Brakk....
"LO APAAN SIH!!!!" Ujar Echa dengan penuh penekanan, dada nya naik turun menahan amarah dalam diri nya.
Mata elang Raden mampu menembus retina coklat Echa.
Ruangan yang dominan dengan warna putih dan biru kelam menjadi penengah diantara mereka. Beberapa vas serta hiasan rumah berubah menjadi kepingan benda yang berbentuk abstrak. Sudah hampir 20 menit Raden terus membanting setiap barang yang ada di hadapannya dan Echa, gadis malang itu menjadi penonton bisu yang menyaksikan kegilaan Raden.
"Berapa kali harus gue bilang, Elo turutin apa mau gue atau elo akan terima akibatnya." Desis Raden.
"Elo ngerusak masa depan gue, gue mau hidup tenang tanpa ada penekanan dari elo. Paham!" Sulut Echa.
"Shit!! Bisa gak lo gak usa bantah ucapan gue?"
"Gue punya mulut dan mulut gue buat bantah ucapan el__"
Ucapan Echa terputus karena benda kenyal yang baru saja mendarat di bibir nya. Mata Echa membulat sempurna setelah menyadari bahwa Raden telah mencium nya.
"SETAN LO!" pekik Echa dan memukul tubuh Raden secara membabi-buta.
"Ciuman pertama gue!!!! Balikin gue gak ikhlas, kasian calon suami gue kalau tau dia bakal dapet bibir bekas. Elo gak mikir ya setan!" Rutuk nya masih terus menyerang Raden.
"AGRHHH. Diem gak lo," Ancam Raden.
Echa mundur dua langkah, wajah Raden tidak berbeda jauh dengan tokoh film horor yang pernah Echa tonton. Sangat menyeramkan.
"Buatin gue makanan gue laper!" Titah nya dan kemudian meninggalkan Echa begitu saja.
Echa merutuki Raden yang berbuat seenaknya.
"GUE BUKAN BUDAK ELO!" Teriak Echa.
Raden menunda langkah nya kemudian memutar tubuh nya tepat menghadap Echa.
"Lo bikin makanan atau elo yang gue makan? Masak apa aja yang ada di kulkas dan panggil gue setelah siap." Terang nya lalu kembali melanjutkan langkah nya yang tertundah.
"Agrhh__" Echa memukul kepala nya beberapa kali karena pusing dengan situasi yang dihadapinya.
Raden membanting tubuh jangkungnya diatas kasur king size nya, dengan seragam yang masih lengkap membuat nya merasa sedikit risih. Pemuda itu melangkahkan kaki nya menuju lemari pakaian dan mengambil sehelai kaus hitam serta jeans selutut nya yang berwarna senada.
5 menit Echa mengamati ruangan yang di sebut dapur oleh Raden.
"Gak yakin gue kalau tuh cowok gila yang beresin semua ini, pasti dia sewa pembantu buat ngurus apartemen ini." Ujar Echa pada diri sendiri.
Gadis itu tak percaya jika pemuda gila seperti Raden merawat rumah serta dapur sedemikian rapi dan terbilang cukup unik.
"Uda selesai?" Ucap Raden.
Lamunan Echa buyar karena suara bass milik Raden. Ruang dapur sengaja tak diberi sekat oleh sebab itu orang yang berada di ruang tv bisa berkomunikasi dengan orang yang di dapur.
"Gue belum mulai!" Sulut Echa.
"Lelet," Gumam Raden dan memilih menonton acara di tv daripada harus beradu mulut dengan Echa.
Echa juga tak mau membangunkan singa kelaparan maka dari itu ia bergegas memasak apa saja yang bisa ia masak. Beruntung lah Ibu nya selalu memaksa Echa untuk berlatih masak jadi ia tak perlu mencari resep melalui google.
"Cuma ada telur sama wortel lo mau gak gue buatin omelette?" Seru Echa masih terus mengacak isi kulkas Raden barang kali ia menemukan bahan masakan lainnya.
"Terserah elo triplek." Sahut Raden malas.
"Apa lo bilang?" Sadar akan ucapan Raden yang mengganjal membuat nya menghentikan aktifitas nya.
"Lanjutin atau elo yang gue makan," Ketus Raden.
Echa menggerutu dan kembali melanjutkan acara memasaknya.
Sedangkan Raden secara diam-diam ia memperhatikan tiap inci pergerakan Echa. Kenapa kalian begitu mirip batinya.
Gadis itu tak sadar jika dirinya tengah diperhatikan, tangan mungil Echa senantiasa bergerak dengan lincah diatas penggorengan. Tak butuh waktu lama Echa selesai dengan aktivitas nya.
"Sentuhan terakhir, saus tomat," Ujar nya semringah.
"Woy lama amat sih," Ucap Raden dari ruang tv.
Echa membawa satu piring yang berisi beberapa omelette buatannya disertai dumelan yang tentu saja ia tujukan untuk Raden.
"Nih!" Ketus nya sembari meletakan piring tersebut diatas meja yang berada tepat di depan Raden.
Raden menaikan sebelah alisnya.
"Ini doang?"
"Lo liat kulkas lo gak ada isi nya." Seru Echa kemudian mendaratkan bokong nya di salah satu sofa yang sedikit jauh dari Raden.
Raden tak mau bersuara lagi, cacing perut nya sudah berdemo ria menuntut ingin diberi makan. Suapan demi suapan Raden lalui dengan senyap, tak ada perdebatan seperti sebelumnya. Hingga suapan terakhir Raden masih belum menunjukan keinginannya untuk bicara.
"Bdw, ini apartemen siapa?" Tanya Echa menatap intens pada Raden.
"Lo mau bunuh gue, ambilin gue air!" Titahnya.
"Lo tuh!" Mata Echa hampir keluar melihat tingkah Raden yang menjadikannya seorang pelayan.
"Oo... Atau elo aja yang gue minum," Seru Raden dengan nada menggoda.
Echa tak mengerti arah bicara Raden, karena tak mau berdebat lagi dengan manusia iblis itu maka Echa segera menuju dapur dan mengambil air mineral seperti permintaan Raden.
"Nih." Echa menyodorkan botol air mineral kearah Raden dengan sedikit kesal.
"Lembut sikit kek,"
"Jadi ini apartemen siapa?" Ulang Echa untuk kedua kalinya.
"Duduk dulu, gak sopan bicara sambil berdiri."
Ah sejak kapan seorang Raden memperdulikan kesopanan.
"Oke fine, jadi jawab pertanyaan gue."
"Yang mana?" Sahut Raden dengan tampang bodoh.
"Agrhh...." Gadis itu menggerang menahan emosinya, bicara dengan seorang Raden membuatnya harus banyak bersabar.
"Ini apartemen milik gue, setiap kali gue males di rumah maka gue bakal kesini. Dan bisa dibilang ini rumah ke dua gue." Jelas Raden.
Echa mengangguk tanda mengerti, entah mengapa ia dapat melihat titik kesedihan dalam manik hitam itu.
"Apa yang buat elo males di rumah?"
"Harus banget gue kasih tau?" Ketus nya.
Jika sudah begini Echa lebih memilih diam daripada harus memulai berdebat kembali dengan Raden.
"Gara-gara elo gue harus bolos," Ujar Echa.
"Ini hukuman buat elo karena uda kabur dari gue!"
"Gue gak kabur, itu sekolah gue." Elak Echa.
"Harus gue ulang berapa kali lagi?" Sinis Raden dengan nada dingin.
"Elo tuh__"
Bibir Echa kembali merasakan benda kenyal dan basah itu, namun kali ini bukan sekedar sentuhan melainkan sedikit di sertai lumatan. Semakin lama Echa semakin terbuai dengan rasa yang menggelitik dalam dirinya.
Kedua mata Echa terpejam dan Raden semakin memperdalam ciuman nya.
"Sorry gue kelepasan." Sesalnya dan tanpa pikir panjang Raden meninggalkan Echa diruang tv sendirian.
Kesadaran Echa kembali terkumpul.
"Gue ciuman?" Gumamnya meraba bibirnya sendiri yang terasa sedikit basah. Perasaan apa ini?
"Bodoh. Kenapa gue harus cium tuh cewek," rutuk Raden dengan mengacak surai hitamnya.
Raden merebahkan tubuhnya di atas kasur king size nya guna meredam kan debaran jantungnya. Bagaimana mungkin gadis kayak elo bisa buat gue Deg-degan batinya.
Raden sudah sering berciuman dengan gadis lain namun dengan Echa rasa nya sangat berbeda. Saat pertama kali Raden mengecup bibir Echa ia merasakan sensasi yang berbeda dan membuat ia ingin terus merasakan bibir mungil itu.
"Aghrr...shit!"
Segini dulu yah😉😉😉
Ada yg dpt feel nya gak?
Kyk nya enggak deh:'(
Sedih aku tuhh..... Semangat buat diri aku:v