"Well, I tell you something, Miss. Aku di bina untuk memerintah, bukan untuk di perintah. Apa kau paham?"
Eva menggeram kesal.
"You're an Asshole!"
Allan mengangguk pelan sambil tersenyum miring.
"I am. Jadi, katakan langkah apa yang akan kau lakukan selanjutnya. Especially, untuk menyelamatkan saudara mu itu."
~~~
Eva terdiam. Pria ini. Tak akan mudah melawan pria ini. Kemudian, wanita itu menghembuskan nafasnya pasrah.
"Aku tak tahu. Terserah padamu asalkan kau tidak melibatkan Jane berserta keluargaku lagi."
Allan menaikkan satu alisnya berpikir keras.
"Mengapa kau ingin sekali melindungi keluargamu? Kau hanya anak angkat." Nada bicara Allan terdengar curiga membuat tubuh Eva sedikit menegang.
Diam. Hening. Allan maupun Eva sibuk dengan pikiran mereka masing masing.
"Intinya, aku sangat menyayangi mereka. Hanya itu, jika kau mendengarku."
Allan menatap wanita itu heran. Kemudian mengangguk pelan.
"Baiklah! Semuanya terserah padaku. Peraturannya mudah! Kau hanya perlu mengikuti perkataanku tanpa bantahan. Jika membantah, kau tau apa resiko nya." Jelas pria itu tersenyum miring.
Eva memutar kedua bola matanya malas.
"Such a bastard."
"Peraturan pertama, dilarang berkata kasar padaku."
"Fck!" Umpat Eva sangat pelan.
"Two." Ucap Allan menampilkan senyuman devilnya. Lelaki itu mulai menghitung.
"Whatever. Berbicara denganmu hanya akan menguras emosiku." Ucap Eva, kemudian mengambil tasnya, berjalan menuju pintu keluar.
"Peraturan kedua! Dilarang bergerak sebelum ku perintahkan." Ucap Allan tersenyum penuh arti sambil berjalan, memunggungi Eva menuju kaca transparan yang memperlihatkan keindahan kota New York.
Eva lalu terdiam di tempat, mengepalkan tangannya keras.
"Apa lagi mau mu, Jerk?!"
"Three."
"Peraturan ketiga, dilarang membentak kepada bos mu."
Eva tak bisa lagi berkata kata. Tak lama kemudian, Allan membalikkan badannya. Terpampanglah wajah Eva yang tidak bersahabat sekitar 10 kaki dari jaraknya.
"Baiklah. Tugas pertama mu akan aku beritahu besok. Kau boleh pergi, pintu keluarnya ada disana." Ucap pria itu tanpa dosa.
Eva segera berbalik menghilang dari ruangan Allan. Sedangkan Allan terkekeh melihat tingkah kesal Eva.
"How's cute?"
***
New York City,
7.19 pm.
Allan menatap gemerlap malam kota New York sambil bersandar di sofa empuk, meminum vodka miliknya.
"Apa yang bisa Saya lakukan untuk Anda, Sir?"
"Aku rasa aku sudah menemukan kandidat yang tepat, Roxy. Dia pasti bisa menyelesaikannya."
"Siapakah yang Anda maksud, Sir?"
Allan tersenyum devil.
"Belva Steven. Aku merasa ada yang salah dengan wanita itu, Rox. Bisa kau lacak wajahnya untukku?"
"Melacak Belva Steven...."
Allan tersenyum mendengar suara operator perangkat lunak miliknya di kamar tersebut. Ya. Allan memiliki parangkat softwarenya sendiri setelah membayar beberapa pihak untuk mendesain perangkat itu, sesuai dengan keinginannya. Roxy namanya. Layaknya go***e dan s**i, seperti itulah Roxy diciptakan, namun sedikit lebih rumit dan lebih cerdas. Tujuannya adalah untuk pekerjaan rahasia yang di jalankan Allan. Hanya pria itu yang tahu.
"Belva Steven, anak angkat dari Rain Greter dan Daren Steven. Belva diangkat menjadi anak 3 tahun yang lalu, saat umurnya 18 tahun. Rain dan Daren memiliki satu anak perempuan bernama Jane Steven, yang saat ini bekerja di stasiun televisi cxxx. Golongan darah Belva Steven adalah O negatif. Warna matanya coklat terang. Keterangan tempat tanggal lahir, Manhattan, 3 Maret 1997. Rambutnya berwarna coklat gelap. Setelahnya, ada kabar buruk dan menarik untuk Anda, tentang Belva Steven, Sir. Yang mana yang akan Anda dengar diluan, Sir?"
Allan tersenyum puas.
"Roxy, kau briliant! Selalu tahu apa yang ku mau. Baiklah. Dari kabar buruk dulu."
"Baiklah, Sir. Kabar buruknya, tak ada keterangan satupun tentang panti asuhan tempat Belva Steven di angkat. Tidak ada keterangan tentang orang tua dan sanak saudaranya, Sir. Semuanya seperti sengaja menjadi rahasia keluarga Steven."
Allan mengangguk pelan.
"Kabar menariknya?"
"Kabar menariknya adalah, datang dari negara Amsterdam, Sir. Berita yang di ambil 3 tahun lalu, dimana raja Jullian dan Ratu Melisa kehilangan anak perempuan mereka, Evanil Stefangush. Yang membuat ini menarik, meski Evanil Stefangush adalah putri kerajaan, namun wajahnya tidak di perlihatkan di depan publik oleh Raja Jullian, mengingat putri tersebut akan di perkenalkan secara resmi, ketika ia di angkat menjadi pewaris perusahaan keluarga kerajaan, Ste Inc yang saat ini bekerja sama dengan perusahaan kita."
Allan terdiam, kemudian meletakkan tangan kanannya di dagu.
"Apa kau tidak memiliki satupun fotonya??"
"Saya mendapatkan foto masa kecil putri ketika ia berumur 7 tahun, Sir. Apa Anda ingin Saya memindainya dengan wajah Belva Steven?"
"Pindai."
"Memindai...."
Allan kemudian tersenyum miring. Dugaannya benar. Ada yang tidak beres dengan wanita itu.
"Hasil pindaian : bentuk wajah, 87% sama. Bentuk mata, 80% sama. Bentuk hidung, 97% sama. Bentuk bibir, 97% sama. Total kesamaan, 90,25%."
Allan melebarkan senyumannya.
"Roxy, apa kau memiliki pemikiran yang sama denganku?"
"Tentu, Sir. Menurut pindaian, wajah putri Evanil Stefangush dengan Belva Steven serupa. Ada kemungkinan jika Belva adalah putri kerajaan Amsterdam yang menghilang 3 tahun lalu, Sir."
"Kau sangat membantu Roxy. Terimakasih."
"Sama sama, Sir."
Allan berdiri dari duduknya, meletakkan gelas vodka itu di meja. Kemudian ia berjalan menuju balkon, menikmati angin malam yang berhembus pelan.
"Kau membuat ini semakin menarik, Little Bug."
-PrincessEscape-
——————————————————
-You're like a puzzle-
——————————————————
I HOPE YOU LIKE IT!!
Thank you for always suport me!!
See you in next chapter!!
XoXo!
@deerouxx
@FranklinPrincess
Inst : @Qiqi_rz