Chereads / Before a go / Chapter 12 - Bab 12: Pelampiasan

Chapter 12 - Bab 12: Pelampiasan

"Aku belum cukup kuat untuk mengungkapkan masa lalu ku"

🌿Raden Angkasa🌿

Jantung Echa berdebar dua kali lebih cepat, Raden mengendarai motor nya dengan kecepatan sedang pikirannya sedang melayang jauh entah kemana. Tepat setelah Raden muncul secara tiba-tiba Pemuda itu segera membawa Echa meninggalkan kedua temannya yang masih bertanya-tanya tentang Echa.

Gadis itu mengeratkan pegangannya pada seragam Raden yang berkibar tertiup angin, ia semakin was-was saat motor Raden membawa nya ke jalan yang cukup sepi.

"E-lo jangan macem-macem!" Ancam Echa gugup.

Raden masih belum bersuara, pemuda itu semakin melajukan motornya. Lima menit kemudian Raden tiba ditempat tujuan, kaki jenjang nya melangkah menuju salah satu kursi kayu yang tersedia di tepi Danau.

Raden membuang nafas gusar, perasaan nya berkecamuk haruskah ia meluapkan emosi nya dan semakin membuat gadis itu takut akan diri nya atau ia harus menahan sakit itu sendirian.

Gadis itu memandang punggung Raden yang membelakangi nya, terdapat rasa empati di lubuk hati nya. Seperti ada beribu beban yang dipikul pemuda itu.

"Sini Cha." Lirih Raden bersuara, meskipun sangat pelan namun gadis itu dapat mendengarnya.

Echa sedikit ragu mengingat perlakuan Raden beberapa jam lalu pada nya membuat nya kembali takut namun hati nya berkata bahwa ia harus selalu berada di dekat pemuda itu.

"Elo gak mau macem-macem kan?" Tanya Echa waspada.

Raden menatap Echa dengan sorot sendu sebagai jawaban.

"Maaf buat yang tadi, gue emang iblis. Gue anter elo pulang," seru nya kemudian beranjak dari duduknya.

Echa segera mendekati Raden dan memilih duduk di kursi kayu tersebut.

"Sini duduk." Titah nya menepuk bagian kosong disampingnya.

Raden menurut dan duduk disamping gadis itu dengan jarak sejengkal.

"Soal tadi, gue uda maafin elo," Echa merupakan tipe gadis yang tidak ingin memperbesar kan masalah, melihat penyesalan dalam mata Raden sudah cukup bagi Echa.

"Thanks,"

"Gue mau nanyak sesuatu," ujar Echa gugup.

"Enggak sekarang, bisa?" Sahut Raden datar, kembali lagi deh sikapnya.

"Kenapa?" Sanggah Echa kesal.

Raden menarik nafas kemudian membuang nya dengan kasar. Pemuda itu mengepalkan kedua tangan nya hingga urat-urat nya menonjol, sebesar itu amarahnya jika mengingat akan masa lalu.

Melihat perubahan raut wajah Raden gadis itu memilih bungkam.

"Sorry gue belum siap," Echa memandang Raden dengan penuh takjub, tidak seperti perkiraan nya gadis itu pikir Raden akan memaki nya atau menghajar nya. Huu lebay deh.

"Gue tunggu sampek elo siap buat cerita, tapi tolong kasih tau gue kenapa elo buat hidup gue berantakan?" Echa mulai mengungkap apa tujuan pemuda itu yang selalu mengincarnya.

"Gue suka sama elo." Sahut Raden santai.

Sorry batin nya, bohong besar jika Raden menyukai Echa nyata nya hingga saat ini ia masih menganggap Echa adalah Dara nya yang muncul kembali.

"Ck. Gak masuk akal," Serka Echa " Gak mungkin elo mengklaim gue sabagai milik elo tanpa maksud dan tujuan lain." Timpal Echa mulai tersulut emosi.

"Wajah elo mengingat kan gue akan dia," Jujur Raden, percuma saja ia berbohong.

Echa menganga mendengar jawaban Raden, dia pikir dia siapa.

"Jadi maksud elo," Echa menghadap Raden sepenuhnya" Jangan bilang kalau Dara ada hubungan nya dengan ini." Sambung Echa, Raden tak bergeming mengapa semuanya harus terbongkar secepat ini.

"Iyah," Singkatnya.

"Bajingan elo yah!" Echa tertawa hambar, entah mengapa rasa sangat sakit diri nya dijadikan mainan oleh pemuda itu.

"Gue emang bajingan Cha," Raden menundukkan kepala nya, seperti de juve seseorang pernah mengatakan ini pada nya beberapa tahun lalu.

Echa masih menunggu ucapan Raden selanjutnya.

"Dara satu-satu nya harapan gue di dunia ini saat orang tua gue gak peduli akan gue. Dara selalu ada saat gue jatuh Dara selalu bilang sama gue kalau gue gak sendiri dan gue berhak bahagia." Raden merasakan dada nya sedikit sesak, bagaimana dengan Echa yang mengetahui bahwa diri nya sebagai bahan pelarian.

"Dara ninggalin gue dua tahun lalu," Rasa sesak semakin men dominan.

"Gue bukan Dara." Ujar Echa datar.

Raden dengan berani menggenggam kedua tangan Echa.

"Gue tau Cha!! Gue tau elo bukan Dara. Tolong tetap disisi gue setidak nya gue bisa liat wajah Dara dalam diri elo." Cicit nya.

Bomm Bayah.

Hati Echa seperti dihantam balok yang begitu besar, bagaimana mungkin seseorang menyuruh nya untuk tetap disisinya hanya karena wajah nya mirip seperti gadis masa lalu nya. Ayolah bagaimana pun juga jika terus-terusan bersama benih cinta akan tumbuh dan Echa tak ingin jika ia jatuh dalam lautan cinta Raden sementara pemuda itu menganggap nya bukan lah diri nya sendiri.

"Gak usa ngaco, gue bukan Dara. Permisi gue mau balik." Merasa kesal dengan ucapan Raden Echa segera meninggal kan pemuda itu sendirian di tepi Danau.

Raden tak mencegah Echa ia sadar mungkin gadis itu butuh waktu. Eh oon gadis mana yang mau di sisi elo sedangkan elo nganggap dia orang lain nyadar dong Raden.

"Neng pacarnya kok ditinggalin ntar diambil duyung loh," Seru salah satu pemancing di Danau itu.

"Bodoamat pak!" Ketus Echa masih melanjutkan langkahnya.

"Elah anak muda jaman sekarang kalau ngambek pada lucu-lucu " Ujar bapak tersebut dengan geleng-geleng kepala.

Raden memilih memejamkan mata nya dan menikmati angin yang menyapu permukaan kulit nya.

"Dara, Raden rindu" Lirih nya.

Selamat malam readers❤❤

Menurut kalian kalau ada cowok kyk Raden bakal kalian apain? Bakar hidup-hidup atau diungkep dulu setelah itu dibakar🤣

Terserah kalian deh aku mah apa atuh.

Jangan lupa boom koment ntar bakal dapat balasan spesial dari aku😘😘😘

See youu