READY!!!
Kuy vote dulu:v
"Senyaman pelangi sehangat mentari, kau hadir seperti mimpi dan pergi dengan penuh kesakitan"
❄Blue Ra❄
"Bego!! Elo bener-bener bego Den!" Gertak fadil emosi sedangkan Raden hanya memandang nya tanpa minat.
"Gak seharus nya elo ngomong gitu ke cewek itu Den. Elo harus sadar kalau dia bukan Dara." Timpal Rido setuju dengan ucapan Fadil.
Keempat remaja itu sedang berkumpul di basecamp mereka, Rifqi sedari tadi hanya menjadi pendengar ia membiarkan mereka menghakimi Raden terlebih dahulu.
"Dia Dara dan gue yakin seratus persen!" Sahut Raden dengan nada tinggi, siapa pun tak akan mampu merubah apa yang Raden katakan jika A maka A.
"Den!" Rido mengerang frustasi.
"Do," Itu suara Rifqi "kasih Raden waktu, mending kita cabut." Tak menunggu persetujuan Rido dan Fadil pemuda berkulit kuning langsat itu beranjak meninggalkan basecamp itu.
Rido menyambar tas hitam nya dan segera menyusul Rifqi sementara Fadil masih setia memandangi Raden.
"Gue harap elo bisa buka mata dan hati elo, inget dari dulu Dara cuma anggap elo sahabat nya. Gue cabut."
Sepeninggal ketiga sahabatnya ruangan tersebut menjadi sangat sepi dan terasa hampa. Ucapan Fadil menampar Raden secara serkas.
"Raden itu sahabat sejati nya Dara, jangan tinggalin Dara yah!!"
Suara gadis itu mengiang kembali di kepala Raden. Dara hanya menganggap nya sahabat namun pemuda itu tak ingin hanya sebatas sahabat. Andai saja, andai saja diri nya berada di posisi pemuda itu pemuda yang amat dicintai oleh Dara.
"Ra Raden tau kamu pasti kembali untuk aku kan?" Raden menyandarkan tubuh nya kepala nya sedikit sakit mengingat masalah yang tengah ia hadapi.
🥀🥀🥀
Angin malam tak membuat gadis itu terusik, sudah hampir sejam ia duduk di atas ayunan yang terpasang dihalaman rumahnya. Ingatan nya kembali pada kejadian beberapa jam lalu, kesal sekaligus bingung hanya itu yang ia rasakan.
"Anak ibu kenapa?" Suara Lyla menyadarkan lamunan Echa, sebenarnya ia sudah menyadari perubahan anak nya sejak tadi sore.
"Ada masalah? Mau cerita?" Tanya Lyla lembut kemudian ikut mendaratkan tubuh nya disamping anak semata wayang nya.
"Ibu percaya kalau manusia punya tujuh kembara di dunia ini?" Tanya Echa membuka suara.
"Tentu, dulu ada teman ibu yang menemukan wajah serupa dengan diri nya padahal mereka bukan saudara atau pun saling kenal," Lyla mulai menceritakan pada putri nya bahwa bisa saja di dunia ini ada manusia yang wajah nya sangat mirip meskipun mereka bukan saudara kandung dan tak saling kenal sama sekali.
"Ibu tau cowok yang beberapa hari ini datang kerumah?"
"Hm,"
"Dia bilang wajah Echa mirip sama gadis nya yang uda meninggal" Lirih Echa sembari menyandarkan kepala nya dibahu Lyla.
"Lalu?"
"Dia minta Echa untuk selalu disamping nya karena dia yakin kalau Echa adalah gadis nya yang hilang." Echa semakin murung, entah mengapa dada nya terasa sesak jika Raden berbuat seperti itu pada nya.
"Anak ibu lagi jatuh cinta yah?" Goda Lyla sembari mengusap surai Echa dengan lembut.
"Bu!" Pekik Echa mengangkat kepala nya dan memandang ibu nya dengan kesal.
Lyla terkekeh.
"Bantu dia, masa lalu masih menghantui nya mungkin saja ada sesuatu yang membuat nya tak bisa melupakan gadis itu ntah itu penyesalan atau pun luka." Jelas Lyla kemudian beranjak meninggalkan putrinya.
"Orang yang terlihat keras merupakan orang yang selalu rapuh jika sendirian dan ibu yakin kalau pemuda itu anak yang baik," Lyla tersenyum hangat sebelum benar-benar melangkahkan kaki nya memasuki rumah mereka.
Echa terhenyuk haruskah ia mencari tau masalah apa yang menimpa Raden? Ahh! Ntah lah.
Gadis itu mengacak rambutnya frustasi kemudian berlari memasuki rumah.
***
"Raden itu kesatria nya Dara dan Dara itu putri Raja jadi Raden harus lindungi putri Raja yah," Gadis itu mengayunkan tangan nya yang sedang di genggam oleh Raden.
"Apa pun buat tuan putri." Ucap Raden dengan manis.
Gadis itu tertawa, meskipun mereka masih berstatus pelajar mereka tak sungkan jika harus bergandengan tangan.
"Bentar lagi kita lulus, Raden mau masuk di SMA mana?"
"Dimana pun itu asalkan bareng Dara," Sahut nya dengan senyum manis.
"Lucu banget sih." Gadis itu menoel hidung mancung Raden.
Mereka berjalan menelusuri jalanan kota dengan seragam lengkap. Tak jarang mereka mendapatkan tatapan merendahkan dari orang yang berlalu lalang.
"Anak muda jaman sekarang masih SMP uda pacaran."
"Duh dek masih kecil jangan pegangan terus, belom muhrim"
Dan bla bla bla...
Namun Raden dan Dara tak memperdulikan ucapan mereka, selagi mereka tak mengurangi nasi di rumahnya kenapa harus repot-repot menasehati.
"Orang tua kamu masih suka marahin kamu?" Dara memandang Raden menunggu jawaban.
Pemuda itu tersenyum kecut, "enggak kok."
"Jangan bohong Aden!!"
"Kalau marah artinya sayang Ra jadi aku harus terima." Seru Raden meyakinkan gadis nya bahwa ia tak apa-apa.
"Sayang apa nya yang tega biarin anak sendiri tidur diluar semalaman," Kesal Dara, ia masih ingat seminggu lalu Raden terserang demam tinggi karena tidur diluar semalaman dan itu merupakan hukuman yang diberikan oleh orang tua Raden karena pemuda itu ketahuan membolos dan pulang terlambat.
"Mama kamu gak belain kamu?"
Raden menggeleng, Mama nya sangat takut jika papa nya sudah marah besar dan kakak nya hanya bisa memandang nanar tanpa niat menolong nya jika Raden tengah mendapatkan hukuman dari Regan.
"Aku bakal belain kamu kalau sampe kamu dihukum lagi cuma karena kesalahan kecil" Tegas gadis itu.
"Ra kesalahan aku gak kecil aku___"
"Kamu bolos karena kamu telat masuk gara-gara nolongin kakek-kakek itu dan kamu telat pulang karena kamu harus bantuin mang dodo jualan supaya kamu dapet penghasilan sendiri kan. Aku tau itu."
Memang benar Raden harus bekerja untuk menambah uang saku nya, papa nya selalu tak memberi nya uang saku karena nilai-nilai nya yang sangat buruk dan Mama nya tak mampu berbuat apa-apa.
"Dara sayang Raden jadi Raden jangan mau disakiti terus," Ujar gadis itu dengan mata berkaca-kaca.
Langkah Raden terhenti dan memandang gadis itu dengan lembut.
"Iyah Raden gak akan disakiti lagi kok, kalau Raden sakit kan ada Dara untuk obatnya."
Semburat merah terlukis di pipi gadis itu, rasanya malu jika Raden mengucapkan kata-kata manis untuk nya.
"Dara, Raden rindu." Pemuda itu terduduk lemas di atas lantai kamarnya, memori masalalu kembali berputar mengisi kepala nya, dua tahun tidak cukup untuk melupakan gadis nya. Raden menatap nanar pada sekumpulan foto yang ada di sisi dinding kamarnya. Tangan pemuda itu terulur menyentuh salah satu foto gadis dengan seragam SMP.
"Dara selalu cantik, tapi kenapa wajah Dara ada sama cewek itu Raden makin gak bisa lupa sama Dara, Raden rindu Dara," lirih nya tanpa sadar cairan bening mengalir dari sudut mata nya.
Saat semua orang mengatakan jika diri nya kejam dan egois mereka tak tau saja jika Raden adalah orang yang paling menderita jika sendirian. Hampa dan sunyi hanya dua kata itu yang menemani Raden selama dua tahun ini. Akan kah diri nya bisa berenang dan keluar dari gelap nya dasar laut? Atau ia akan menunggu uluran tangan seseorang untuk membantu nya keluar dari kegelapan? Ntah lah Raden tak tau.
See you🌿🌿🌿
Jangan lupa vote ❤❤