Chapter 3 - Chapter 3

Di paviliun yang serba mewah.

Selir An dan putrinya, Lu Yu Xe sedang berbincang-bincang.

"Ibu, kita harus terus membuat desas-desus yang lebih menarik lagi bukan ?"tanya Yu Xe dengan lembut.

Hiasan rambutnya bergemirincing merdu dengan pakaian hijau mudanya yang sangat mewah dan cantik. Wajahnya yang putih bersih dengan kedua mata yang mengerjab indah dengan bibir merah muda dan juga rogue yang ada dipipinya menambahkannya dalam kecantikan ibukota.

"Tenang saja Xe er, lagipula anak sial itu takkan berani keluar paviliunnya... menurut beberapa dayang bawahan ibu dirinya memakai cadar yang menutupi sebagian wajahnya karena wajahnya buruk rupa hahaha..."kata selir An jahat.

"Baiklah ibu ... bagaimana dengan kabar adikku ?"tanya Yu Xe.

"Yu Xi sangat berbakat , kau tau Tuan Lu sangat menyayangi adik mu itu ... dirinya calon Tuan Lu selanjutnya ..."kata Selir An lebih lembut.

"ibu ketika melihat pangeran kedua aku sudah lama jatuh hati dan kami juga sudah menjadi kekasih masa kecil ..."ucap Yu Xe dengan malu-malu.

"Tenang Xe er, ibu akan mengatur semuanya untuk mu"jawab Selir An yang melihat putrinya yang sangat indah seperti bunga yang mekar.

"Persiapkan dirimu untuk pesta di istana kekaisaran Xe er..."lanjut Selir An lagi.

"Iya ibu..."kata Yu Xe lagi.

Terlihat Tuan Lu dan juga Yu Xi yang berjalan menuju ruang santai milik paviliun selirnya.

Dari jauh Selir An dan putrinya berbincang-bincang bahagia yang memberikan perasaan lembut dimata Tuan Lu.

Mereka satu keluarga bergabung berbincang dengan hangat dipaviliun tanpa mengingat seorang gadis yang terkunci rapat didalam paviliunnya selama bertahun-tahun.

Di ibukota desas-desus tentang putri kelahiran sah yang berwajah buruk rupa membuat orang-orang yang berada diibukota menggunjingkannya.

Seorang pria dengan jubah hitam didalam kedai yang sedang meminum teh mengeratkan jari-jarinya ketika mendengar isu tersebut dan hawa disekitarnya mulai suram dan dingin.

"Yang mulia ..."panggil bawahan pria tersebut mengingatkan.

"Iya ... ayo "jawabnya dingin.

Setelah membayar tagihan di kedai teh, pria tersebut langsung keluar berbaur dengan kerumunan orang-orang yang berlalu lalang dijalanan ibukota. Dirinya memasuki gang dan kemudian menghilang bersama dengan bawahannya.

So Ah dengan santai meminum teh di paviliunnya tanpa memakai kerudung di setengah wajahnya.

Rambut hitam panjang tergeletak anggun terurai hampir menyentuh lantai, mata nya yang jernih yang dihiasi dengan bulu mata lentik lagi lebat itu berkibar anggun dengan hidung mungil tapi mancung yang sangat pas di wajah seputih giok mahal dan bibir mungil merah cherry dengan proposisi yang pas menambah kecantikan agung seperti wanita agung yang keluar dari lukisan.

Jika kecantikan Yu Xe bisa meruntuhkan ibukota maka kecantikan So Ah bisa membuat hancur kecantikan-kecantikan di dunia.

"Bibi kenapa diam saja ??"tanya So Ah lembut tanpa menoleh.

"Maafkan saya Nona ... desas-desus di kota semakin menjelek-jelekan anda"ucap Mama Wei sedih melihat Nona mudanya ini.

"Hahaha tidak apa-apa Bibi ... aku tidak apa-apa"jawab So Ah

Tawanya seperti lonceng lembut yang bergemerincing indah, sangat segar didengar telinga.

Melihat Mama Wei sudah pergi, So Ah sendirian lagi di paviliunnya. Dari jendela nya ia melihat banyak kupu-kupu berterbangan diantara bunga-bunga mekar.

Dirinya hanya memandang sendu pemandangan di taman mungil paviliun sakura ini.

Kata Mama wei, paviliun ini ditinggalkan ibunya sebelum ibunya meninggal dulu ketika melahirkan dirinya. Mendengar hal itu So Ah yang mendengarnya merasakan kesedihan apalagi ditambah dengan fakta bahwa ayah nya sendiri enggan melihatnya karena ayahnya berfikir bahwa dia lah penyebab kematian ibunya, hal tabu yang dikatakan ayahnya dulu ketika ia berusia delapan tahun membuatnya menangis terisak-isak sendirian.

Masih dengan posisi yang sama, So Ah memandang hampa tak menyadari hari sudah berlalu begitu cepat hingga sang rembulan menampakan dirinya diantara langit malam yang gelap.

Banyak kunang-kunang muncul, tapi tak membuat hatinya lega apalagi bahagia.

"Nona, makan malam sudah siap"kata Mama Wei mengagetkan So Ah

"Ohh iyaa bii ... taruh saja disitu ..."kata So Ah sembari tersenyum lembut.

"Iya Nona... Hamba undur diri"Ucap Mama Wei ketika melihat Nona mudanya ini ingin sendiri.

"Bibi nanti peralatan makan akan ku taruh ditempat biasa... terima kasih bibi "kata So Ah sembari tersenyum.

Melihat Nona mudanya yang selalu tersenyum tak menunjukkan keadaan hatinya yang sebenarnya membuat Mama Wei sering merasa iba dengan Nona mudanya ini. Mengapa takdir begitu kejam untuk Nona Muda Sah bangsawan ini dimana diluar sana para nona bangsawan yang tak terkekang dengan begitu dalam dan tertekan menyakitkan menghabiskan waktu sendirian sepanjang waktu ini.

Perlahan So Ah memakan makan malamnya. Tiba-tiba di depan nya terlihat seorang lelaki dengan jubah hitam duduk.

"Uhukk uhukk"So Ah terbatuk kaget.

"Minum dulu"Ucap lelaki tersebut memberi So Ah air.

"Terima kasih Tuan"ucap So ah sembari tersenyum tanpa kerudung yang menutupi sebagian wajahnya.

Melihat senyum lembut dari gadis didepannya membuat pria tersebut tertegun.

So Ah melihat wajah lelaki tersebut memakai sebuah topeng perak elegan yang terlihat agung diwajahnya. Menelusuri hidung nya yang mancung dengan bibir tipis dan dagu yang indah ditambah rahang tegasnya, membuat So ah sedikit memerah namun langsung mengkondisikan ekspresinya.

"Anda..emm ke..kenapa kemari ?"tanya So Ah menunduk.

"Suami mu ingin mengunjungi istri nya bukankah hal tabu ?"tanya balik lelaki tersebut yang membuka tudung dikepala nya.

So Ah tertegun kagum melihat surai perak indah panjang yang diterpa dengan sedikit sinar rembulan.

"Rambut mu indah"kata So Ah kagum

"Apakah kau punya penyakit ? Kenapa rambutmu putih ? Apa itu uban ?? .."tanya So Ah lagi dengan polos.

"Haha tidak tidak rambut ini berwarna perak bukan putih"Ucap lelaki tersebut tertawa lembut dengan pertanyaan So Ah.

Dari luar pagar batas paviliun, sebagian bawahan lelaki tersebut merinding mendengar tawa tuannya.

"Lagipula keturunan keluarga ku seperti ini semua sayang... aku bukan lelaki tua bangka"ucapnya lagi menggoda So Ah.

So Ah hanya menunduk malu dan dihadiah ketukan lembut di hidungnya yang membuat pipi nya berubah warna dengan sangat manis.

Berpura-pura sibuk dengan meringkas peralatan makannya So Ah langsung bergegas menaruhnya di tempat yang sudah disiapkan Mama Wei.

"Kemarilah, biarkan aku yang membereskannya ... "ucap lelaki tersebut lembut.

"Iya ... iya "kata So Ah gagap dan salah tingkah

"Nama mu siapa ??"tanya So Ah lagi, penasaran.

"Yuan..."jawabnya datar tapi terdengar lembut ditelinga So Ah.

"Yu..Yuan Nama yang indah"ucap So Ah lagi.

So Ah yang duduk didepan Yuan merasa gugup walaupun meja yang memisahkan mereka menjadi sedikit penghalang, tidak membuat kegugupan So Ah berkurang.

Yuan duduk dengan lurus dan anggun terlihat sangat tampan apalagi dengan sikap nya yang sedikit pemalas tapi dingin itu tidak membuat momentum menyepelekan disekitar nya tetapi malah membuat momentum tersebut sangat kuat akan penindasan dan tanpa malu-malu ia menaruh peralatan sisa makanan So Ah di tempatnya dengan cepat dan elegan.

Yuan dari Ruang hampa mengeluarkan kotak-kotak indah. So Ah melihat hal itu menjadi tercenga dan kagum. Penasaran dengan isinya, tapi melihat yuan yang hanya diam saja mengurungkan niat So Ah.

"Buka saja ... "ucap yuan lembut dan melihat So Ah yang dengan hati-hati membuka kotak itu dan ternyata isinya banyak jenis manisan dan kue-kue cantik.

"Ambil saja untuk mu ... jika ada yang kau butuhkan kau bisa berkata padaku So Ah"kata yuan lagi.

"Ini.... ini boleh ku makan ??"tanya So Ah.

"Haha makan lah .... kau habiskan sekaligus juga tidak apa-apa nanti akan ku bawa lagi"jawab yuan lembut dan senang dengan reaksi So Ah yang memakan kue serta manisan yang ia bawa dari kerajaannya.

"Yuan, apakah kau mau ?"tanya So Ah mengangkat kue di tangannya kepada yuan.

Melihat So Ah yang mengulurkan kue kepadanya, dengan jail Yuan langsung melahap kue tersebut dari tangan So Ah. So Ah yang tangannya bersentuhan langsung dengan bibir yuan menjadi merah malu.

"Manis ...."ucap yuan sembari menatap So ah.

"Ha ?! iya manis yuan... aku suka"ucap So Ah lagi malu-malu.

"Jika kau keluar kenakan selalu kerundung ini, hanya aku yang boleh menatap dan melihat mu So Ah"kata yuan lembut tapi tegas.

"Iya... tapi aku belum tau kenapa dirimu menolongku ??"tanya So Ah bingung

"Karena kau istri ku"jawab Yuan manis yang dihadiahi pukulan ringan dari So Ah.

Mereka berdua akhirnya berjalan-jalan di taman paviliun sakura milik So Ah dengan damai. Ditemani kunang-kunang yang secara mengejutkan sedikit menerangi taman tersebut dan menambah keindahan taman malam ini. So Ah takjub melihat kunang-kunang tersebut sedangkan Yuan memperhatikan istrinya dengan khidmat dan lembut.

Sedangkan para pengawal Yuan yang sudah melindungi So Ah sejak lama dan sekarang ini berada diluar pagar paviliun menjadi penasaran dengan sosok wanita yang mampu membuat tuannya ini tertawa bahagia dan bisa begitu dekat tanpa terbunuh atau terlempar jauh seperti para wanita sebelum-sebelumnya. merema tidak berani barang sedetikpun untuk melihat sosok wanita agung yang tuan mereka lindungi.