Chereads / Before a go / Chapter 8 - Bab 8: Coklat rasa boneka

Chapter 8 - Bab 8: Coklat rasa boneka

HAPPY READINGπŸ‚

.

.

.

Hening malam menemani kesendirian Echa, Senyap tak ada derik jangkrik ataupun suara binatang malam lain nya. Echa membuang asal selimut tebal nya. Kedua mata nya terlihat sembab surai hitamnya sudah tak serapi sebelum nya.

"Gue benci elo!!!" Pekik nya sembari melempar bantal ke sembarangan arah.

Sehari Echa lalui serasa seperti sehari berada di neraka. Tak ada senyuman ataupun kebahagiaan. Selepas kejadian-kejadian yang Echa alami Raden masih memberi nya satu masalah lagi, pemuda itu mengancam akan menghancurkan usaha Ibu nya yang menjadi topangan kehidupan ia dan ibu nya.

"Gue gak takut sama ancaman elo. Liat aja besok!" Kukuh Echa.

🌞🌞🌞

Mentari terasa memeluk tubuh jangkung Raden, Hangat seperti pelukan seorang Ibu. Tanpa sadar Raden menyungging senyum. Sudah hampir 15 menit ia berdiri di balkon kamarnya menikmati mentari yang semakin lama semakin menampakan diri nya.

"Sudah waktu nya."

Pemuda itu melangkahkan kaki jenjang nya menuju kamar mandi untuk melakukan ritual pagi nya.

Setelah 30 menit Raden sudah rapi dengan seragam sekolah nya dan lagi-lagi tanpa atribut sekolah.

"Raden sarapan dulu sayang," tawar Diana yang melihat Raden dari arah dapur namun Raden lagi-lagi mengabaikan nya.

"Nyon..." Seru wanita separuh baya yang menjadi pembantu di rumah.

"Gak papa bi... Saya yakin Raden akan kembali seperti dulu lagi." Ucap Diana meyakinkan pembantunya.

"Yaudah nyon saya siapin susu dulu," Pamit nya.

Dia hanya berdeham dan kembali melanjutkan aktifitas nya.

"Morning Mom...." Ucap Radit dengan suara cukup melengking.

"Radit suara kamu uda kayak mas-mas tukang bakso aja." Tegur Diana.

"Heheh...." Cengir nya tak berdosa dan segera mengambil beberapa helai roti dan memberi nya selai coklat dengan porsi ekstra.

"Radit jangan terlalu banyak makan selai, Kamu tau itu tarlalu banyak mengandung gula." Tegur Diana dan mengambil alih toples selai coklat tersebut.

Radit hanya memanyunkan bibir nya tanpa minat menanggapi ucapan Diana.

Hening cukup lama hingga kepala keluarga muncul dan memecahkan keheningan.

"Pagi semua," sapa Regan dengan suara bazz nya.

"Pagi Pa," Jawab Radit antusias.

semangat sekali kamu nak.

"Raden belum bangun?" Tanya Regan.

"Uda berangkat Pa," jawab Radit sembari mengunyah makanannya.

"Tumben tuh anak berangkat cepat." Heran Regan menautkan kedua alisnya.

"Bagus dong, arti nya ada kemajuan untuk anak kamu," sahut Diana.

"Anak itu gak akan berubah, dari dulu dia selalu nyusahin" Seru Regan santai.

"Pa___" Kesal Radit "Papa tau kan kalau Raden itu gak seburuk yang Papa kira" Ujar nya membela.

"Sudahlah Radit jangan merusak suasana."

"Papa yang merusak suasana! Radit berangkat Ma." Ucap nya kemudian melangkah meninggalkan meja makan dan menuju pintu utama.

"Radit jaga sikap kamu!" Gertak Regan.

Radit berpura-pura tak mendengarkan ucapan Papa nya. Sebenarnya Radit ingin membantah semua keinginan Papa nya, ia bosan jika harus mengikuti kemauan Papa nya. Radit harus ini Radit harus jadi penerus perusahaan Radit harus menjadi juara umum Sekolah Radit jangan terlalu sering keluar Radit apa ini kenapa nilai mu turun.

Ah mengingat itu semua membuat Radit muak, ia iri dengan Raden yang bebas bisa melakukan apa pun tanpa ada nya kata JANGAN.

Radit mengecek pergelangan tangan nya dan melihat waktu masih menunjukan pukul 6.30 pagi. Ia segera mengeluarkan mobil hitam nya dari dalam garasi. Mobil yang menjadi hadiah saat ulang tahun nya yang ke 17 tahun lalu saat ia masih kelas 2 SMA saat itu ia merasa sangat senang dan bangga namun Radit tau setiap pemberian dari Papa nya pasti harus ada imbalannya.

Radit melesat dengan mobil hitamnya. Sedangkan dilain tempat Raden tengah menahan emosi nya.

"Tunggu gue Cha," Desisnya.

15 menit lalu ia sampai di pekarangan rumah Echa sekitar 5 menit ia menunggu dan kemudian seorang wanita mendatangi nya Raden tau itu orang tua Echa dan wanita itu mengatakan bahwa Echa sudah berangkat sekolah pagi sekali dengan alasan ada tugas yang harus diselesaikan.

Dengan perasaan geram Raden mengendarai motor nya dan menuju ke suatu tempat yang sudah diyakini nya bahwa Echa berada disana.

☘☘☘

"Cha elo balik lagi?" Ucap Rara dengan mata sedikit melebar, baru saja ia sampai di depan pintu kelas dan mendapati Echa tengah duduk dikursi nya dengan buku tebal ditangan kiri nya.

"Ini kan sekolah gue." Sahut Echa.

"Serius?? Gue seneng banget sahabat gue balik lagi lo tau gak gue kesepian tanpa elo. Oyah jadi gimana sama pertukaran siswa dari sekolah baru elo?" Tanya Rara setelah meletakan tas punggung nya diatas meja.

"Pertukaran siswa?" Heran Echa.

"Iyah guru-guru pada bilang kalau sekolah kita lagi ada sesi pertukaran siswa dan elo yang jadi kandidat nya," Jelas Rara.

"Demi apa?!" Tanya Echa dengan suara nyaring.

"Iihh kuping gue__" Kesal Rara sembari mengusap kedua telinga nya yang sedikit berdengung.

"Hehe sorry," Ucap Echa dengan cengiran.

"Iyah elo ditukar gitu lah dan lo liat murid cowok dipojok sana yang pake kacamata nah dia murid tukarannya." Jelas Rara dan menunjuk siswa yang dimaksud, Echa mengikuti arah pandang Rara dan mengangguk paham.

"Jadi kenapa elo ada disini?" Tanya Rara.

"Lo gila gu__"

"Cha ayo balik," Ujar Raden memotong ucapan Echa.

Kedua mata Echa bulat sempurna, baru setengah jam ia bernafas lega dan kini ia dihadapkan dengan pemuda gila itu lagi.

"Echa salah jalan yah atau belum terbiasa sama sekolah baru nya?" Tanya Rara polos pada Echa.

Echa melotot kearah Rara, bagaimana mungkin Echa memiliki sahabat setolol itu.

"Cha ayo balik." Ulang Raden dengan suara lembut.

Siapa sangka dibalik kelembutan suara Raden tersimpan rencana busuk untuk Echa.

"Kamu pacar mendadak nya Echa kan? Kenalin gue Rara sahabat Echa," Ucap Rara yang entah sejak kapan sudah berdiri disamping Raden dan mengulurkan tangan nya. Mau tidak mau maka Raden membalasnya.

"Raden," Seru nya dengan senyum tipis.

"Udah gih Cha kasian Raden nya jauh-jauh jemput elo. Lain kali diingat kalau elo uda gak sekolah disini lagi." Titah Rara dengan sedikit memperingati.

Demi apa? Echa meremas kedua sudut rok nya untuk meredam kekesalannya.

"Rara bego banget sih," Gumam Echa,kesal.

Rara masih berdiri disamping Raden yang tengah menunggu pergerakan dari Echa namun Echa tak kunjung beranjak dari kursi nya.

"Cha elo mau Raden yang gendong elo kayak kemaren lagi yah baru elo mau pergi?" Celetuk Rara.

Raden melipat kedua tangan nya di depan dada dan memberikan senyuman pada Echa.

Dan Echa lagi-lagi harus mengutuk Rara dalam hati. Echa tak mau dijadikan bahan tontonan maka ia segera beranjak dari kursi nya dan melewati Rara dan Raden begitu saja.

"Gue duluan yah." Seru Raden meninggalkan kelas itu.

"Iya hati-hati jagaian temen gue yah jangan di jahatin." Sahut Rara dengan sedikit kencang.

"Echa gue bakal rindu elo!" Teriak nya pada Echa yang sudah menjauh.

"Rindu pala lo petak, " Gumam Echa yang masih mendengar ucapan Rara, merutuki sahabatnya dalam hati.

"Sayang mau coklat atau boneka?" Tanya Raden yang tiba-tiba sudah disamping nya.

Echa menghentikan langkah nya sejenak dan memandang mata Raden. Kelam tak terlihat sisi baik dari mata itu. Echa menelan selavi nya dengan susah payah.

"Coklat atau boneka?" Tanya Raden untuk kedua kali nya dengan senyum miring dibibir nya.

Haii gaes 😁😁Kalau kalian disuruh milih kalian pilih coklat atau boneka...

Hayo jawabb....😚😚😚

Jangan lupa vote dan komennya

See youu😚😚😚