"Roxy, perkenalkan. Ini Belva Steven. Aku akan mengajarimya beberapa hal. Bisa kau siapkan untukku??"
'Halo, Nyonya Steven. Selamat datang di mansion Bergin. Tentu saja, Sir. Ruangan ini, milik Anda.'
Eva kagum untuk yang ke sekian kalinya ketika pintu besi yang ada di depan monitor. bergeser dengan sendirinya.
***
"Wow!! Kau membuat pintu anti peluru juga?! Biar ku tebak. Kau pasti juga membuat kendaraan anti peluru. Bukan begitu??"
Allan mengerutkan dahinya heran. Wanita ini tahu terlalu banyak.
"Dari mana kau mengetahuinya??" Tanyanya dengan mata memicik tajam.
Eva mengangkat bahunya acuh.
"Jawab dulu pertanyaan ku. Untuk membuat semua ini tidak semudah itu. Semua yang aku lihat di sini seharusnya memiliki izin, minimal jika kau menjadi seorang agen. Katakan padaku, apa yang kau lakukan dengan semua benda ini?? Siapa kau sebenarnya??" Tanya Eva curiga sambil menyilangkan kedua tangannya di dada, meminta penjelasan.
Allan menatapnya sekilas, tanpa menjawab pertanyaan tersebut, ia kembali berjalan memasuki pintu besi tadi meninggalkan Eva. Eva tahu bahwa pria itu mencoba mengalihkan pembicaraan.
Di dalam ruangan tersebut, terdapat beberapa ruang latihan. Dan semuanya adalah ruang latihan khusus untuk mempertahankan diri. Misalnya beladiri, hingga cara memakai senjata.
Allan meletakkan salah satu tangannya ke dinding scan, kemudian beberapa rak muncul keluar. Senjata tajam, pistol, hingga sniper. Lengkap berada di dalamnya.
Lagi lagi, Eva di buat tercengang.
'Ctek'
"Ini."
Lamunan Eva langsung buyar ketika Allan menyerahkan satu pistol padanya. Hs-9. Eva mendengus geli.
"Tidak adakah pistol yang lebih buruk dari pada ini??"
Allan mengerutkan keningnya. Wanita ini, seperti bisa memainkan segala jenis senjata api. Pria itu menarik kembali tangannya yang baru saja menawarkan pistol pada Eva.
"Kalau begitu, kau bisa memilihnya sendiri. Pistol. Hanya pistol." Remeh Allan.
Eva dengan senyum manisnya mulai memindai seluruh pistol yang ada di rak.
"Hm....Desert Eagle?? Kelihatannya menarik." Belum sempat Eva mengambil senjata itu, Allan segera mencegahnya.
Ia menggenggam tangan Eva dengan tangan kanannya, lalu memberikan sebuah pistol pada Eva dengan tangan kirinya.
"Kau tidak bisa menggunakan sembarang pistol, Nyonya. Gunakan ini."
Eva kembali memutarkan kedua bola matanya.
"Seriously?? Colt 1911??"
Dengan cegatan, Eva mengambil satu senjata acak di rak dan langsung memperlihatkannya pada Allan.
"S&W 500 magnum, atau tidak sama sekali??"
Allan memutar kedua bola matanya malas.
"Whatever. Sekarang, silahkan mencoba." Ucap Allan menunjuk salah satu ruang latihan, dengan beberapa target terpasang sejauh 5 meter.
Eva dengan semangat merenggangkan otot lehernya sebelum mulai membidik. Setelah yakin dengan posisi pistol yang di pegangnya, ia menghembuskan nafas pelan.
'Ctek!'
'DOR!'
'Ctek!'
'DOR!'
'Ctek!'
'DOR!'
'Ctek!'
"So, what do you think??" Ucap Eva sombong.
Allan menatap papan target dengan sedikit rasa tidak percaya. Semua tembakan yang di lakukan oleh gadis itu tepat mengenai kepala papan target, yang menyerupai manusia tersebut.
Kemudian, pria itu menatap Eva sengit.
"Who the hell are you?" Ucapnya penuh penekanan.
"I think, you don't have to know me so well. Because that is non of your bussiness, Sir." Jawab Eva datar.
Allan menampilkan senyum smirk khas miliknya.
"Evanil Stefangush. Apa kau mengenal wanita itu?"
DEG!
Tampak kedua bola mata Eva membesar.
"Nevermind.. lupakan tentang hal tadi. Sekarang fokus pada misi. Karena aku tidak meragukan cara mu bermain pistol, jadi aku rasa kau cukup tangguh untuk melindungi dirimu sendiri..."
"...firasatku tidak pernah salah." Lanjut pria itu sembari menaruh kembali rak tersebut pada tempatnya.
"Sekitar pukul 8 malam nanti, aku akan membawamu pergi ke sebuah pesta. Annalise yang akan mengurus segala persiapan mu. Tugas mu nanti disana hanyalah memperhatikan seseorang."
"..Roxy..."
'Yes, Sir.'
"Tunjukkan wajah Marrello Degrand."
Tak lama, langsung muncul wajah seorang pria dengan biodata singkat di samping foto wajah tersebut.
"Pria inilah yang akan kau intai nanti. Perlu kau ketahui, kau harus memperhatikan sekelilingnu. Jangan menunjukkan gerak gerik yang mencurigakan. Tetap waspada, walau itu hanyalah hal kecil."
"...hal terkecil sekalipun dapat langsung membunuhmu." Terang lelaki itu dengan wajah seriusnya.
"Wait a minute....kau jelaskan dulu, apa hubungan mu dengan pria itu??"
Allan terdiam sejenak.
"Apakah kau harus mengetahuinya??"
"Tentu saja, dasar bodoh! Lalu apa tujuan aku memata matainya jika aku sendiri tidak tau alasannya?? Itu hanya membuang buang waktuku."
Allan menatap datar Eva.
"Pria itu adalah orang yang melakukan transaksi illegal, atas nama perusahaanku. Tidak hanya itu, pria itu termasuk salah satu anggota mafia dunia."
"...sudah cukup. Kau sudah tau secara garis besar. Lancang jika kau ingin tahu semua ceritanya."
"One more question, who are you?! Apa kau bisa menjamin keselamatanku dalam misi konyol mu kali ini??"
Allan tersenyum miring.
"That's a secret, Miss. Actually is no matter for you, or this mission. Tentang keselamatan mu, aku yang akan menjaminnya."
"You stupid!"
-PrincessEscape-
——————————————————
-You must solve the puzzle first, before seeing the results-
——————————————————
I HOPE YOU LIKE IT!!
Thank you for always suport me!!
See you in next chapter!!
XoXo!
@deerouxx
@FranklinPrincess
Inst : @Qiqi_rz