Rumah Sakit Kun Qian Center
Daxinganling, China
29 April 2016
11.45 A.M CST
"Apa yang Kau lakukan disini?" tanya Qian Kun ketus melihat Wendy yang berdiri di ruang operasi begitu dirinya keluar untuk melakukan disinfeksi.
"A ... apa Aku perlu membantu?"
"Bukankah Kau seorang psikiater? Panggilkan dokter Hendery di UGD untuk anestesi," ujarnya sembari mencuci tangannya.
"Baiklah," jawab Wendy. Ia segera bergegas menuju ruang UGD mencari seseorang bernama Hendery itu.
"Dejun, Kau dimana dokter Hendery?" tanya Wendy begitu berpapasan dengan Dejun.
"Itu dia," jawabnya menunjuk seorang pria jangkung yang sedang melihat sesuatu di monitor meja resepsionis.
"Permisi, apa Kau dokter Hendery?"
"Ya, betul. Ada apa? Dan ... siapa Kau?" tanyanya ramah.
"Aku Wendy Son, dokter Qian Kun menunggumu di ruang operasi, untuk beda seorang pasien luka tembak," ujarnya tergesa.
"Benarkah? Aku akan kesana sekarang," ujar dokter itu. Ia segera membuka jas dokternya, lalu memberikannya pada Wendy bersamaan dengan ponselnya "Aku titip ini padamu," ujarnya kemudian berlalu menuju ruang operasi.
Sementara itu di ruang operasi, Qian Kun selesai dengan kegiatan disinfeksinya, Ia sedang menunggu Hendery, ahli anestesi kepercayaannya itu.
"Mark Tuan, Kau lagi ... " ujarnya pelan kepada Mark, pasiennya yang kini memejamkan matanya meskipun masih sadar. Terbukti Ia masih bisa tersenyum miring mendengar ucapan Qian Kun barusan.
"Kau dua kali tertembak, apakah ada dua peluru bersarang ditanganmu itu?"
"Tenang, Kau hanya perlu mengeluarkan satu. Satu peluru lagi sudah keluar menembus tanganku," jawab Mark santai dengan matanya yang masih terpejam.
"Dasar psikopat, sekarang mungkin Kau mengalami luka ganda, dasar merepotkan," ujarnya ketus.
Mark perlahan membuka matanya, "Tapi Kun ... Apa yang terjadi padamu hingga Kau ada di daerah seperti ini?" tanyanya.
Pria yang dipanggil Mark dengan sebutan Kun itu menghela nafasnya panjang, "Aku hanya ingin menarik diri, dari kemungkinan pekerjaan kotor disana," jawabnya.
Mark tidak merespon, semenit kemudian, dokter Hendery datang untuk membantu proses operasi itu.
"Maaf Aku terlambat. Hei, bagaimana Kau tidak mengabariku, bodoh?" ujarnya dengan nada seperti marah. Tidak, pria itu sebenarnya humoris.
"Lakukan tugasmu. Kita akan mulai operasinya,"
Rumah Sakit Kun Qian Center
Daxinganling, China
29 April 2016
15.30 P.M CST
Siang itu, Kun baru saja selesai mengoperasi Mark. Benar saja dugaannya, pria itu mendapatkan luka ganda, tulang lengan atasnya bahkan retak terkena peluru. Karenanya, butuh waktu cukup lama untuk operasi itu.
"Dia akan sadar kurang lebih dua jam dari sekarang," ujarnya begitu dokter Hendery selesai menempatkan dan menata brankar Mark di ruang VIP.
"Baiklah, Aku akan menjaganya," ujar Wendy.
Kun tidak berkomentar apa-apa, Ia segera berlalu meninggalkan Wendy dan Hendery.
"Kau walinya?" tanyanya.
"Ya, bisa dibilang begitu," jawab Wendy. Hendery mengangguk paham.
"Ah, dimana jas dan ponselku?"
"Oh, ini dia," jawab Wendy cepat sembari mengambil jas serta ponsel milik Hendery yang Ia taruh di kursi penunggu pasien.
"Terimakasih. Hmm, ngomong-ngomong, Kau tidak perlu menunggunya, Ia akan tersadar sekitar malam nanti. Lebih baik Kau turun, makan, dan beristirahat," ujar Hendery ramah.
"Kau benar, sebaiknya Aku turun. Aku perlu menemui yang lain juga," jawab Wendy.
Sementara itu, di UGD, Jackson, Somi, dan Jaehyun duduk mengitari brankar milik Luika.
"Bagaimana keadaannya?" tanya Wendy.
"Belum ada pergerakan," jawab Jaehyun.
"Bagaimana dengan Mark?" tanya Jackson kali ini.
"Ia belum sadarkan diri dari efek anestesinya, kemungkinan nanti malam," jawab Wendy.
"Dia harus segera sadar untuk menentukan langkah selanjutnya,"
Laboratorium Forensik Seoul
Seoul, Korea Selatan
29 April 2016
12.30 P.M KST
Atas inisiatifnya siang ini, Doyoung mendatangi laboratorium forensik untuk bertemu beberapa ahli disana, terutama Jo Reynard, seorang ahli cyber atas rekomendasi Felix. Doyoung baru saja kemarin menerima data pencarian terkait Reina Hwang yang dimintanya kepada Taehyung. Pria itu ternyata tidak menepati janjinya untuk memberikan data dihari yang sama sesuai perintah Doyoung dengan alasan sibuk. Doyoung bahkan sampai mendatangi tempat kerjanya di kantor CSI, hingga memperhatikan bagaimana pria itu mengcopy data ke dalam flashdisk miliknya. Entah valid atau tidak, Doyoung hanya akan mengujinya hari ini.
Sesampainya di area parkir, Ia bertemu dengan Taeyong yang sepertinya baru saja kembali dari istirahat makan siang.
"Siang, dokter Lee," sapa Doyoung sopan.
"Oh, siang Doyoung. Apa yang Kau lakukan disini? Ah ... pasti Kau akan mengambil data sidik jari di TKP bukan? Hasilnya sudah keluar hari ini," ujar Taeyong.
"Betul, Aku akan menemui Denise untuk itu, tapi Aku akan menemui Reynard terlebih dahulu,"
"Denise? Bukankah dokter Kang yang mengerjakan identifikasi sidik jari itu?"
Doyoung terdiam, Ia mengingat-ngingat kembali, dan sepertinya memang benar Ia meminta teknisi bernama Denise Kim itu untuk memeriksa sidik jadi di TKP, bukan dokter Kang.
"Aku tidak merasa meminta bantuannya,"
"Begitukah? Lebih baik Kau tanyakan juga pada Denise," saran Taeyong yang diangguki oleh Doyoung. Keduanya kemudian kembali melangkah ke tujuan masing-masing. Taeyong yang kembali ke ruangannya di lantai 1, dan Doyoung yang harus ke lantai 3 menemui Reynard.
"Permisi, selamat siang!" salam Doyoung begitu melewati pintu ruangan Reynard yang setelah dibuka.
"Hai Doy, silakan masuk," jawab pria bernama Reynard itu ramah.
"Aku sudah menerima dan menganalisis datamu," ujarnya begitu Doyoung baru saja duduk di kursi tamu. Reynard kemudian menaruh laptopnya dihadapan Doyoung, dan turut duduk disampingnya berniat menjelaskan.
"Jadi bagaimana?" tanya Doyoung to the point.
"Untuk fotonya yang di Puerto Rico, itu foto asli. Tapi, dia diambil satu tahun lalu," jelas Reynard, membuat Doyoung sedikit melebarkan pupil matanya. "Lagi-lagi pria ular itu berbohong," batinnya.
"Lalu untuk data-data wanita di Slovakia yang dicurigai sebagai wanita dengan identitas sama di Slovakia, itu bukan dia, tidak ada kemiripan, Aku sudah melakukan deep fake analysis untuk kedua data ini," jelasnya sembari menampilkan similarity index pada sebuah aplikasi di laptop itu, tampak disana menunjukan angka 0 %, benar-benar tidak mirip.
Selesai dengan urusannya dengan Reynard, Doyoung segera berpamitan. Sepanjang langkahnya Ia kembali berpikir, apa sebenarnya clue dari Reina Hwang ini, karena jika ditarik kembali, wanita itu dicurigai karena direkrut tiba-tiba, dan memasuki divisi pangan dan logistik. Hingga sebuah pemikiran terbelesit dikepalanya, "Apa ini kaitannya dengan Kelvin Seo?" batinnya.
"Doyoung? Kau disini?" ujar seseorang menyadarkan Doyoung dari brainstormingnya.
"Ah, Denise. Kebetulan sekali, Aku perlu bicara denganmu," ujar Doyoung.
"Ada apa?"
"Apa Kau menangani identifikasi empat buah sidik jari dari lokasi kematian Eric Sohn?"
"Oh, tidak. Awalnya Aku ditugaskan untuk itu, namun senior Kang Seulgi mengambil alihnya," jelasnya.
"Siapa itu Kang Seulgi?"
"Dia ahli forensik yang bekerja disini, sekaligus di Rumah Sakit Pertahanan Incheon,"