tok...tok...
Tuan besar menoleh kearah pintu, matanya terbelalak melihat Shizuru muncul di depannya. Ia mengira masih ada waktu untuk merencanakan sesuatu tapi melihat kondisi seperti ini. "Holy..." teriaknya kesal. Sumpah serapah dalam bahasa Perancis mengalun merdu di telinga Shizuru hingga ia duduk di sofa. Lena ikut duduk. Mulut tuan besar terdiam melihat Lena muncul juga.
"Halo paman. Apa aku menganggu dengan entah apa itu?" tanya Shizuru pelan memainkan ponsel ditangannya. Ia lelah tapi berusaha untuk tidak menunjukkan. "Tidak...tentu tidak untuk calon menantu" jawab tuan besar cepat duduk di samping Lena. "Benarkah paman" sindir Shizuru meletakkan ponsel diatas meja kemudian menyender di sofa.
Tangan tuan besar di letakkan di belakang sofa, tempat duduk Lena. Shizuru jengah melihatnya. "Apa yang kamu mau Shizu?" tanya tuan besar sedikit menggeser posisi duduknya lebih dekat dengan Lena.
"Paman. Aku menyukai paman tapi tidak anak paman. Katakan padaku, ada rahasia apa dibalik semuanya" kata Shizuru mengubah posisi duduk lebih condong ke arah tuan besar. Tangan Shizuru mengayun ke depan membuat tuan besar terdiam.
"Aku tidak mau omong kosong. Katakan sejujurnya atau aku bawa Lena bersamaku" ancam Lena mengedipkan mata ke arah Lena. Terdengar suara gigi tuan besar bergesekan menahan marah tak terlihat. Belum lagi ia melihat wanita kesayangannya berada di samping Shizuru membuat dirinya tak berdaya. Keningnya mengerut bertambah dalam dengan membawa-bawa Lena itu berarti ajakan perang tak terlihat yang dibentangkan oleh Shizuru.
"Kapan kamu datang?" tanyanya pelan mengalihkan sedikit perhatian keduanya dari topik sensitif yang tidak ingin dibicarakan saat ini. "Semalam dan aku lelah sekali paman" jawabnya. Shizuru sangat mengenal tuan besar sejak kecil sehingga sering memanggil dengan sebutan paman.
"Beristirahatlah dulu disini. Biar aku panggilkan kepala pelayan untuk membantumu ke kamar" ucapnya bangkit berdiri menekan bel yang ada di meja. Tak lama kemudian muncul kepala pelayan mansion Zai. "Berikan untuk nyonya muda di kamar mawar" perintahnya lugas tak melirik sedikitpun keberatan yang ditunjukkan oleh Shizuru. "Mari nyonya muda" kata kepala pelayan menunjuk kearah pintu tangannya.
"Paman!" panggilnya sedikit kencang dan tak suka. "Aku lebih memikirkan calon cucuku Shizu. Kalau kamu sudah cukup beristirahat, kita bicara lagi" elaknya cepat dan melangkah mendekati Lena yang ikut berdiri.
Lena berfikir ikut saja dengan Shizuru daripada disini tapi sebuah tangan menahannya erat di tempatnya dan Shizuru tampaknya tak peduli. Ia pergi meninggalkan keduanya dengan santai dan menguap. Jika tak diingatnya hamil anak penjahat kelamin itu, ia malas untuk disini.
"Mau kemana sayang? apa yang kalian rencanakan?" tanyanya halus menarik Lena masuk dalam dekapannya dari belakang. "Tidak ada" jawab Lena berusaha lepas tapi tuan besar tidak membiarkan begitu saja. "Apa aku terlalu lunak padamu? ataukah aku harus memberitahu kepada ibumu jika kelinci putih keluar jauh dari pengawasan penjaganya?" tanyanya pelan di telinga Lena. Bulu kuduk Lena berdiri pelan, aliran darahnya seperti tersetrum kuat saat jilatan di telinganya bergerak lembut. Tuan besar tersenyum melihat kekakuan tubuh Lena yang cepat.
"Beritahu saja. Aku akan katakan juga jika kamu menculik ku. Aku menyesal membantumu malam itu" kilahnya cepat tapi tak memperhitungkan gerakan kesal tuan besar yang bergerak mengangkat tubuhnya ke arah bahu. "A.... apa yang kamu lakukan!" teriaknya kesal. Kepala Lena jatuh ke bawah.
plok....
"Ouch..." teriak Lena saat pukulan lembut mendarat sempurna di pantatnya. Wajah Lena merah padam karena malu dan marah bersamaan. "Ka--mu" teriaknya lagi saat pukulan di pantat bertambah kencang, apalagi tuan besar seenaknya membawa dirinya ke arah luar ruangan kerja tuan besar menuju kamarnya. Beberapa kali berpapasan dengan pelayan yang memperhatikan membuatnya cemberut tak terima.
Dihempaskan tubuh Lena ke atas kasur. Lena berusaha memahami apa yang baru saja terjadi. Tuan besar menindihnya cepat. "Kamu membuatku kesal hari ini. Tidak bisakah kamu diam saja?"pintanya kasar, sedikit menunduk menemukan apa yang diinginkannya. Lena tak dapat mengelak kecuali memukul-mukul badan tuan besar dengan tangan kecilnya. Tenaganya tak besar sehingga tak membuat tuan besar terganggu malah semakin bersemangat.
Desakan permainan tuan besar yang ahli bikin Lena kewalahan di setiap tarikan nafasnya. Tuan besar menghentikan gerakannya, matanya menatap tajam kearah Lena yang mulai kehabisan nafas.
"Katakan kepadaku, darimana kamu mengenal Shizuru?" tanyanya lembut tapi tidak dengan matanya. Sejenak Lena terpesona. Bibir bengkak, sorot mata sayu bahkan gerakan nafas Lena membuat tuan besar bersusah payah menahan sesuatu dibawah sana meraung-raung. "Lena...." tegur halusnya. Di sibaknya rambut Lena yang berantakan di wajahnya lembut. "Aku-- baru mengenalnya di kamar. Mengapa?" jawabnya bingung. Ada kabut tak kasat mata yang dirasakan Lena pada tubuhnya. Ia tak pernah merasakan ini.
"Mengapa kamu melihatku seperti ini? kamu dan ibuku, kalian..... mengapa tak menikah? mengapa kamu membuat ibuku kebingungan?" tanya Lena mengabaikan pertanyaan tuan besar tadi. Mengeryitkan kening sekali lagi, kalau dipikirkan tuan besar lebih banyak berfikir daripada sebelumnya.
Di cium lembut hidung Lena. "Belum saatnya kamu tahu" jawabnya pelan. Wajah cantik Lena terpampang jelas menggoda. "Mengapa? aku tak mau menjadi penganggu kehidupan ibuku. Ibu tak suka" kata Lena menarik pelan nafas, gerakan kecil itu menambah goresan kecil di hati tuan besar. Selama ini tuan besar tak peduli tapi melihat kondisinya, hatinya seperti tertimpa batu besar dan panas.
"Kamu tidak menjadi penganggu siapapun, catat itu. Mengapa? karena aku menyukaimu" ujarnya pelan membuat mata Lena terbelalak mendengar kalimat rayuan tuan besar. Ini tidak benar pikir Lena tapi tuan besar mempunyai pemikiran lain. Ia menunduk ke leher Lena dan mulai melakukan penanda disana. Sebuah tanda kepemilikan yang mampu si empu leher mendesah cepat. Tuan besar tersenyum dalam gerakan yang nyaris membuat Lena bingung merespon.
"Kamu milikku Lena. Ibumu bukan siapa-siapa. Aku akan membuatmu mencintaiku" bisiknya dileher Lena. Lena tak tahu harus berkata apa, jika tuan besar tahu dirinya sudah jatuh cinta sejak lama, bukankah akan terjadi perang antara dirinya dan ibunya sendiri.
Sejak Lena masuk keruang kerjanya bersama Shizuru, tuan besar tak dapat lagi menyangkal kepanikannya jika Shizuru melakukan atau meracuni Lena dengan pemikiran-pemikiran konyolnya. Ia berpura-pura tenang tapi otaknya berfikir keras.
Dalam hati mengutuk putranya Morgan Zai. Namun, bibirnya melakukan banyak hal di tubuh Lena hingga respon manis yang diberikan membuatnya harus berhati-hati. Tuan besar menginginkan Lena seutuhnya termasuk hatinya, ia tak mau Lena menerima dirinya hanya karena sentuhannya. Ia menginginkan lebih. Ketenangan terselubung yang selalu ditampilkan di muka umum berubah bila berhubungan dengan Lena. Tuan besar tersenyum miris jika Lena tahu ia menjadi pemuja bahkan budak cinta Lena, ia takut Lena akan memanfaatkan sepenuhnya.