Chereads / Love between Gravel / Chapter 18 - Bab 9.a. Laporan

Chapter 18 - Bab 9.a. Laporan

Beberapa orang sudah menunggunya di ruang kerjanya. Tumpukan dokumen diatas meja. Tuan besar segera duduk di kursi kulit kesayangannya. "Beritahu aku, dimana nyonya besar kedua palsu sekarang berada". Salah satu memberikan dokumen kearahnya, diambil dan dibaca. Alis tuan besar nyaris menyatu. "Nyonya ada di rumah puncak. Saat ini bersama tuan Jordan teman nona Shizuru. Nyonya sekarang melakukan ini" katanya menyerahkan beberapa foto dari berbagai sudut. Foto yang bisa dikatakan mampu membuat siapapun panas dingin tetapi sayangnya tidak berlaku untuk tuan besar. "Dimana pelayan yang sering mengikuti" tanyanya memasukan kedalam dokumen yang dipegangnya sebelum ditutup. "Tuan Javi ada di Belanda" jawabnya.

"Apa yang direncanakan nyonya palsu itu" tanyanya kesal. "Kami rasa ingin...". Tatapan tuan besar membuat ia terhenti memberikan laporan. "Kalian rasa! cek ulang semua. Aku tidak mau ada kesalahan" perintahnya.

Tuan besar terpaku membaca semua lapisan laporan yang mampu membuatnya meradang kesal di setiap tumpukan dokumen yang ada diatas meja kerjanya. "Kalian coba cek ulang semua data finansial yang dirubah nyonya palsu tersebut." perintahnya tak tenang. Ini berarti, bahaya untuk Shizuru. Ada yang mengganjal dihatinya. Jordan bersekutu dengan nyonya besar kedua palsu, tak bisa dibiarkan kalau itu memang terjadi.

"Baik bos. Oya, bos. Kita kedatangan tamu tak diundang ke rumah semalam tetapi kami tak nyakin karena cctv tidak ada gambar sama sekali." katanya dengan takut-takut. Tuan besar mengeryitkan kening, selama ia tinggal disini tak pernah ada masalah kecuali wanita kecil itu masuk melalui jalan rahasia.

Mulutnya tertutup rapat antara ingin mengomel kepada nyonya besar pertama atau bersyukur. Tuan besar merasa musuh akan datang sebentar lagi, ia harus memperingatkan Morgan Zai dan Exsclamente sebelum mereka mulai memainkan kartu-kartu yang ia nyakin sudah dipersiapkan sejak lama.

"Siapa yang datang? kamu sudah mengecek ke seluruh mansion." kata tuan besar menyenderkan bahunya di kursi kulit dari tadi dipakainya berusaha menepis prasangka pribadinya. "Menurut kami, Nona Shizuru datang." Ujarnya dengan hati-hati. Tuan besar terkejut mendengar nama Shizuru disebutkan, ternyata benar.

"Shizuru? untuk apa dia kesini? dimana Morgan bocah tengik itu" tanyanya heran. Morgan tak mungkin membiarkan Shizuru tanpa pengawasan jika sampai lepas berarti Morgan kecolongan. Bagaimana bayi yang ada di perut? pikirnya, wajahnya langsung pucat pasi.

"Awasi kamar nyonya besar kedua di mansion ini. Perhatikan jalan keluar masuk di sekitarnya" perintahnya berusaha tenang. "Baik tuan". Mereka semua meninggalkan ruangan kerja tuan besar untuk melaksanakan tugas masing-masing. Tuan besar beranjak dari duduknya mengambil botol anggur. Sejenak ia ragu tapi tetap dituangkan ke dalam gelas. Di cecap sebentar sebelum diminum. Tangannya gemetaran mengingat Shizuru berani ke mansion dalam keadaan hamil muda. Ia kembali duduk di kursi kulit, melanjutkan pekerjaannya.

48 JAM SEBELUMNYA

Shizuru mengambil pakaian yang nyaman untuk dipakai di salah satu gedung miliknya yang tersembunyi. Penampilannya dirubah. Rambut palsu, tahi lalat, kaos ketat, celana jins skinny, celana bot dan softlens. Ia tersenyum melihat penampilan yang sempurna. Tangannya meraih kunci mobil, paspor dan ponsel lain yang tak terdeteksi.

"Sempurna" batinnya. Ia melangkah keluar mendekati mobilnya yang terparkir cantik di dalam gedung. Sebenarnya tempat ini disewakan sebagai show room mobil dan Shizuru sering menitipkan mobil miliknya disini jika sewaktu-waktu diperlukan dalam kondisi darurat. "Mau pergi?" tanya manager show room, ia sering melihat Shizuru merubah penampilan sejak pertama kali menyewa gedung ini. "Yah, refreshing" jawabnya pelan masuk kedalam mobil Pajero sport berwarna putih. "Have fun" kata manager membukakan pintu belakang show room supaya mobil Shizuru bisa keluar.

Mobil melesat cepat meninggalkan gedung menuju bandara. Tak ada waktu lagi, Shizuru terus meningkat kecepatan mobilnya. Beruntung tidak ada kemacetan yang biasa terjadi. Diparkirkan di parkiran lalu ia bergegas menuju tiket otomatis. Tangannya lincah menekan tombol, ia mengunakan kartu debitnya yang lain supaya tidak terlacak.

Tiket keluar, cepat diambilnya. Kakinya mengayun cepat menuju tempat keberangkatan. "Nyonya Zai?" panggil dokter Dabrien ketika berbalik mengambil koper, terkejut melihatnya. Shizuru mengumpat dalam hati seharusnya ia tak melepaskan rambut palsu dan tahi lalat miliknya di mobil. "Ah, dokter" katanya tersenyum yang memancarkan 1000watt pesona. Dokter Dabrien masih singel terpaksa mengelus dada sambil mengingatkan untuk tidak menyukai istri orang. "Kondisi nyonya tidak boleh naik pesawat. Dimana suami nyonya? Apa dia tidak melarang anda?" tanyanya penasaran jika ingat Morgan sangat posesif terhadapnya. "Dia dirumah sedang muntah-muntah. Dokter, bayiku ingin naik pesawat, bagaimana ini." jawabnya cemas sambil tetap berjalan menuju ruang tunggu pesawat. Terpaksa dokter Dabrien mengikuti. Ia sedikit kaget mengetahui Shizuru juga akan ke Paris dan pesawat yang sama dengannya.

Dokter Dabrien menghela nafasnya. "Begini saja, saya akan mengecek kondisi kehamilan anda. Sebentar saya akan mencari petugas" katanya meninggalkan Shizuru yang akan duduk. Shizuru tak menduga ternyata hamil tidak boleh naik pesawat. Dokter Dabrien mendatanginya lagi dengan petugas wanita bandara. Ia mengajak Shizuru ke suatu ruangan kesehatan. Dokter Dabrien meminta petugas kesehatan untuk mengecek dan memberikan surat terbang. "Kehamilan muda rentan untuk keguguran. Terbang bisa menyebabkan gangguan pertumbuhan janin terutama bagian otaknya. Seharusnya nyonya tidak melakukan penerbangan ini jika nyonya tetap menginginkan hal ini, anda harus menandatangani surat keterangan" katanya menyerahkan selembar kertas kearah Shizuru.

Walau tidak begitu mengerti, Shizuru mengambilnya dan membaca cepat. Intinya pihak penerbangan tidak akan bertanggungjawab apabila terjadi sesuatu dengan kehamilannya dan dokter juga.Tanda tangan petugas dan dokter Dabrien sudah diisi. Keningnya mengerut tapi tangannya meraih bolpoin diatas meja dan mulai mencoret tanda tangannya.

"Nyonya!" peringatan Dabrien membuat Shizuru kesal tapi ditahannya. "Tak apa. Dokter bersamaku di perjalanan ini. Apa yang harus saya khawatirkan? anak ini menginginkannya maka saya akan memberikan. Simpel." katanya melangkah keluar dari ruangan diikuti Dabrien.

Pesawat sudah siap tersedia di hanggar, menunggu penumpang untuk naik termasuk Shizuru dan Dabrien. Tak ada lagi percakapan karena Shizuru duduk di kelas VIP sedangkan Dabrien di kelas ekonomi.

Perjalanan panjang dan Shizuru tak ingin menyia-nyiakan waktunya untuk berdebat dengan dokter Dabrien. Dikirimkan pesan kepada sahabatnya di Paris untuk menjemputnya. Shizuru sudah berkali-kali ke Paris sekedar berlibur atau mengurus butiknya yang ada di Paris sehingga tak memerlukan membawa barang-barang yang tidak diperlukan.

Shizuru menguap karena bawaan bayi akhirnya ia tertidur pulas, ajaibnya setelah ia mengatakan Morgan yang muntah-muntah, ia tidak lagi merasakan mual-mual lagi.

"Nyonya" panggil petugas penerbangan pelan dengan sedikit menyentuh lengan Shizuru. Shizuru terbangun. "Ada apa?" tanya Shizuru bingung. "Sudah sampai, anda sebaiknya bersiap-siap, pesawat akan mendarat" jawabnya. Shizuru menganguk, ia tak menyangka selama itu ia tertidur.

Beruntung dirinya berada di urutan pertama keluar dari pesawat jadi tak perlu bertemu dengan dokter itu. Shizuru berjalan cepat menembus orang-orang yang akan keluar melalui pintu kedatangan. Sebuah mobil hitam sudah menunggu di lobi begitu ia keluar. Pintu dibuka, sosok pria bertubuh besar di kemudi menatapnya. Shizuru masuk dengan cepat. "Antar aku ke mansion Zai lewat jalan samping" perintahnya lugas dan mendapatkan cemoohan yang keluar dari mulut pria disampingnya.

Shizuru tertawa geli. "Apa kabarmu Shunshine?" tanyanya menggoda tapi basa-basi. Pria itu mengibaskan tangannya dengan keanggunan yang bisa bikin wanita menangis karena kalah. "Katakan padaku. Mengapa tiba-tiba ke Paris dan mansion Zai?" tanyanya tak peduli dengan ucapan basa basi Shizuru. Ia penasaran. "Tidak ada hanya ingin saja. Siapkan apartemen milikku yang ada diatas butik. Untuk beberapa hari kedepannya, aku akan tinggal disini" jawabnya tak ingin memberitahu dan itu cukup membuat pria yang dipanggil Shunshine menutup mulutnya.

Ada yang berbeda dengan penampilan dan aura Shizuru tapi apa itu ia tak tahu. Mobil tersebut melaju cepat menuju mansion yang dimaksud. Terkadang ia memang mengantarkan Shizuru kemari melalui gerbang samping yang jarang ada petugas jaga berpatroli. Saat itu pernah ditanyakan mengapa sembunyi-sembunyi masuk, jawabannya membuatnya terdiam yaitu aku merindukan ibuku. Mansion ini dibangun atas petunjuk ibuku jadi, aku bisa merasakan pelukan ibuku walau sudah meninggal kata Shizuru.

Pohon-pohon Cemara menjulang tinggi di sepanjang jalan, danau luas di sisi kanan dan kiri, pohon berukuran besar lebih mendominasi disini untuk memberikan kesan teduh sehingga siapapun yang melewati akan berhenti sejenak untuk beristirahat.

Shizuru melangkah keluar mobil tanpa mengatakan apa-apa. Mobil itu cepat pergi dari hadapannya. Helaan nafas dan menghirup udara membuatnya lebih baik. Mulutnya kering kehausan. Ditekannya tembok yang ada didekatnya, terbuka seperti pintu. Shizuru menyeringai bahagia ternyata masih bisa digunakan. Ia enggan melalui gerbang tapi ia tetap menyalakan sensor pengacau cctv miliknya di tas kecilnya. Iapun melangkah ke dapur, terhenyak melihat tuan besar dan seorang gadis di pelukannya.

"Wow menarik. Siapa itu. Dasar tua bangka, sama saja dengan anaknya" gumamnya kesal melihat tingkah tuan besar. Shizuru nyakin jika gadis itu sengaja di kurung disini melihat reaksi yang dipertontonkan.

"Nona" panggil pelan kepala pelayan. Shizuru tersenyum lalu memeluknya hangat. Kepala pelayan yang berumur tua itu tersenyum canggung. "Aku haus" katanya melepaskan pelukannya. "Baiklah, duduk disini. Aku ambilkan dan jangan coba-coba mengintip" ujarnya pasrah. Kepala pelayan sangat mengenal Shizuru dari bayi, ia tak pernah heran kedatangannya yang suka tiba-tiba disini.

Ada aturan yang tak terlihat antara dirinya dan Shizuru adalah untuk berpura-pura tidak tahu saat ada orang lain, tidak mencampuri apapun yang terjadi dan masih banyak lagi. Kepala pelayan sangat sayang pada Shizuru layaknya putri kandungnya sendiri.