Shizuru menguap untuk kesekian kali. Perjalanan yang berpindah-pindah untuk menipu ayahnya dan Morgan Zai membuatnya sangat kelelahan, belum lagi kehamilannya yang sedikit merepotkan. Lena tak sabar melihat tingkahnya yang seakan tak peduli.
"Kenalkan namaku, Shizuru Marie Exsclamente. Panggil saja Shizuru. Kamu siapa? paman tak pernah menceritakan apapun tentangmu" tanya Shizuru bangkit dari tidurannya, menghadap Lena. "Aku Lena Jasmine. Lena saja. Bagaimana ya, aku menjelaskan siapa aku" jawabnya bingung. Kalau diurutkan ia hanya anak kandung dari nyonya besar kedua tapi ibunya tidak menikahi tuan besar. Bikin Lena cemberut saja.
"Ceritakan saja, aku banyak waktu. Paman tidak akan kemari sementara ini. Dia sibuk tadi aku lihat sekilas" katanya. "Bagaimana kamu tahu? tadi dia..." Lena menghentikan kalimatnya ketika menyadari kalau begitu Shizuru tahu apa yang terjadi di ruang makan.
"Ya dan aku tidak mengerti" katanya jelas-jelas ingin tahu, setahu Shizuru. Nyonya besar kedua ada di Indonesia bukan disini. "Apa kamu tahu sekarang ada dimana?" tanya Shizuru mulai bersimpati mengingat tuan besar 11 12 dengan Morgan Zai, penjahat kelamin.
Diujung sana tepatnya Morgan Zai mendelik dan bersin-bersin seperti ada yang ngomongin. Baldi menarik nafas lalu mengambil tisu kering diletakkan di dekatnya. "Apa maksudmu Shizuru menghilang dari butik? Bukankah kalian sudah aku suruh untuk mengawasi semua kegiatan Shizuru?" tanya Morgan berbalik menghadap Baldi yang akan menuangkan secangkir teh kamomile. Entah sejak kapan Morgan sangat menyukai teh beraroma ini. Baunya saja membuat Baldi ingin muntah.
Helaan nafas Baldi menjawab sudah pertanyaan lain yang akan keluar dari mulut Morgan. Wajah pucat Morgan membuat Baldi bersimpati dengannya. Morgan merasa eneg dengan teh, ingin menyingkirkan tapi setiap meminumnya, ia menjadi lebih baik dari rasa mual yang akhirnya berujung dengan muntah-muntah di pagi hari jika tidak meminumnya.
Baldi menyerahkan cangkir teh tersebut di meja ketika Morgan buru-buru melesat ke dalam kamar mandi. "Hoek...Hoek...". Terdengar suara kencang dari dalam kamar mandi, Baldi duduk di kursi menunggu.
Morgan keluar setelah menyelesaikan drama muntahnya. Wajahnya bertambah pucat pasi nyaris seperti mayat hidup. "Dimana dia" tanyanya tak mengatakan spesifikasi supaya teh tersebut bisa langsung masuk kedalam tenggorokannya. Benar saja, perutnya berkurang rasa mual. "Mansion Zai di Perancis" jawab Baldi tenang. "Kamu nyakin di Perancis. Kamu tahu mansion Zai ada tiga di dunia ini dan aku menempati salah satunya" keluhnya tajam. Morgan hanya tak ingin harus mengecek setiap mansion miliknya satu persatu.
"Bukan milikmu tapi tuan besar" bantah Baldi menghela nafas sekian kalinya. "Ayah? astaga, bagaimana bisa nyonya muda berada disana. Shizuru ku ternodai" teriaknya dengan panik dan lebay. Baldi tak dapat mengatakan apa-apa lagi melihat Morgan berdiri lalu meminum tehnya lalu mondar-mandir di seluruh ruangan kerjanya.
"Shizuru. Ayah? sejak kapan mereka kenal. Apa ini konspirasi?" gumamnya bingung. Baldi memijit tengkuknya lelah melihat Morgan seperti ini.
"Kita berangkat malam ini. Tunggu, mengapa Shizuru bisa kesana? bukankah kehamilannya tidak diperbolehkan terbang mengunakan pesawat? bukankah itu berbahaya?" tanyanya kebingungan.
brak....
Pintu terbuka kencang. Exsclamente masuk dengan cepat.
"Apa yang kamu lakukan dengan putri kecilku!" bentaknya. Belum sempat Baldi menjawab, Exsclamente datang memukul perut Morgan.
buk....
buk....
Tak sampai disitu Exsclamente terus memukulinya bila Baldi tak menarik badan Exsclamente menjauh. Mata Exsclamente berkilat marah, nafasnya naik turun menahan emosi yang berlebih.
"Apa yang kamu lakukan dengan Shizuru!" teriaknya kencang. Seharusnya ia menemukan Shizuru di butiknya setelah membelikan apa yang diinginkannya tetapi ia tak menemukannya. Ia mencari kemana-mana bahkan menelponnya tapi ponsel Shizuru mati. Ia kecolongan.
Morgan meringis kesakitan, ini kedua kalinya Exsclamente memukul bagian perutnya. Ia merasa tak nyaman, ditekannya perutnya hingga merasa lebih baik. Morgan meraih ponselnya untuk menelpon Shizuru sekali lagi.
"Beli obat penghilang mual, Baldi!" teriaknya kesal membanting ponselnya yang sedari tadi ia berusaha menghubungi Shizuru tapi tak ada sautan malah operator yang menjawab.
Exsclamente tertawa melihat betapa kusutnya Morgan hingga bisa dikatakan menyedihkan. Morgan merasa kesal ditertawakan. Pemilik zai.inc dipermalukan oleh pria tua. Betapa memalukan, belum lagi terpergok kondisi seperti ini.
"Apa yang terjadi denganmu?" Exsclamente menjatuhkan dirinya di sofa. Morgan merengut otomatis, bisa-bisanya memukul lalu santai duduk di sofa miliknya tanpa merasa bersalah. Dasar mertua gila. Mengutuk dan mengumpat berkali-kali hari ini menjadi makanan wajib yang dilakukan Morgan.
"Mual. Aku ingin makan sesuatu. Ada apa sebenarnya dengan diriku?" keluhnya dan disambut dengan tawa terbahak-bahak Exsclamente. "Ternyata Shizuru memindahkan ngidamnya kepadamu" ucapnya senang bahkan berbinar-binar di matanya. Sontak Morgan terdiam. "Apa katamu?" tanya Morgan sepertinya ia salah mendengarkan. Tak mungkin. "Itu semua gejala orang hamil. Ah, tak sangka cucu dan anakku bisa membuatmu menyedihkan begini" ucapnya sambil menggelengkan kepala. Dulu waktu ibu Shizuru hamil, ia beruntung tidak mengalami hal ini. Melihat kondisi Morgan yang lusuh, kusut bahkan tak layak disebut pimpinan perusahaan elite sekelas perusahaan Zai yang terkenal di seluruh dunia bisnis.
"Mertua. Katakan padaku, Shizuru tak mungkin pergi keluar negeri tanpa pengawasan di saat hamil begini" Morgan berfikir pasti ada orang lain yang membantu Shizuru keluar dari Indonesia. Exsclamente mendengus dingin. Betapa konyolnya otak orang yang terkena sindrom kehamilan versi Shizuru.
Baldi datang membawa obat yang diminta, tak lupa dengan makanan yang akhir-akhir ini menjadi favorit Morgan. Exsclamente mengelengkan kepala berkali-kali melihat cara Morgan makan seperti orang kelaparan.
Tangan Morgan meraih ponsel yang berbeda di dalam laci meja kerja setelah selesai makan, ia menelpon ayahnya tapi tak ada yang menjawab. Cepat digantinya dengan kepala pelayan. Dering ketiga di jawab.
"Halo tuan muda" kata kepala pelayan ramah. Bertahun-tahun tak mendengar kabarnya, sekarang menelpon pasti karena nona Shizuru. "Apakah Shizuru ada disana?" tanya Morgan cepat mengacuhkan nada ramah kepala pelayan. "Ada. Nona sedang bersama nyonya besar kedua di kamarnya" jawab kepala pelayan melaporkan. "Nyonya besar kedua ada disana? bagaimana? ada apa sebenarnya?" tanya Morgan panik. Tak pernah terbayangkan jika Shizuru akan mendapatkan masalah dengan nyonya besar kedua. Manusia yang tak ingin dilihat olehnya di muka bumi ini malah bertemu dengan Shizuru miliknya. "Jauhkan Shizuru dengan nyonya besar kedua. Tempat kan Shizuru di ruang biasa ia datang. Dimana ayahku?" tanya Morgan penasaran. "Beliau berada di ruang kerjanya" jawab kepala pelayan tenang. "Baiklah, aku akan datang siapkan keperluanku dan pastikan Shizuru tidak keluar dari rumah itu" perintahnya.
Morgan berdiri cepat , Exsclamente mengerut melihatnya bersemangat. "Mau kemana?" tanya Exsclamente lantang. "Menemui istriku, ayah mertua. Doakan aku, putrimu tidak kabur sebelum aku datang" jawabnya menarik jas yang tergantung di kursi. Memakai dengan semangat. "Baldi, kamu urus kepentingan disini. Aku ambil cuti dulu mengejar istriku" perintahnya lalu pergi begitu saja dari ruang kerjanya.
Exsclamente mengelengkan kepalanya melihat tingkah bodoh Morgan. Baldi duduk di sofa depan Exsclamente, ditangannya ada dua gelas wine, satu diserahkan kepada Exsclamente dan satunya untuk dirinya. Mereka berdua minum dengan tenang hingga suara ponsel memecahkan telinga.
"Menurutmu berapa lama Morgan sadar jika pesawatnya belum siap?" tanya Exsclamente menyipit. Baldi tertawa terbahak-bahak. "Sepertinya sekarang tuan, ini baru saja beliau mengirim pesan" jawab Baldi membaca notifikasi yang masuk.
Exsclamente tertawa lalu menggeleng kepala. Ia berdiri. "Beritahu pergi ke hanggar B. Di sana sudah ada pesawat yang menunggu" ucapnya berjalan keluar dari ruang kerja Morgan. Baldi tak mengatakan apapun selain mengirim pesan untuk Morgan sesuai perintah Exsclamente.