Chereads / Princess Escape / Chapter 16 - Princess Escape - 15

Chapter 16 - Princess Escape - 15

Netherlands,

Amsterdam

08.34

"Apa yang di lakukannya disana??"

"Well, kau tidak perlu khawatir. Dia selalu berada di bawah pengawasanku."

Lelaki tua itu menghembuskan nafasnya lega.

"Aku tau. Tapi tetap saja. Aku terlalu khawatir."

"Ngomong ngomong tentang dia, kau masih ingat dengan syarat yang aku ajukan, bukan??"

"Tentu saja. Semuanya sedang dalam proses. Sudah berjalan 20%"

"Itu bagus! Sampai berjumpa lagi."

"Hm. Jaga dia."

***

New York City, US

09.30

"EVAA!!"

"Jane!"

Kedua wanita itu berpelukan.

"Aaa! Sudah lama aku tak melihat mu!" Pekik Jane riang di balas senyuman oleh Eva.

"Aku juga senang, Jane. Bagaimana dengan pekerjaan mu??"

Mereka berada di sebuah Cafe kecil di pinggiran kota New York. Sebenarnya, Eva sudah pulang ke New York sekitar 2 hari yang lalu. Sedangkan Jane baru saja pulang dari tugasnya hari ini.

"Semuanya sudah tuntas! Untuk kedepannya adalah hari istirahat ku! Bagaimana dengan mu??"

Ketika Jane melontarkan pertanyaan itu, raut wajah Eva berubah menjadi suram. Jane meringis pelan.

"Um...about that...I'm so sorry, Eva. I'm really messed up."

Eva tersenyum kecil.

"Nevermind. Itu sudah berlalu. Aku berharap kau tidak akan mengulangi hal yang sama, Jane. Hari ini, aku masih bisa melindungi mu. Tidak tau jika besok."

Jane balas tersenyum sedih.

"Tak seharusnya kau melindungiku, Eva. Seorang putri terhormat seperti mu tidak pantas untuk menolong rakyat jelata sepertiku."

"Hei. Dengar. Kau bukanlah rakyat jelata bagiku. Kau adalah saudara sekaligus keluarga yang aku sayangi. Jangan merendahkan dirimu seperti itu, karena aku tak suka." Balas Eva sambil menggenggam kedua tangan Jane yang berada di atas meja.

Jane meringis pelan.

"Tentang cafe mu...—"

"Sudahlah. Biarkan saja. Lagi pula, bekerja dengannya juga tidak terlalu buruk. Namun, aku harus tetap waspada karena pria itu bisa saja mengetahui identitas asliku."

Diam. Hening sesaat sebelum Jane melanjutkan.

"Tentang keluargamu. Maksudku, keluarga asli mu. Apa kau tidak ingin mengunjungi mereka??"

Pertanyaan Jane membuat Eva sedikit tersentak. Jujur, ia merindukan keluarganya. Terutama sang ibu. Ia tahu jika dirinya begitu egois, pergi tanpa memikirkan perasaan ibunya. Tapi, Eva tak tahan berada lama lama di dalam sangkar emas itu. Selalu di jaga ketat, serta bodyguard dimana mana. Ia tak di izinkan untuk melindungi dirinya sendiri. Hell?! Apa apan itu?! Berkat didikan neneknya dulu, ia bisa menjadi seperti sekarang. Sang nenek yang sudah tiada itu sama liarnya seperti dirinya. Sama sama memiliki bakat khusus untuk menjadi seorang agent.

Eva menghembuskan nafasnya.

"Well, bohong jika aku bilang tak merindukan mereka. Terutama ibuku. Tapi, aku tak bisa berada di dalam sangkar emas itu terus. Hidup ku seperti di tulis oleh seorang manusia, bukan Tuhan. Siapa yang betah dengan hidup seperti itu??"

Jane diam. Ia hanya menyimak keluh kesah Eva, karena selama ini, Eva selalu mengelak untuk mengatakan jika ia merindukan keluarga aslinya atau tidak.

"Nasib mu, pekerjaanmu, bahkan jodohmu? Bayangkan saja, aku sudah di tentukan akan menikah ketika berumur 22-25 tahun. Di jodohkan dengan sesama bangsawan atau keluarga kaya dengan dalih mempererat tali silahturahmi. Padahal itu hanyalah pernikahan politik. Hidup dalam berpura pura?? Cih."

Ketika melihat Eva mendengus, Jane jadi merasa was was. Padahal, ada yang perlu ia sampaikan, mengenai keluarga Eva. Eva yang menyadari hal itu menatap Jane heran

"Sepertinya, kau ingin menyampaikan sesuatu."

Jane langsung tersadar.

"Ha? Oh! Apa?? Ti-tidak. Aku tidak ingin menyampaikan apa apa."

Eva memicingkan matanya.

"Kau terlihat berbohong, Jane. Menyembunyikan sesuatu?? Hm?"

Jane gegelapan.

"Ti-tidak! Ak-aku hanya.."

"Hanya menghindarimu. Bukan begitu?? Katakan, atau aku tidak ingin berbicara denganmu selama seminggu." Tekan Eva membuat Jane semakin gelisah.

Jane meneguk ludahnya dengan susah payah.

"It-itu...sebenarnya....."

Jeda sejenak, membuat Jane menatap Eva ragu. Sedangkan Eva menatap Jane menuntut.

"Ekhem. Sebenarnya...ra—"

Tringg!!

Telepon genggam milik Eva berbunyi. Jane menghelana nafas lega.

'Kau menyelamatkanku, handphone.'

Eva segera mengangkat panggilan setelah memberi isyarat 'tunggu' pada Jane.

"Halo??"

"Dimana kau sekarang?"

Eva memutar kedua bola matanya malas. Ia sangat kenal suara ini.

"Aku sedang sibuk."

"Liar. Bersiaplah. Nanti malam, aku akan menjemputmu jam 7."

"Aku tidak mengatakan bahwa aku setuju."

"Aku tidak perlu meminta persetujuanmu nona. Mau atau tidak, kau akan tetap pergi. Tunggulah di sana, Leo akan menjemputmu untuk berbelanja."

"Hei! Aku tidak butuh—"

"15 menit lagi, Leo akan tiba di cafe, tempat dimana kau berada sekarang."

"Kau memata mataiku?!!"

"Semoga harimu menyenangkan!"

Tut!

"Hariku tidak menyenangkan karena mu, Asshole!!" Teriak Eva pada handphonenya, padahal sambungan teleponnya dengan Allan sudah berakhir.

"Fuck." Umpatnya pelan melupakan keberadaan Jane yang meringis melihat kemarahan saudarinya itu.

"Kau...ada acara?"

Suara Jane membuat Eva kembali ke dunia nyata setelah sebelumnya sedang memimpikan kematian tragis untuk Allan.

"Ah, BOS BESAR memintaku untuk menemaninya nanti malam. Kau tidak usah khawatir." Ucap Eva enteng membuat Jane memijit pelipisnya frustasi.

Haahh. Wanita satu ini, sungguh tak dapat di tebak.

-PrincessEscape-

——————————————————

-You are like an angel and devil in the same time-

——————————————————

I HOPE YOU LIKE IT!!

Thank you for always suport me!!

See you in next chapter!!

XoXo!

@deerouxx

@FranklinPrincess

Inst : @Qiqi_rz