Sepulangnya Selir An dan kedua anaknya dari perjamuan kekaisaran, mereka kaget karena melihat Tuan Lu sudah lebih dulu datang kekediaman dan tengah menunggu mereka di lorong kediaman Lu dengan mimik muka yang tak bisa dibaca.
"Ayah, ada apa ?"tanya langsung Yu Xi pada ayahnya pasalnya ketika mereka bertemu diistana tadi mimik muka ayahnya tidak seperti ini
"Ayah, apakah ayah sakit"tanya Yu Xe lembut kepada Tuan Lu, biasanya ayahnya akan luluh jika mendengar suara lembutnya tapi kenapa sangat berbeda malam ini ??.. batin Yu Xe kebingungan begitu pula dengan Selir An yang menatap suami nya.
"Kalian pergi beristirahat, dan kau tetap disini ikut diriku"ucap Tuan Lu dengan suara beratnya dan langsung berjalan menuju arah lain dengan diikuti selir An dibelakangnya.
Setelah beberapa menit berjalan, sampailah mereka di halaman mawar yang tertutup rapat dengan beberapa penjaga.
"Apa maksudnya kejadian tadi siang !!..."tanya Tuan Lu dengan suara yang sedikit mulai meninggi.
"Tuu...tuan, selir ini tidak tau sama sekali, selir ini hanya merasa bahwa Nona Utama butuh penjaga yang lebih mampu karena sebentar lagi Nona Utama akan menikahi kediaman Qi Rui Wangye"jawab Selir An berusaha sebaik mungkin untuk tidak di curigai Tuannya ini.
Wajah selir An yang sudah beranak dua ini bisa dibilang masih terlihat kecantikan dewasa yang matang, bibirnya yang terlapisi rogue pemerah bibir sangat menggoda ketika ia mengerutkan bibirnya seakan merasa bersalah.
"Jangan membodohi ku !!! Seharusnya dirimu berfikir jika kita sampai menggores tubuh gadis itu dan meninggalkan bekas ... kau tau apa konsekuensinya ??!!... ditambah dirinya juga seorang buruk rupa !!! Apa kau ingin melemparkan kotoran pada muka dan kediaman ini !!!"kata Tuan An mengeluarkan amarahnya.
"Tuu...Tuan maafkan aku kali ini ... aku hanya tidak ingin dimasa depan kita dirugikan oleh anak itu hiks hiks ...."jawab Selir An dengan wajahnya yang menderita memikirkan masa depan keluarga nya nanti.
"Apa maksudmu ?"tanya Tuan Lu.
"Jika kita tidak dari sekarang membuatnya tau dirinya harus tunduk pada siapa, selir ini takut jika ia dimasa depan semena-mena dengan kita hanya dengan jabatannya sebagai Qi Rui Wangfei... dan lagi kaisar sudah pasti tidak senang dengan keluarga kita karena secara bersamaan ditahun yang sama menerima sebuah hadiah pertunangan secara bersamaan dengan menantu yang sehebat langit.... bukankah itu akan menimbulkan rasa tidak suka yang semakin menjadi-jadi untuk kediaman Lu.... dan anda Tuan ku... aku sangat mencintai dan menyayangi anda... aku tak ingin anda berperang sendirian dengan para mentri dan orang yang punya niat buruk dengan anda dan kediaman Lu ini"jawab selir An dengan lembut dan perhatian... aku juga tak ingin dimasa depan Yu Xe dan juga kami harus memberi hormat padanya, batin selir An tidak suka.
"Benar .... benar sekali kata-kata mu selir An ... aku juga tak bisa melepaskan menantu masa depan yang bisa menjadi dukungan kuat untuk kediaman ini .... dimasa depan juga akan banyak kehormatan untukku ... hahaha selain itu aku bisa berkata kepada kaisar bahwa anak itu bisa menjadi mata-mata hidup yang ditanam kerajaan Li serta kita bisa melihat perkembangan kerajaan Qi itu seperti apa .... disamping itu aku juga tak perlu takut jika Qi Rui Wangye bosan bukankah dia akan langsung dibunuh ...."ucapan Tuan Lu membuat sinar mata Selir An menjadi gembira karena tanpa dirinya harus bersusah payah gadis itu akan mati dengan sendirinya dan sebagai kompensasi atas kematiannya itu sangat menguntungkan juga untuk kerajaan ini karena dengan begitu kaisar punya cara agar kerajaan Qi tunduk dengan memanfaatkan celah itu.
Tuan Lu yang hatinya buta akan kebencian yang tak masuk akal dihatinya menjadi senang dan berfikir bahwa seseorang yang patut dan harus bertanggung jawab atas kematian istri tercintanya adalah So Ah.
Dulu istrinya sangat mendambakan seorang anak, sampai saat istrinya, Nyonya Mei setelah mengetahui bahwa dirinya sendiri sedang hamil ia menjadi amat sangat senang. walaupun disatu sisi lain ia punya tubuh lemah. Tuan Lu yang melihat istrinya itu membuatnya sangat kesakitan tapi ia senang melihat istrinya senang.
Sampai suatu hari, istrinya jatuh bersimbah darah di halamannya dan hampir keguguran, dirinya semakin kalut apalagi diagnosis dari tabib yang memeriksa istrinya berkata bahwa dia harus memilih antara bayinya atau istrinya dan tentu saja ia lebih memilih istrinya. Sang tabib berkata seperti itu karena tubuh Nyonya Mei sangat lemah dan akibat ia terjatuh tubuhnya menjadi tidak stabil apalagi ditambah kehamilannya yang sudah pasti nyawanya akan terus terancam jika dibiarkan secara terus menerus.
Setelah mendengar ucapan tabib, Tuan Lu bersikeras untuk membunuh janin Nyonya mei tapi ia tal berhasil dan hanya berakhir perdebatan hebat antara dirinya dan istrinya itu.
Selama sembilan bulan kehamilan istrinya itu, ia juga senang mendengar bahwa selir An juga mengandung dan itu sudah cukup untuk membuatnya bertekad membunuh janin yang ada diperut Nyonya Mei.
Nyonya mei yang melihat suaminya seperti itu hanya bisa menangis diam-diam dan akibat kekeraskepalaannya suaminya tak pernah mengunjunginya. Ia hanya sendiri di halaman sakura, memikirkan tingkah Suaminya yang ingin membunuh darah dagingnya sendiri yang bahkan harimau yang buas pun takkan punya pemikiran itu sudah cukup membuat batinnya perih.
Sampai sekitar dua bulan menjelang persalinannya ia pulang ingin mengunjungi keluarganya. Tapi hal itu pupus ketika ia merasakan sakit yang menjerat didalam perutnya dan ia terjatuh lagi dengan genangan darahnya sendiri.
Tuan Lu yang mendengar bahwa istri sahnya akan melahirkan menjadi pucat pasi, tapi ketika ia datang dan mendengar suara jeritan bayi yang melengking dari dalam bilik kamar hatinya meleleh penuh kekhawatiran.
Dan semuanya tepat terjadi didepan matanya, istri nya meninggal demi anak ini.
Setiap melihat sosok bayi ini yang ada dalam pikiran Tuan Lu bukanlah kasih sayang melainkan rasa benci dengan iblis kecil yang mengambil nyawa ibunya sendiri.
Dan kembali kemasa sekarang, melihatnya tumbuh itu sudah cukup menanamkan banyak kebencian didalam hatinya apalagi ditambah bahan bakar oleh selir An yang secara bertahap selir An tanamkan pada diri Tuan Lu membuatnya buta akan darah dagingnya sendiri dan hanya menganggapnya duri dalam daging yang ingib cepat dibuang dan disingkirkan.
"Baiklah Tuan, sekarang ini sudah larut sebaiknya anda beristirahat"ucap Selir An dengan nada menggoda pada Tuan Lu dan kemudian hanya terdengar suara penuh kesenangan duniawi yang keluar dari bilik kamar dihalaman Mawar itu.
Dihalaman Sakura, Xuan yang duduk dikursi dekat jendela yang sengaja ia buka lebar-lebar membiarkan semilir angin malam memasuki ruangan itu dengan sinar rembulan yang merembes masuk.
Kesal mendengar suara-suara manusia yang sedang dalam kesenangan duniawi kurang ajar itu ditelinganya, ia secara langsung membuat sebuah benteng gaib tipis di sekitar halaman sakura demi mencegah suara itu masuk dan mengotori telinga agungnya.
Melirik kesampingnya, ia melihat gadis itu tertidur dengan lelap. Berdiri dan menghampirinya ia kemudian membungkus gadis itu dengan selimut tebal dan ikut duduk disampingnya hingga kokokan ayam terdengar baru ia pergi seperti hembusan angin.
Tuan Lu yang dipagi hari dengan udara segar dan selir An yang pipi nya besemu merah membuat semua orang tau apa yang mereka lakukan semalam dan kini mereka sedang sarapan bersama dengan Yu Xi dan Yu Xe.
Sarapan yang berlangsung khitmad itu sedikit terganggu dengan kedatangan kepala pengawal kediaman Lu yang menghadap ke Tuan Lu hendak melaporkan sesuatu.
"Tuan, Qi Rui Wangye dari kerajaan Qi datang berkunjung dan sekarang dirinya tengah berjalan-jalan disekitaran kediaman Lu"lapor kepala pengawal itu menunduk
"Apa kau bilangg !!!... kenapa kau tak menahannya untuk duduk di aula utama"kata Tuan Lu marah, dirinya juga kesal karena Qi Rui Wangye yang dengan kurang ajarnya berjalan-jalan dikediamannya.
"Maaf ... maafkan hamba Tuan ... Qi Rui Wangye langsung melenggang pergi ... wangye hanya berkata ia ingin melihat halaman milik calon wangfei masa depannya sekaligus bertemu dengan Nona"jawab kepala pengawal itu sedikit takut-takut.
"Apaa ?!!..."ucap Tuan Lu kaget dan merasakan bahwa nyawanya akan menghilang dirinya juga langsung melirik selir An yang hanya menunduk itu.