Happy Reading.
Brakkk...
Pemuda itu tersungkur tepat disudut ruangan. Terdapat bercak darah pada sudut bibir nya.
"BANGUN LU PECUNDANG!"
Pemuda itu memandang tajam pada lawannya. Sorot mata tajam mampu menghunus siapa saja yang ada dihadapnnya. Tangan nya terkepal erat dan membuat urat-urat tangannya menonjol.
Suasana sangat mencengkam tak ada yang berani melerai perkelahian tersebut. Mereka hanya memandang iba pada temannya yang sudah kalah talak oleh Raden. Yah pemuda itu bernama Raden Angkasa. Siswa yang tak mengenal rasa takut pada siapapun. Dan pagi ini Dion menjadi sasaran amukan Raden.
"BANGSATTT! Salah gue apa SETAN?!" Bentak nya pada Raden.
"ELO GAK TAU SALAH LO DIMANA?? LO LIAT INI MEJA GUE NGAPA LO DUDUK DISANA TAI." Bentak nya pada Dion.
Seluruh murid sudah diperingati oleh Raden bahwa tak ada satu orang pun yang boleh menempati tempat duduk nya barang sekali pun. Namun pagi ini emosinya tersulut karena melihat salah satu teman nya duduk diatas meja nya dengan kaki yang terangkat.
"Sekali lagi gue liat elo kayak gitu. Lo bakal mati ditangan gue." Sinis nya pada Dion, sedangkan Dion memandang rendah pada Raden.
"Lo bukan pemilik sekolah jadi gue gak berhak nurutin apa mau lo. PAHAM?!" Sahut Dion tak kalah sinis.
Tanpa ba bi bu Raden langsung menghantam perut Dion dengan lutut nya secara bertubi-tubi hingga Dion terbatuk-batuk. Bukannya memohon ampun Dion mala tertawa mendapatkan pukulan dari Raden.
Seluruh penghuni sekolah sudah tau bahwa Dion dan Raden sudah menjadi musuh sedari dulu. Mereka tidak tau apa sebab nya dan kapan itu terjadi. Hanya mereka dan tuhan lah yang tau.
Pukul demi pukulan diberi kan Raden secara berutal.
"MATI LO SETAN!"
Dion hanya tertawa menanggapi umpatan Raden.
"RADEN ANGKASA."
Suara bass milik lelaki itu berhasil menghentikan kegilaan Raden. Ia mengikis jarak dengan Raden.
"Apa yang elo lakuin? Lo bisa masuk penjara." Ucapnya sembari menarik lengan Raden untuk menjauh dari Dion.
"LEPAS! LO JANGAN PERNAH SENTUH GUE...PAHAM?" Tuding nya pada lelaki itu kemudian pergi meninggalkan kelas yang sudah sangat kacau.
Lelaki itu hanya mandangin punggung Raden yang semakin menjauh. Beberapa murid segera membawa Dion ke UKS untuk mengobati luka-luka nya.
"Kak Radit." Sapa seorang siswa dengan potongan rambut cepak.
Lelaki yang diketahui bernama Radit segera memalingkan wajah ke sumber suara.
"Raden semakin lama semakin keterlaluan. Dia bisa aja di DO dari sekolah ini." Terang nya pada Radit.
Radit hanya tersenyum kecut menghadapi kenyataan ini. Ia merasa gagal menjadi seorang kakak.
"Tenang aja gue bisa atasi ini. Thanks uda khawatir sama kondisi adek gue."
Lelaki itu menepuk bahu Radit untuk menyalurkan simpati nya. Kemudian Radit bergegas menuju kelas nya ia ingin melanjutkan aktifitas nya yang tertunda akibat mendengar berita Raden sedang mengamuk.
~~~~~
"Woy Den! Bolos lagi lo?" Seorang pemuda dengan tampilan yang sangat tak pantas disebut sebagai anak sekolah menepuk bahu Raden.
"Males gue. Percuma juga gue belajar gak ada tujuan nya juga buat gue." Seru Raden dan kembali menyesap batang rokok yang sudah hampir habis.
Kebiasaan seorang Raden adalah membolos , berkelahi serta merokok. Namun sifat buruk nya mampu tertutupi oleh wajah tampan nya.
Siapa yang tak tertarik dengan pemuda yang memiliki wajah bak tokoh dalam komik. Mata tajam dengan alis tebal lalu hidung nya yang sangat mancung dan terakhir bibir nya yang berwarna merah alami. Kadang teman-teman Raden heran mengapa bibir Raden tak menghitam seperti kebanyakan pecandu rokok lain nya.
"Bosen gue, Tawuran yuk" Ujar Raden dan membuang puntung rokoknya.
"Boleh. Bdw sekolah mana yang bakal kita serang?" Sahut salah satu teman Raden.
Kini mereka tengah berada di salah satu gudang sekolah yang tak terpakai.
Raden memiliki banyak teman namun sayang seluruh teman nya adalah anak-anak yang sehobi dengan nya yaitu tawuran. Terbilang 10 orang yang selalu bersama Raden saat tawuran namun Raden memiliki tiga teman yang sangat dekat dengan nya yang selalu mengerti keadaan Raden serta masa lalu Raden. Mereka adalah Rifqi, Fadil dan Rido. Ketiga nya berada disekolah yang berbeda dengan Raden alasannya hanya satu yaitu supaya salah satu diantara mereka berempat bisa menjadi penguasa disekolah an tersebut.
"SMA Tugu Darma. Uda lama gue ngincer sekolah itu." Desis Raden seringai devil terukir dibibirnya.
"Serius lo? Gue denger sekolah itu dihuni oleh murid-murid berprestasi dan taat akan hukum. Lo yakin mo nyerang mereka?" Pasti Dodo pada Raden.
"Yakin. Yakin kali malah!" Tegas Raden.
"Oke deh kalau gitu."
"Jangan lupa kabari yang lain. Gue cabut."
Dodo segera menghubungi beberapa teman nya dan mereka setuju.
Deru motor memenuhi pendengaran pengguna jalan. Mereka sudah terbiasa dengan situasi seperti ini selalu saja ada anak sekolah yang hobi nya tawuran. Apa mereka bosan hidup? Ntah lah.
Raden dengan motor besar berwarna merah berada dibarisan paling depan. Seragam putihnya tertutup oleh jaket kulit berwarna hitam milik nya wajah nya tertutup sempurna oleh helm fullface nya. Dibelakang nya terdapat beberapa motor milik teman-temannya jika dihitung mereka semua berjumlah sembilan orang.
Raden dan teman-temannya sudah berada digerbang sekolah yang menjulang tinggi. Tanpa ragu mereka melempar beberapa batu kearah halaman sekolah dan berhasil mengenai salah satu jendela kelas.
"KELUAR LO BANGSAT!"
"WOII CUPU, SINI LO ANJING...LAWAN KITA."
Seringai devil lagi-lagi terbit dibibir Raden. Ia senang melihat mangsanya lari terbirit-birit untuk melindungi diri. Namun pandangan nya jatuh pada seorang gadis.
🍁🍁🍁
Author pov.
Gadis itu terus mengetuk-ngetuk pena nya dipinggir meja. Ia sedang berfikir, angka-angka ini sangat rumit.
"Echa?" Seru seorang gadis dengan rambut yang dikuncir kuda.
Gadis yang bernama Echa hanya berdeham menanggapi panggilan sang sahabat.
"Echa uda kali jangan serius amat. Ntar sarap pusat lo bisa putus" Seru nya pada Echa.
"Ra bisa diem gak gu__" Belum sempat Echa menyelesaikan ucapan nya tiba-tiba ia mendengar suara kaca pecah dan disusul oleh teriakan murid lain nya.
"Astaga sekolah kita diserang Cha!" Panik Rara.
Echa mengedarkan pandangannya dan retinanya berhasil menangkap para penyerang sekolahnya.
"Eh Cha lo mau kemana?" Teriak Rara karena Echa sudah lari keluar kelas.
Ia tidak bisa membiarkan sahabatnya dalam bahaya.
Echa berlari cukup kencang ia hampir saja terjatuh karena tanpa sengaja menabrak murid lainnya.
Echa mengatur nafas nya dan berusaha berdiri tegak. Situasi sangat kacau para penyerangan tak henti nya mengumpat namun pandangan Echa terfokus pada seorang pria yang hanya berdiam diri melihat kerusuhan ini. Echa kesulitan untuk menerka-nerka siapa pria tersebut. Yang bisa ia simpulkan adalah pria itu adalah sang pemimpin.
Dengan tekat penuh Echa melangkah lebih dekat ia tak memperdulikan jika salah satu lemparan mereka berhasil mengenainya.
Manik kelam Raden bertemu dengan manik coklat muda milik Echa.
"Tunggu!" Cegak Raden pada teman-teman nya.
Mereka menghentikan aktivitas nya.
Raden memanjat gerbang tersebut dengan helm yang masih setia menutupi wajah nya. Seluruh penghuni sekolah terlihat tertegun melihat keberanian Raden bahkan para guru ikut memperhatikan tindakan Raden.
Raden berhasil mendarat dengan mulus. Ia membuka helm fullface nya, dan melangkah mendekati Echa yang mulai sedikit gemetar. Dari kejauhan Rara melihat sahabatnya dalam bahaya namun ia sama dengan murid lain nya ia sangat takut.
Brakkk
Raden membanting helm fullface nya dihalaman sekolah.
"DENGER LO SEMUA. CEWEK DIDEPAN GUE ADALAH PACAR GUE JADI KALIAN GAK BERHAK BUAT NYENTUH DIA!!PAHAM?" Ancamnya pada seluruh penghuni sekolah.
What the hell.