Sudah dua hari semenjak pesan itu di kirim, namun tidak ada yang terjadi. Eva merasa lega mendengarnya. Dia pikir bahwa pria itu hanya pandai mengancam. Ya, walaupun sebenarnya hal itu mustahil, tapi tak menutup kemungkinan bahwa Allan cuma mengancam. Semoga saja.
Eva sudah rapi dengan setelannya. Kemudian ia tersenyum didepan cermin. Ia berharap semuanya baik baik saja.
Tok! Tok! Tok!
"Eva, kau sudah siap??" Ucap Jane yang tiba tiba masuk ke kamarnya.
"Oh, iya? Sudah!"
"Ayo berangkat!"
Eva mengerutkan keningnya.
"Maksudmu?? Oh, tidak tidak! Aku akan pergi menggunakan mobil ku sendiri. Ada yang harus aku urus."
"Begitu ya?? Ok, baiklah!"
Setelah Jane menghilang dari pandangan, Eva menghembuskan nafasnya lelah. Kemudian ia mengambil kunci mobilnya di nakas dan bergegas pergi menuju cafe nya.
***
Ting!
Lonceng cafe berbunyi, hingga aroma kopi tercium ke seluruh ruangan. Dengan senyuman, Eva menuju kasir, serta menyapa para barista.
"Hey, Lili! Bagaimana hari mu??"
Lili terlihat terkejut menatap Eva, kemudian dengan cepat mengembalikan raut wajahnya seperti biasa.
"Um..baik. Seperti biasa."
"Great! Ayo kembali bekerja."
"Hei Eva!" Ucap seseorang yang keluar dari pintu dapur dan segera berlari kearah Eva.
"Daniel! Ada apa?"
"Wow! Kau begitu menabjukkan! Berbisnis dengan Allan, huh?"
Eva menatap heran ke arah Lili dan Daniel secara bergantian.
"Bisnis?"
"Ya! Bukannya kau menjual cafe ini kepada Allan?? Semua pekerja disini sudah mengetahui hal itu. Mereka sangat heboh! Apalagi tentang ciumanmu dengannya waktu itu! Wow! Ada hubungan apa kalian berdua??" Ucap Daniel antusias.
"Menjual?"
Lili menatap Eva takut takut. Sepertinya, gadis itu mengerti bahwa Eva tidak mengetahui semua ini.
"Um... sebenarnya, cafe ini bukan lagi milikmu, Eva."
"Apa?! Bagaimana bisa?!"
Daniel dan Lili saling memandang. Daniel terlihat bingung.
"Iya. Bukankah kau sendiri yang menyetujuinya??" Tanya Daniel dengan raut wajah bingung.
"Apa yang kalian bicarakan?! Aku tak pernah menyetujui apapun dan tidak pernah menjual cafe ini kepada pria itu!!" Ucap Eva penuh penekanan dengan sedikit berbisik.
Eva menjambak rambutnya pelan. Sedangkan Lili dan Daniel terlihat khawatir.
"Tapi, tanda tanganmu jelas berada di surat surat penjualan. Bahkan pria itu menunjukkannya pada kami." Timpak Daniel pula.
"Sebenarnya, apa yang terjadi pada kalian??" Ucap Lili pula.
Eva memijit pelipisnya pelan.
"Pria itu....keparat!"
"Apapun yang terjadi, jangan percaya pada pria itu! Demi Tuhannn! Aku tak pernah bertemu dengannya lagi setelah waktu itu!!" Lanjutnya lagi.
Tatapan Daniel terlihat sendu.
"Maaf Eva, komandan kami saat ini Allanard Bergin. Kami tak bisa mengikuti perintahmu. Jika kami melanggar, kami akan dihukum."
"Shit!!" Umpat Eva kemudian segera pergi meninggalkan cafe.
"Shit! Shit! Shit!!" Umpat Eva memukul setir mobil, sembari mengendarai mobil dengan kecepatan sedang. Apa yang harus dia lakukan selanjutnya? Ketika berada di lampu merah, Eva menjedotkan kepalanya ke stir mobil dan menghembuskan nafas gusar.
Tling!
Eva segera mengambil handphone nya ketika feelingnya mengatakan bahwa lelaki brengsek itulah yang telah menghubunginya.
An asshole!
Bagaimana dengan kejutanku?? Tapi itu belum kejutan istimewanya! Nantikan kejutan istimewa dariku!
Tin! Tin! Tin!
Eva langsung tersadar ketika lampu merah berubah menjadi hijau. Ia segera menjalankan mobilnya, dan menepi di sebuah toko es krim, tak jauh dari persimpangan.
Me
BRENGSEK! APA MAU MU?!!
Tak ingin menunggu jawaban dari lelaki tampan yang sayangnya sialan itu, ia memutuskan keluar dari mobil menuju toko es krim untuk menyegarkan pikiran.
"One banana split, please."
Tling!
An asshole!
Mau ku?? Kalau kau pintar, kau pasti tau apa mauku, little Bug.
Kepalan tangan Eva menguat. Bajingan itu! Selalu menyulut emosinya. Belum sempat membalaskan kata pedas, banana split yang ia pesan tiba tiba datang.
"Silahkan di nikmati, Miss." Ucap pelayan ramah kemudian pergi dari sana.
Eva menatap layar ponselnya lama. Ia tak boleh tersulut emosi untuk mengalahkan pria itu. Ketika ingin menikmati banana split yang menggugah selera itu, tiba tiba handphone nya kembali berbunyi.
An asshole!
[Send you a picture]
📷
Tunggu kabar dariku, little Bug!
Eva langsung menjatuhkan sendok es krimnya. Ia tidak bodoh! Ia tahu gambar apa yang dikirimkan lelaki sialan itu! Itu surat! Surat serta berkas milik Jane ketika melamar pekerjaan di stasiun televisi yang saat ini sudah menjadi kantor tetapnya.
Eva memijit pelipisnya pelan. Apalagi yang di rencanakan bastard itu?
-PrincessEscape-
——————————————————
-It's okay, not to be okay-
——————————————————
I HOPE YOU LIKE IT!!
Thank you for always suport me!!
See you in next chapter!!
XoXo!
@deerouxx
@FranklinPrincess
Inst : @Qiqi_rz