Chapter 2 - Chapter 2

15 tahun berlalu dengan cepat ....

Terlihat seorang gadis dengan sebuah kain  kerudung putih yang menutupi sebagian wajahnya dibawah bayang-bayang pohon sakura yang bermekaran duduk diam.

"Nona, hari ini saya menyewakan anda sebuah buku lagi"ucap mama Wei.

"Ohh mana mama ?"tanya So Ah antusias terlihat dari matanya yang berbinar indah.

Mama Wei langsung menyerahkan buku yang ia maksudkan kepangkuan so ah. Kemudian dirinya undur diri karena harus membuatkan So Ah makan malam nanti.

Melihat bahu ringkih Nona sulung yang ia rawat dari bayi hingga menjadi Nona sulung yang elegan. Mama Wei merasa kasihan dengan Nona nya ini yang tak diberi kebebasan oleh Ayah Nona sekaligus tuannya ini. Selir An juga tahun-tahun ini selalu bertindak sebagai Nyonya utama, padahal belum ada pengangkatan secara resmi.

Tuan Lu sangat kejam terhadap Nona Sulung nya ini, padahal Nona Sulungnya ini juga darah daging sah dari Tuannya. Mulai dari Nona So Ah berumur lima tahun Tuan Lu dan Selir An tidak lagi memberi tunjangan bulanan untuk Nona mudanya ini. Tapi entah kenapa, Mama Wei merasa sangat heran dan juga aneh ketika suatu hari dirinya melihat banyak sekali koin emas di tempat penyimpanan uang yang hanya dirinya dan Nona Sulung yang tau.

Koin-koin emas itu selalu bertambah setiap bulannya. Kadangkala Mama Wei berfikir itu Tuan Lu yang memberi koin emas secara diam-diam untuk putri nya tapi ia tepis karena melihat keacuhan dari tuannya untuk putri nya ini. Mama wei juya merasa bersyukur dengan adanya Koin emas tersebut , Nona nya hidup dengan sangat berkecukupan malah melebihi yang seharusnya Nona sulung dikeluarga bangsawan lain.

Selain itu Mama Wei juga tidak lupa mengajari So Ah tata krama bangsawan kerena dirinya dulu adalah pelayan mahar yang dibawa Nyonya nya dulu jadi Mama wei sangat berpengalaman dengan luar dan dalam kehidupan para bangsawan. Semua hal yang ia ketahui dirinya berikan kepada Nona Mudanya ini.

"Bibi , apakah aku akan tetap disini ??"tanya So Ah kepada mama Wei.

"No..nona pasti akan keluar dari paviliun ini hanya saja ini demi kebaikan nona"ucap mama wei gugup.

"Ooo mungkin saja...."kata So Ah kemudian diam memakan makanannya dengan berwibawa dan elegan.

"Bibi, istirahat saja ... aku mau sendiri malam ini"lanjut So Ah lagi.

"Baik Nona ..."Jawab Mama Wei kemudian Undur diri.

So Ah berjalan santai menuju kejembatan mini ditaman paviliunnya, duduk diam disana menikmati udara malam.

Rambut hitam panjangnya yang ia urai melambai-lambai diterpa angin malam lembut hampir menyentuh lantai. Pakaian malam berwarna biru pucat sangat pas melekat ditubuhnya. Cadar putihnya masih melekat diwajahnya menyembunyikan wajahnya secara misterius.

"Bibi istirahat saja ... aku tidak apa-apa hanya ingin sendiri"ucap So ah tanpa melihat orang yang menyampirkan selimut lembut tebal dipundak ringkihnya.

Mencium bau wangi yang asing dan juga tidak mendapat sahutan dari Mama Wei membuat So Ah melonjak kaget ingin melihat kebelakang tapi ketika ingin menoleh pipinya ditahan sebuah tangan besar yang kokoh dan indah.

"Sii..siapa ?.."tanya So Ah gagap pasalnya tangan tersebut masih menahan kepalanya.

"Hmm... Apakah kau ingin tau"jawabnya dengan suara rendah yang berat membuat  bulu kuduk So Ah merinding.

"Ii...iya a..apakah kau penjahat ?"tanya So Ah lagi menunduk merapatkan Selimut tebal yang ternyata sangat mewah ini ditubuh mungilnya.

Pria tersebut dari samping belakang melihat bulu mata lebat gadis tersebut yang terkulai indah. Dan melihat cara wanita tersebut yang merapatkan dirinya sendiri karena kedinginan.

"Bukan... apa yang kau inginkan ? Buku ? Guqin ? Atau yang lain"tanya lelaki tersebut masih dengan suara rendah.

"Ak..aku tak ingin apa-apa ..."jawab So Ah kemudian dirinya terbelalak kaget.

"Mungkinkah ??", Pikirnya.

"Apakah anda yang memberikan koin emas itu ??"tanya So Ah langsung.

"Iya... kenapa hmm ?"tanya nya.

"Aku berhutang budi padamu tuan..."kata So Ah menoleh langsung.

"Bagaimana kau bisa berhutang budi pada suami mu sendiri ??"tanya pria misterius tersebut mengagetkan So Ah.

"Ka..kapan kita menikah ??"tanya So ah gelagepan dan panik.

"Kalau begitu aku...aku tidak mau menerima Koin koin emas itu tuan ..."lanjut So Ah lagi.

"Semenjak kau dilahirkan ... kau sudah menjadi istri ku So Ah dan sudah kewajibanku untuk memenuhi semua kebutuhan mu ..."katanya lagi.

"Tapi tapi aku tidak mengenal dirimu ..."jawab So Ah gagap

"Kita perlahan bisa saling mengenal ..."jawabnya lagi.

So Ah terdiam lama bingung ingin bertanya apalagi. Kemudian dari samping tubuhnya sebuah tangan kokoh membawa bungkusan minyak perlahan So Ah membuka bungkusan tersebut dan didalamnya terdapat banyak Kue yang indah. Memakan satu dan langsung meleleh lumer di mulutnya. ia yang fokus terhadap kue-kue dipangkuannya hingga sampai lupa dengan keberadaan orang asing di belakangnya.

"Enak ? Lain kali akan kubawakan lebih banyak lagi"ucapnya yang puas dengan melihat So Ah makan dibalik setengah kerudung putihnya itu.

"Uhukk uhukk ...."So Ah terbatuk kaget.

"Pelan-pelan ..."katanya sembari menyerahkan sebuah botol giok yang tembus pandang.

"Maaf emm kue nya sangat lezat"kata So Ah dengan ekspresi malu.

Mereka diatas jembatan mini itu hanya diam, Nyaman dengan suasana damai. Sampai kantuk menyerang mata So Ah yang langsung menyenderkan kepalanya di pinggiran pembatas jembatan. Melihat hal itu tangan Giok indah milik lelaki tersebut menahan kepala So Ah agar tidak terantuk sisi pembatas jembatan.

Melihat So Ah yang tertidur pulas tanpa terganggu dengan kehadirannya.

Pria tersebut perlahan mengangkat tubuh So Ah dan membawanya masuk kedalam kamarnya.

Menaruh tubuh mungil So Ah dengan hati-hati di atas ranjang, Pria tersebut setelah membenarkan selimut tebal dan membuat posisi tidur Gadisnya ini nyaman langsung pergi seperti hembusan angin.

Dipagi hari kicauan burung terdengar semarak dan indah, Sinar matahari yang malu-malu menyinari hijau alam.

So Ah terbangun dari tidur lelapnya. Perlahan duduk dipinggir ranjang kemudian dirinya perlahan berjalan kearah jendela besar kamarnya melihat bunga-bunga sakura dan plum yang mulai bermekaran indah.

Melamunkan kejadian semalam, pikiran dan hati So ah menjadi bingung dan bingung dengan sikap pria misterius itu yang mengklaim dirinya adalah istrinya. Sampai Mama Wei memanggilnya beberapa kali, So Ah masih saja melamun dan kaget dengan panggilan Mama Wei.

Akhirnya So Ah berjalan dengan anggun menuju ke tempat pemandian.

Air panas yang masih mengepul hangat dengan sedikit campuran rempah-rempah dan kelopak mawar mengisi penuh bak mandi, melepas semua pakaiannya, ia perlahan memasukan kakinya dan mulai menenggelamkan tubuhnya.

Rambut panjangnya tergerai indah basah melekat pada tubuhnya.

Sembari merenung diam berfikir, So Ah mengerutkan alis nya sedih.

Setelah selesai mandi, So Ah langsung berganti gaun santai putih panjang yang melekat pas ditubuhnya.

Sembari menyeka rambutnya yang basah. So Ah menatap cermin perunggu di meja riasnya melihat wajah yang sangat indah bagaikan giok berkualitas agung.

Mengelus wajahnya, So Ah kemudian langsung memasang cadarnya kembali dan berjalan kearah gazebo paviliunnya dengan membawa sebuah buku dan duduk anggun disana.