~Kalimat paling sulit dalam hidup adalah ikhlas, dimulut mudah terucap namun hati berkhianat~
π
π
Kadang manusia selalu bersifat munafik. Mereka tegar mereka kasar dan mereka tersenyum, namun pernah kah kalian sadar bahwa itu semua tak berguna. Berbohong pada diri sendiri, menghianati diri sendiri. Ah semua itu perlu kita musnahkan. Mulai lah bersikap jujur jika bersedih maka menangis jika bahagia maka tertawa dan jika kau hancur maka berteriak kau hancur tak perlu kau redam sakit itu sendiri. Ayolah Dunia luas tak hanya diri mu di dunia ini. Mulai lah membagi luka pada mereka, hancurkan ego mu.
"Ck. Siaran macam apa ini?" Ketus Raden.
"Ayolah Den. Elo harus berubah, coba lo buka diri ikuti apa kata motivator diradio itu" Terang Fadil, salah satu sahabat Raden.
"Bener apa kata Fadil. Lo harus berubah men" Timpal Rido.
Raden tak menggubris ocehan sahabatnya ia asik memainkan game online diponsel nya.
"Den...Kali-kali lo dengerin omongan kita, lo gak capek tiap hari gini terus?" Kini giliran Rifqi yang membuka suara.
Ketiga pemuda itu sangat paham akan kondisi Raden. Bagaimana tidak mereka sudah mengenal Raden sejak SMP hingga kini, sudah terbilang 4 tahun mereka bersama-sama. Mereka hampir sama seperti Raden suka tawuran dan mencari masalah di sekolah namun yang mereka lakukan hanya sebatas nya tak seperti Raden yang sampai mengabaikan masa depannya.
"Bisa diem gak?! Kita disini mo ngumpul mo senang-senang bukan ceramahin gue kayak gini!" Gertak Raden dan melempar ponsel nya asal.
"Den lo inget kan perjanjian awal kita gimana?" Sanggah Rido.
Raden tak menjawab ia memilih memalingkan wajah nya kearah lain.
"Lo sendiri yang ngomong. Kita pisah sekolah untuk menjadi tenar dan disegani, bukan menjadi preman disekolah yang ditakuti penghuni sekolah. Lo inget kan Den?" Jelas Rido.
"YA GUE INGET!!!" Sahut Raden dengan nada tinggi.
"Men ayolah gak usa pake urat. Rido ngomong gitu karna dia peduli sama elo yang sekarang. Lo ngerti kan" Lerai Rifqi sedangkan Fadil hanya menunggu giliran ia berbicara.
"Lo harus bangkit dari bayang-bayang Dar..."
"JAGA MULUT LO DO!!! Gak usa bawa-bawa Dara dalam masalah ini. NGERTI LO?!!!" Sulut Raden pada Rido.
Suasana menjadi hening, tak ada yang berani angkat bicara jika Raden sudah meninggikan suara.
30 menit yang lalu Raden menghubungi ketiga sahabatnya agar membolos dan berkumpul di basecamp mereka yang merupakan gedung tak terpakai milik keluarga Rido yang mereka rubah menjadi tempat berkumpul.
"Ehem..." Deham Raden, " Sorry gue gak bermaksud kasar ke kalian gue cuma gak suka kalau kalian bawa-bawa Dara dalam masalah gue" Sesal Raden dan memandangi satu persatu sahabatnya.
"It's oke Bro kita paham" Seru Fadil sembari memandangi Rifqi dan Rido secara bergantian dan mendapati anggukan dari keduanya.
"Gue cabut dulu" Pamit Raden.
Ketiga pemuda itu hanya memandangi punggung Raden yang semakin menjauh.
"Gue kasian ma tu anak" Lirih Rifqi.
"Seandainya Dara masih ada, Raden gak akan kayak gitu" Timpal Rido.
****
Raden melajukan motor nya dengan kecepatan sedang, seragam sekolah nya berkibar di terpa angin akibat seragamnya tak di kencingkan. Hanya beberapa deru motor yang terdekat dijalanan tak banyak yang berlalu lalang. Semua sibuk dengan urusan mereka terkadang Raden heran apa yang membuat mereka betah berlama-lama dengan pekerjaan atau urusan nya mengapa mereka tak bersenang-senang seperti diri nya.
"Dasar manusia tamak. Hidup hanya diabdikan oleh uang" Gumam Raden memikirkan itu semua.
Raden semakin melajukan motor nya dengan kecepatan tinggi ia menganggap jalanan seperti sirkuit balap. Raden tau kemana tujuan nya sekarang, berhubung waktu sudah menunjukan pukul 2 sore itu arti nya jam pelajaran akan segera dibubarkan.
***
"Cha lo yakin gak mau balik bareng gue?" Tanya Rara untuk kesekian kali nya.
Echa menghentikan aktivitas mengemas peralatannya dan menghadap Rara sepenuhnya.
"Neara Lawyska... Gue uda bilang gue mau ke toko buku dulu jadi gue balik sendiri. NGERTI?" Jawab Echa dengan penekanan diakhir kalimatnya.
Gadis yang bernama Neara Lawyska atau yang kerap disapa Rara hanya mengerucutkan bibir nya. Mau bagaimana pun juga ia tetap tidak suka dengan sesuatu yang berhubungan dengan buku. Ah buku sangat membosan kan ia lebih memilih membaca novel cinta di salah satu aplikasi yang digandrungi remaja saat ini, apa lagi kalau bukan si dunia oren yang penuh akan cogan. Ah membayangkan nya saja membuat Rara gila.
"Yaudah deh gue balik duluan. Byee" Pasrahnya meninggalkan kelas sembari melambaikan tangan pada Echa.
Echa membalas lambaian Rara dan kembali mengemas alat tulis nya. Setelah semua sudah pada tempat nya maka Echa bergegas meninggalkan kelas yang semakin sunyi.
"Key...gue duluan yah" Ucapnya pada salah satu temannya.
"ECHAAAAA!!!"
Baru saja Echa berjalan beberapa langkah tiba-tiba Rara kembali dengan teriakan yang mengganggu penghuni kelas.
"Echa lo harus keluar.SEKARANG!!!" Titah Rara dengan nafas tersenggal.
"Ken..." Echa belum menyelesaikan kalimatnya namun Rara terlanjur menarik tangan nya dan membawa nya kearah gerbang sekolah.
Kesan pertama yang diterima retina Echa adalah ramai. Hampir seluruh penghuni sekolah berhamburan dilapangan sekolah. Ada beberapa siswi yang berbisik-bisik sembari menyungging senyum dan ada beberapa siswa yang menatap horor pada seseorang yang bersandar pada pos satpam.
Deg...
Echa menelan liur dengan susah payah.
"Cha dia datang lagi" Cicit Rara yang berada disamping Echa.
"Tru-s ke-napa lo gugup?" Seru Echa terbesit nada gemetar.
"Lo juga gugup Cha" Protes Rara dan kembali menatap pada seseorang yang tengah menjadi pusat perhatian.
Tanpa mereka sadari seseorang tersebut berjalan mendekati Echa dan Rara yang berada di bibir lapangan.
"Kamu uda pulang sayang" Tanya nya saat telah sampai dihadapan Echa.
What the? Apa kata nya, sayang? Hello mimpi tuh cowok.
"Lo ngomong sama siapa?" Ketus Echa.
"Sama kamu lah sayang, masa sama rumput yang bergoyang" Sahut nya santai.
Ia adalah Raden yang sudah menunggu Echa selama 30 menit lalu.
"Gue bukan pacar elo" Sergah Echa sedikit emosi.
"Ayo lah seluruh dunia juga tau kalau elo pacar gue. Dan sekarang lo harus ada disamping gue. Ngerti?!" Tegas nya pada Echa sembari menarik sudut bibir nya.
"Elo..."
Tak mau membuang waktu maka Raden segera membopong tubuh Echa seperti karung beras. Echa memberontak dan memukuli tubuh Raden.
"Turunin gue SINTING!!!" Pekik nya namun tak digubris oleh Raden.
Rara hanya menatap iba pada sahabatnya, ia ingin membantu namun terlalu takut pada Raden yang memancarkan aura gelap. Seluruh penghuni sekolah menyaksikan adegan tersebut. Beberapa dari mereka berteriak histeris dan sisa nya menatap iba pada Echa, mereka tau siapa Raden. Si ketua geng motor yang hobi tawuran dan mencari masalah dengan sekolah lain, tak ada yang berani mengusik Raden.
"Lo gila...."
"Stttt... Diam atau gue cium lo didepan umum" Ancam Raden kemudian mendudukan tubuh Echa di atas motor nya.
Mendapatkan ancaman seperti itu membuat Echa diam membisu. Gilaa mana mungkin ia memberikan ciuman pertamanya pada cowok sinting ini. Amit-amit.
"Aku tau apa yang ada didalam hati kamu sayang. Hati-hati yah kalau bicara" Seru Raden dan mulai menyalakan mesin motornya.
Cenayang ni cowok. Echa tak berani bersuara ia memilih diam diatas boncengan dan tanpa sadar motor milik Raden sudah meninggalkan sekolahnya.
Raden sengaja melajukan motor nya dengan kecepatan tinggi dan itu berhasil membuat Echa ketakutan. Echa hanya mampu menutup mata nya sembari berdoa pada tuhan agar nyawa nya tak diambil saat ini juga. Saat Raden semakin melajukan motornya tanpa sadar Echa memeluk pinggang Raden dengan sangat erat dan membuat Raden tersenyum penuh kemenangan.