Laboratorium Forensik Seoul
Seoul, Korea Selatan
29 April 2016
13.30 P.M KST
"Dia ahli forensik yang bekerja disini, sekaligus di Rumah Sakit Pertahanan Incheon," jelas Denise. Doyoung membulatkan matanya, sedang pikirannya kembali bersifat negatif mendengar nama rumah sakit itu.
"Apa dia sudah menyelesaikannya?"
"Seharusnya sudah, tapi Aku tidak tahu persis,"
Doyoung berpikir sejenak, "Bisa Kau berikan Aku nomor teleponnya?" pinta Doyoung. Tanpa menunggu lama, Denise sudah mengirimkan kontak yang dimaksud melalui WhatsApp Doyoung.
"Terimakasih, sepertinya Aku akan menghubungimu lagi. Aku pamit dulu," ujarnya seraya bergegas menuju arah keluar.
"Ada apa sebenarnya?" gumam Denise melihat Doyoung yang sangat tergesa-gesa seperti itu.
Sementara itu, Doyoung sudah berada di area parkiran. Pikirannya terpusat pada dokter forensik wanita itu, dan Rumah Sakit Pertahanan Incheon. Ia segera menginjak gas, melajukan mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi untuk berkendara di kota.
Ia kemudian memasang handsfree nya, lalu mencari kontak seseorang dari ponselnya.
"Halo, Brian. Ini Aku Doyoung. Tolong temui Aku di Rumah Sakit Pertahanan Incheon, untuk kepentingan investigasi kasus DIS,"
"..."
"Terimakasih," tutup Doyoung.
"Sial, semoga itu tidak terjadi, semoga ini hanya pikiran negatifku saja," ujarnya sembari fokus menyetir.
Dua puluh menit kemudian, Ia sudah sampai di area parkir rumah sakit itu. Sekarang Ia melangkah tergesa-gesa menuju bagian informasi rumah sakit itu untuk menanyakan lokasi bagian forensik, tepatnya dokter wanita bermarga Kang itu.
"Selamat siang, Aku ingin bertanya dimana bagian forensik rumah sakit ini?" tanyanya pada seorang petugas di meja informasi.
"Bagian forensik ada di lantai 1. Silakan Anda berjalan ke gedung D, bagian informasinya ada di sayap D2," terang petugas itu.
Tanpa mengucapkan terimakasih dengan benar, Doyoung segera berlari menuju lokasi yang dijelaskan sebelumnya. Ditengah-tengah perjalanannya, Ia menangkap seseorang yang sepertinya tidak asing.
"Si ... siapa itu?" gumamnya, namun akhirnya Ia tidak peduli dan beberapa menit kemudian, Ia sudah sampai di bagian informasi divisi forensik rumah sakit itu.
"Permisi, Aku ingin bertemu dokter Kang Seulgi," ujar Doyoung to the point.
"Apa sudah ada janji sebelumnya?" tanya resepsionis itu.
"Ah ... itu ... tidak ada," jawab Doyoung sedikit ragu.
"Mohon maaf Kau tidak bisa menemuinya, ini sudah diluar jam tugas beliau, dan setahuku dokter Kang tidak memiliki banyak orang untuk ditemui," ujar resepsionis itu sembari sedikit menelisik penampilan Doyoung.
Doyoung menghela nafas dalam kemudian mengeluarkan sesuatu dari sakunya, "Aku tahu, tapi Aku dari divisi detektif kepolisian Seoul, ingin menemuinya untuk kepentingan investigasi kasus, tolong kerjasamanya," ujarnya tegas. Resepsionis itu tampak sedikit terkejut.
Resepsionis itu berbicara di telepon, sepertinya menghubungi dokter wanita itu, "Silakan ke ruangan dokter Kang di sebelah kanan," ujarnya kemudian sembari menunjuk ke arah sebuah koridor.
Doyoung hanya mengangguk, kemudian bergegas kesana.
"Permisi," sapanya sembari membuka pintu ruangan bertuliskan dr. Kang Seulgi itu pelan.
"Ya, silakan masuk," jawab seorang wanita berjas putih dan berkacamata itu, dokter Kang, "Dengan siapa dan ada perlu apa?" tanyanya kemudian. Nada bicaranya terdengar cukup dingin.
Tanpa berbasa-basi, Doyoung segera berbicara to the point, "Aku Kim Doyoung, detektif kepolisian Seoul. Aku dan rekanku menangani kasus DIS, juga kematian seorang peneliti bernama Eric Sohn yang ditemukan tewas beberapa hari lalu," ujarnya memperkenalkan diri sekaligus mengambil jeda, "Apa benar Kau mengambil alih tugas identifikasi sidik jari yang ditemukan di TKP Eric Sohn dari Laboratorium Forensik Itaewon?" lanjutnya.
Mata dokter Kang bertemu dengan mata Doyoung, keduanya sama-sama menatap mengintimidasi.
"Iya, itu benar," jawab dokter itu akhirnya.
"Atas perintah siapa Kau melakukannya?" tanya Doyoung penuh selidik.
"Kepala kepolisian Seoul, Song Mino, dia menginginkan identifikasi lebih akurat dengan orang yang lebih ahli," jawabnya dengan nada datar.
Doyoung terdiam.
"Bisa Kau serahkan kembali sampel sidik jari itu? Atau Kau sudah mengidentifikasinya?"
"Aku masih memilikinya, dan hasilnya sudah keluar hari ini,"
"Berikan Aku keduanya,"
"Seseorang dari CSI sudah menerima hasilnya, Kau bisa menemuinya. Mereka mengatakan tidak ada copy untuk hasil identifikasi itu," ujar dokter Kang, membuat Doyoung membulatkan matanya kembali.
"Siapa? Kim Taehyung?"
"Ya,"
"Sialan!" batin Doyoung.
"Berikan Aku sampelnya sekarang!" titah Doyoung frustasi.
Dokter Kang kemudian berjalan menuju satu ruangan dibelakang ruang kerjanya yang disekat lemari kayu. Tak lama kemudian, Ia keluar membawa satu kotak hitam, lalu menaruhnya di atas meja.
"Katakan padaku, Apa Kau tidak mempercayai kemampuanku, atau tidak mempercayai tempatku bekerja?" tanya dokter Kang setelah membuka kotak hitam berisi empat buah plastik klip berlabel.
"Bodoh, semakin jelas Kau ada di pihak siapa," batin Doyoung.
"Kau tidak perlu mengetahuinya. Jelaskan padaku tentang sampel ini!"
Laboratorium Forensik Seoul
Seoul, Korea Selatan
29 April 2016
15.30 P.M KST
Setelah menerima spesimen sampel sidik jari dari dokter Kang, Doyoung segera kembali ke laboratorium forensik. Ia melakukan identifikasi sidik jari itu disana dengan bantuan Denise serta Taeyong.
"Seharusnya ini bisa selesai cepat, karena terhubung ke data kependudukan nasional," ujar Denise begitu menginput spesimen sampel itu ke sebuah alat yang sepertinya baru mereka gunakan.
"Sejujurnya Aku khawatir dengan database instrumen baru ini, apakah sudah lengkap?" tanya Taeyong. Ia memang tidak menekuni bidang itu, tapi cukup mengerti konsep dasarnya, terutama sistem informasi alat itu.
"Tenang saja, teknisi IT kita Na Jaemin sudah menginput database kependudukan nasional dan luar negeri. Kita bahkan menginput database interpol disini,"
"Data interpol? Bagaimana bisa?" tanya Taeyong yang heran. Begitu juga dengan Doyoung.
"Entahlah, Aku rasa mereka tidak lagi membatasi akses datanya," jawab Denise.
"Bagaimana dengan NISA? Apakah mereka terbuka akan data-datanya?" tanya Doyoung.
"Aku rasa tidak, Kami belum pernah menerima data dari badan intelijen,"
Ponsel Doyoung tiba-tiba berdering
Brian is calling ....
"Halo Brian, bagaimana?"
"Taehyung tidak di ruangannya, tapi Aku menemukan berkas identifikasi sidik jari itu,"
"Bagus, amankan berkas itu dan segera ke Laboratorium Forensik Itaewon,"
"Baik,"
BIP ...
"Selesai!" ujar Denise. Ia segera duduk di kursi depan monitor, membaca sebuah grafik dan forest plot, begitu juga dengan Taeyong. Sementara Doyoung hanya menyimak.
"Tiga spesimen dengan kode FF-1-CH, FF-2-GS, dan FF-3-TB adalah sidik jari yang sama, dan teridentifikasi atas nama Eric Sohn," jelas Denise setelah selesai membaca grafik itu yang kemudian diangguki Taeyong.
"Sedangkan spesimen dengan kode FF-4-DR ..." ujar Denise terpotong, Ia mengerutkan dahinya, mendekatkan mata pada layar monitor itu, "Tidak memiliki kemiripan dengan 3 sidik jari lain, dan identitas pemiliknya tidak ditemukan?" lanjutnya dengan nada bertanya.
"Apa?" tanya Doyoung memastikan dirinya tidak salah dengar.
"Dokter Lee, lihat ini," titah Denise pada Taeyong dibelakangnya untuk memeriksa sebuah tabel yang tertampil di monitor itu.
Taeyong kemudian mengamati lekat-lekat bagian yang ditunjuk Denise itu, bahkan seluruh data dan gambar yang muncul disana.
"Benar, identitias pemiliknya tidak teridentifikasi"