Chereads / Love between Gravel / Chapter 4 - Bab 2.c. Drama nyonya besar kedua

Chapter 4 - Bab 2.c. Drama nyonya besar kedua

Tuan besar melepaskan pakaian yang dikenakannya dibantu nyonya besar kedua. Satu persatu di letakkan di keranjang kotor.

"Apa yang kamu pikirkan, sayang"tanya nyonya besar kedua ketika semua selesai dan tuan besar duduk berendam di bathtub. Ia menyenderkan kepalanya di pinggiran bathtub membiarkan rambutnya dicuci nyonya besar kedua. "Tidak ada"jawabnya memejamkan matanya. "Mengapa Morgan datang, apakah ada masalah dengan perusahaan, sayang?"tanya nyonya besar hati-hati tak ingin menyingung hati tuan besar. "Ini sudah 15tahun tapi mengapa kamu tidak hamil juga?" tanya tuan besar membuka matanya dan bergerak mengangkat kepalanya lalu menoleh kearahnya. Tuan besar mengalihkan topik putranya setiap kali nyonya besar kedua mulai ingin tahu tentang putranya. "Aku tidak tahu, mungkin kita harus lebih banyak berusaha"jawabnya pelan dan takut. "Berusaha? Apakah 15tahun belum cukup lama?"tanyanya sambil bangkit dari bathtub kemudian menyalakan shower. Wajah nyonya besar kedua memucat, ia lupa kalau tuan besar sangat sensitif berhubungan dengan masalah kemampuannya. "Kalau begitu kamu tahu tugasmu sekarang apa"kata Tuan besar santai.

Walaupun usianya mencapai 60tahun tapi jangan ditanyakan kondisinya yang luar biasa bahkan mampu membuat para wanita muda tergila-gila dengan tubuhnya yang sixpack dan kuat. Wajahnya yang tampan dan struktur rahangnya yang kuat disertai sorot mata yang tajam sudah cukup populer dikalangan pebisnis di usia tua. Tuan besar sangat tahu mengapa nyonya besar kedua tidak bisa hamil, 2tahun setelah nyonya besar kedua masuk kedalam hidupnya, ia menemukan fakta mengejutkan kalau nyonya besar kedua selalu meminum obat pencegahan kehamilan dan ternyata sudah memiliki anak diluar pernikahan. Saat itu, tuan besar sangat marah karena ditipu, alhasil ia tidak pernah mau menikahinya.

Nyonya besar kedua tersenyum sensual mendekat tuan besar dengan melepaskan satu persatu pakaiannya dihadapannya tapi itupun tak membuat barang milik tuan besar bereaksi. Selanjutnya tak terdengar suara apapun kecuali suara air mengalir dan nyonya besar kedua berteriak kesakitan.

Selama ini tuan besar sudah pensiun dari zai.inc tapi masih memegang beberapa perusahaan kecil.

Tuan besar tak menyukai siapapun bertanya atau menanyakan sesuatu yang berkaitan dengan putranya. Ia sudah berjanji dengan nyonya besar pertama untuk tidak membiarkan orang lain tahu tentang seluk beluk putranya.

Wine di gelasnya terasa hambar, setelah tadi ia berusaha memuaskan diri tapi tak terpuaskan menyebabkan timbul perasaan kecewa dihatinya. Kepalanya pusing tujuh keliling tak tersalurkan dengan baik.

"Wanita sialan!"gerutunya. Barangnya tak sedikitpun bereaksi sama sekali dengan nyonya besar kedua beberapa tahun terakhir ini, kekesalannya memuncak ketika mengetahui perselingkuhan nyonya besar dengan pelayan kepercayaan nyonya besar kedua.

Tawa getir keluar dari mulutnya, demi nama baik dan kehormatan keluarga Zai, tak mungkin ia mengeluarkan nyonya besar kedua dengan mudah.

Disesapnya wine ditangan untuk terakhir kali hingga habis sebelum tidur.

kring....

Diambilnya ponsel diatas meja. Mulutnya berdecak malas mendengar suara di seberang telepon. Tak satupun suara keluar dari mulutnya tapi barang miliknya bergeliat membesar sampai sesak membutuhkan penanganan serius. Senyum sinis jelas terlihat di wajahnya. Ditutup ponselnya lalu disambarnya jaket kulitnya dan cepat pergi ke garasi mobilnya. Beberapa pengawalnya sudah bersiap siaga sejak selesai menerima telepon. Ia masuk kedalam mobil BMW terbaru miliknya, "Exsclamente"perintahnya. Senyum mengembang diwajahnya, kesabaran adalah kunci dari semua usaha dan hasilnya tak akan pernah berbohong. Tak lama kemudian mobil BMW berjalan membelah kesunyian malam.

Sementara di dalam kamar mandi, nyonya besar kedua teronggok di pojok kamar mandi, badannya penuh memar, bibirnya bengkak dan terluka, belum lagi alat kemaluannya terasa nyeri. Saat itu di kepala nyonya besar hanya satu, cepat menyelesaikan tugasnya sebagai istri tapi bukannya selesai, barang milik tuan besar tidak bereaksi sehingga ia dipukuli dan dibuat orgasme dengan peralatan seks hanya untuk memuaskan mata tuan besar. Telinganya sedikit berdengung mengingat bagaimana tuan besar memukul telinganya sebelum keluar dari kamar mandi, "Seharusnya aku membuang mu ke tong sampah tapi itu terlalu mudah dan membosankan. Hati-hati bertindak kalau kamu ingin tetap menyandang nama nyonya besar di rumahku!"katanya.

Gelar yang dipakainya adalah nyonya besar kedua di khalayak ramai dan masyarakat luas tapi sesungguhnya ia tak pernah di nikahi tuan besar. Bertahun-tahun berjuang mengamankan posisinya dengan cara licik tapi akhirnya tetap sama yaitu tak ada pernikahan untuknya. Penyesalan bertambah karena mau mengikuti tuan besar yang menawarkan kehidupan kalangan atas dengan tanpa status, ia berfikir seiring waktu tuan besar akan menikahinya tapi kenyataannya membuatnya marah dan dendam yang menumpuk bertahun-tahun. Hampir setiap waktu berada dalam ketakutan kalau sewaktu-waktu tuan besar benar-benar membuangnya membuat ia sangat kelelahan fisik maupun mental, untungnya ada kekasihnya yang setia bersamanya.

Nyonya besar kedua berusaha keras membersihkan diri dan keluar dari kamar mandi. diambilnya pakaian untuk dikenakannya. Terlalu sering terluka, ia menjadi sangat ahli mengobati.

tok..tok..

"Masuk"

Pelayan kepercayaannya masuk dengan membawa minuman hangat di tangan, kejadian ini bukan yang pertama dialami nyonya muda kedua. Wajahnya tak suka mendapatkan nyonya besar kedua dalam kondisi begini tapi selama ia berada di mansion ini, tak boleh berbuat kesalahan. Terlalu banyak resiko dan mata kalau mempertontonkan rahasia yang dipendam demi kekayaan seumur hidup tak habis dibuang-buang.

Ruangan kamar milik tuan besar memiliki banyak rahasia di dalamnya sehingga mereka tak pernah berani melakukan interaksi yang berlebihan. Tangan nyonya besar kedua meraih minuman yang disodorkan dengan tangan gemetaran, badannya sangat sakit.

"Ada apa"katanya datar, tak memperlihatkan emosi sama sekali.

"Kelinci putih memanggil, Nyonya", Pelayan mengambil kapas yang berserakan di tempat tidur dan karpet kemudian memasukkan kedalam tong sampah.

"Siapkan mobil, kita berangkat sekarang juga"perintahnya cepat, nyonya besar kedua tak mau putrinya lama menunggu dirinya, kelinci putih adalah kode untuk putrinya.

"Ada di depan tapi kondisi nyonya"bantah pelayannya melihat kondisi badan nyonya besar kedua kali ini lebih parah dari sebelum-sebelumnya.

"Aku baik-baik saja"katanya menenangkan sambil meminum minumannya.

Di mansion ini, mereka berdua berlagak seperti nyonya dan pembantu tapi diluar mansion, mereka sebenarnya sepasang kekasih dan memiliki anak perempuan. Tak ada yang tahu karena mereka berdua bertindak dengan perencanaan yang baik, terbukti selama 15tahun, kondisi mereka tak tercium oleh tuan besar.

Nyonya besar berjalan mengikuti langkah pelayan kepercayaannya menuju mobil dan bergerak meninggalkan mansion.

"Dimana tuan besar?"tanya nyonya besar kedua memperhatikan mansion yang perlahan mulai menghilang dari pandangan matanya, disampingnya ada pelayan kepercayaannya. "Pergi, tenanglah.", ditariknya wanita yang dicintainya untuk masuk kedalam pelukannya. Sopir diam membisu, terus memperhatikan jalanan di hadapannya, ia juga orang kepercayaan nyonya besar kedua dan tahu segalanya.

"Javi, aku lelah"katanya berusaha memejamkan mata didalam pelukannya. "Sebentar lagi sayang, tunggu kelinci putih siap bersama tuan muda"bisiknya pelan sambil mengelus punggung dengan sayang. Dulu berfikir, kekasihnya akan dinikahi tuan besar tapi kenyataannya ia sendiri tak bisa menikahi walau ada anak ditengah-tengah mereka berdua. Ambisinya untuk mendapatkan kekayaan dengan mudah ternyata tak semudah perkiraan. Bukan berarti ia tak berusaha mendapatkan. Sekarang tinggal satu cara yaitu membuat tuan muda Zai menikahi kelinci putih miliknya, apapun caranya.