidak sedikit. Padahal terlalu tidak menguntungkan dari segi finansial perusahaan kita" kata Morgan setelah membaca detail. "Tentu saja. Biaya pemindahan dan pembuatan ulang rekonstruksi taman yang sudah ada hanya akan membuang-buang uang mencapai 5M dan pihak pemerintah hanya menyediakan 2M dengan akumulasi yang tidak memadai" ujar Baldi menerangkan dari segala sudut yang mungkin saja menjatuhkan nama perusahaan Zai.inc , Morgan mengetuk penanya di meja.

"Bagaimana kabar nyonya muda, aku merindukan dirinya?" tanya Morgan ambigu. Baldi mendelik mendengarnya. "Pekerjaan masih menumpuk. Nyonya muda dipastikan masih bersantai tak kekurangan sesuatu hal dirumahnya" Jawabnya sekaligus menyindir.

"Kamu nyakin itu. Aku tidak. Siapkan penjaga yang mengawasi, aku merasa nyonya muda milikku tak seperti yang terlihat" perintahnya keras, tak menyukai apa yang didengarnya.

Baldi mengeryitkan keningnya tapi tangannya mengetik di tablet android milik perusahaan yang terhubung dengan petugas keamanan untuk segera melakukan yang diperintahkan Morgan.

Morgan berdiri menuju jendela ruangannya. Wajahnya tegang. Perasaannya mengatakan akan ada hal besar yang menguras tenaganya terutama pikirannya. Ia harus meminta bantuan dari ayahnya dan ayah Shizuru. Tepat saat berbalik ia mendapatkan Exsclamente di hadapannya dengan wajah marah.

Buk....

Perlu satu detik, Morgan mencerna apa yang terjadi. Perutnya sakit luar biasa hingga ia berjongkok menahan sakit. Tangan Exsclamente ditahan oleh Baldi ketika hendak memukul untuk kedua kalinya. "Bagian mana yang aku bilang boleh kamu sentuh putriku! Kalian belum sah!" bentaknya kencang memekakkan telinga.

Morgan berusaha bangun dari jongkoknya lalu melirik Baldi untuk membiarkan Exsclamente melakukan apa yang diinginkannya. "Aku tahu aku salah tapi aku tak bisa memungkiri kalau kali ini aku mengaku kalah dengan daya tarik Shizuru hingga tak sabar menjadikan milikku. Maafkan aku. Bisakah kamu membantuku untuk mendapatkan Shizuru, ayah mertua?" tanya Morgan mendekat ke arah Exsclamente dengan tenang dan meringis masih merasakan sakit di perut. Sejak lama ia lupa rasanya kalau tangan Exsclamente sangatlah cepat memukul orang.